Kenapa Perlu Merayakan HUP?

Banyak kegiatan yang sudah direncanakan menjadi batal atau diundur karena banyaknya aturan protokol kesehatan di masa pandemi covid-19 ini.

Pasutri Agus-Wiwik

Begitu pula halnya dengan misa HUP ME Distrik 2 Semarang yang semula direncanakan pada bulan Februari 2021 bersamaan dengan perayaan World Marriage Day, baru bisa dilaksanakan pada hari Minggu, 2 Mei 2021 pukul 11.00 WIB, bertempat di Gereja Santo Paulus Sendangguwo Semarang.

Misa HUP bersama Pastor Ignatius Wignyasumarta

Misa yang dipersembahkan oleh Pastor Ignatius Wignyasumarta, MSF berjalan dengan khidmat dan meriah, dilaksanakan secara offline dengan pembatasan jumlah pasutri yang hadir dan disiarkan secara live streaming melalui channel youtube dan streaming radio Paroki Santo Paulus Sendangguwo. Namun kita tetap patut bersyukur dengan keterbatasan yang ada, acara ini tetap dapat berlangsung untuk mengenang kebahagiaan hidup perkawinan bagi pasangan suami istri serta mensyukuri berkat Tuhan yang menyertai hidup kita setiap tahunnya.

Tema yang diambil dalam misa HUP ini adalah “Ulang Tahun adalah Tonggak Masa Lampau, Masa Kini dan Masa Depan”. Saat homili,Pastor memanggil salah satu pasutri untuk sharing mengenai perkawinan yang berkaitan dengan tema HUP kali ini. Dalam sharing tersebut pasutri ini mengutarakan mengenai perbedaan sebelum dan setelah mengikuti WEME, terutama dalam hal berkomunikasi dan menyelesaikan permasalahan- permasalahan dalam hidup perkawinan mereka.

Sebelum mengikuti ME adalah masa lalu dan setelah ikut ME adalah masa sekarang dan yang akan datang.

Hal yang sangat menarik disimak adalah homili Pastor mengenai mengapa ulang tahun perkawinan perlu diperingati. Sebagai pasutri tidak jarang kita kurang menghayati ajaran cinta kasih Kristus, acuh tak acuh pada kehidupan keluarga, sering menomorsatukan kepentingan diri sendiri. Ulang tahun tidak sekedar mengingat peristiwa yang lalu namun perlu mengenang dan menghadirkan kembali ke dalam diri kita peristiwa-peristiwa suka dan duka. Hidup perkawinan merupakan sebuah perjalanan, ada saat-saat atau momen di mana kita perlu berhenti sejenak untuk mengingat tentang perkawinan, mengenai apa yang sudah dan apa yang belum dilakukan sepanjang tahun. Saat ulang tahun perkawinan adalah saat membuat refleksi dari mana dan mau ke mana perjalanan hidup perkawinan kita.

Tiap kali kita membuka babak baru di dalam hidup perkawinan, ulang tahun adalah saat perhentian untuk merenungkan arti hidup kita bagi pasangan kita, bagi keluarga dan bagi sesama. Apa perasaan saat perhentian itu, mungkin kita akan lega menarik nafas panjang walaupun dalam perjalanan perkawinan yang panjang itu berat dan diwarnai dengan suka dan duka, namun kita bisa tiba dengan selamat sampai saat ini atau mungkin saja dalam perjalanan itu kita tergelincir atau tersandung jatuh bangun mengalami pahit getir yang berulang dan barang kali sampai babak belur namun kita sudah berhasil melewati semua itu dengan selamat.

Tuhan sudah mendampingi dan menolong, tetapi perjalanan perkawinan ini belum selesai, kita masih harus terus melanjutkannya, meskipun masih banyak halangan dan rintangan yang harus dihadapi dengan rasa yang tidak tentu juga khawatir, perasaan ini wajar muncul saat perhentian refleksi, namun kita juga harus tetap menatap ke depan juga. Saat HUP adalah juga waktu untuk menengadah ke atas dan mempercayakan perjalanan kehidupan perkawinan kita kepada tuntunan Tuhan,yaitu cinta kasih dan adanya persatuan dengan Kristus.

Rasul Yohanes dalam Injil memberikan gambaran tentang perumpamaan seperti pokok anggur, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya, ranting hanya dapat hidup dari pokoknya, lepas dari pokoknya ranting tidak dapat hidup dan akan mati.” Begitu pula jika hidup perkawinan kita bersatu dengan Kristus, bersemangat dan bersatu tersaluri hidup dari Kristus, maka akan hidup dan menghasilkan buah kehidupan yang luar biasa yaitu kedamaian, sukacita serta kebahagiaan.

Dalam misa ini juga diadakan penyegaran janji perkawinan yang dipimpin oleh salah satu pasutri dan kemudian diikuti oleh semua pasutri yang hadir dengan posisi berdiri dan saling berhadapan antara suami dan istri. [SD/MJ]

Start typing and press Enter to search