CU JU CA (Cuma Juru Selamat Sang Cahaya)
- eRelasi
- September 15, 2021
Ketika Pergulatan Hidup itu Harus Dilalui
(Catatan kecil UeRL Distrik XV Pangkalpinang)
Pada awalnya sempat bingung ketika dikatakan bahwa salah satu tujuan diadakannya Festival UeRL adalah menghidupkan komunitas. Hal pertama yang terbersit di benak saat itu adalah bagaimana kegiatan ini bisa melibatkan komunitas-komunitas di distrik XV Pangkalpinang yang tersebar di berbagai pulau. Pasti tidak mudah.
Sempat terpikirkan bahwa beberapa adegan dibuat di masing masing tempat kemudian baru digabungkan saat editing akhir. Namun hal ini juga tak mudah mengingat setiap Distrik masih harus menunggu hasil undian untuk tampil di episode berapa. Belum lagi merefleksikan gagasan dasar dan konsep, latihan, kostum dan sebagainya. Setelah mendapatkan banyak masukan dari para senior dan berbagai pihak khususnya komunitas di luar Pangkalpinang, akhirnya diputuskan UeRL ini ditangani sepenuhnya oleh Komunitas ME yang ada di kota Pangkalpinang dengan menyesuaikan protokol kesehatan yang berlaku di tengah pandemi Covid-19.
Masalah clear? Belum juga! Setelah menghubungi teman-teman di Pangkalpinang secara pribadi jawaban yang muncul antara lain: “jangan kami ya”, “kami sudah tua”; “wah kami takut masih pandemi Covid-19”; “kami sulit mengatur waktu”; “kalian aja ya”, “kami mendukung saja”; dan sebagainya dan sebagainya!
Pada akhirnya kami memutuskan untuk membentuk tim kecil yang terdiri dari Pastor dan Pasutri Kordis ditambah dengan 4 pasutri yang relatif masih muda dan diharapkan bisa secara rutin berkumpul. Pendalaman materi 5 episode mulai dari Sang Sabda, Sang Emanuel, Sang Terang, Sang Hidup dan Sang Kasih pun segera kami lakukan dengan kelompok kecil ini. Setelah mendapat undian memerankan Episode ketiga yaitu ‘Sang Terang’, kami lebih memfokuskan refleksi ini lewat pertemuan langsung dan WA Group. Setelah naskah jadi dan dikirim serta mendapatkan tanggapan positif dari panitia kami segera mempersiapkan diri lagi dengan berbagi peran.
Masalah muncul lagi, ketika menyadari jika semuanya terlibat tampil lalu siapa yang harus di belakang layar, kameramen, lighting dan lain-lain – karena teman yang pada awalnya kami harapkan membantu ternyata tak menyanggupi di detik detik akhir. Tak ada rotan akarpun jadi… akhirnya diputuskan semuanya tetap tampil dan akan menggunakan tripod dan HP untuk merekamnya dan diletakkan di beberapa sudut lalu nantinya disempurnakan dalam editing akhir.
Waktu tinggal 3 minggu, musik sudah siap, pemain juga sudah dibagi perannya, kemudian terdengar kabar pemain inti yang kami harapkan ternyata dikaruniai kehamilan. Tentu akan sulit memerankan adegan dengan jatuh bangun sesuai konsep kami. Kemudian di rolling lagi. Pas latihan awal yang datang pun tidak lengkap. Akhirnya rolling lagi. Begitu pada akhirnya pergantian pemain, pergantian tempat sampai pergantian tim kameramen dan editing pun makin tak jelas, sementara waktu semakin mendekati deadline. Belum lagi situasi pandemic Covid 19 semakin merajalela sehingga terbit himbauan dari yang berwenang untuk melarang adanya aktivitas yang menimbulkan kerumunan.
Romo Nugroho yang setia mendampingi semakin menguatkan dengan rekaman lagu Cu Ju Ca karangannya, lalu sayapun (pasutri Sulist-Milla) mulai menggoreskan puisi Cintaku Ayo Pulang dan Pasutri Kuncoro-Shiang menyelesaikan aransemen musiknya. Dan Puji Tuhan akhirnya, CU Ju Ca (Cuma Juruselamat Cahaya) yang menjadi judul dari film pendek episode Sang Terang dari Distrik XV Pangkalpinang dapat terwujud juga dengan dukungan tim lainnya yaitu Pasutri Ripto-Natalia, Pasutri Robert-Nani dan Pasutri Anton Wuri.
Dalam prosesnya Pasutri Sulist-Milla dan Pasutri Kuncoro-Shiang berada di belakang layar sebagai kameramen, sutradara, lighting, logistic dan tata rias. Selain itu juga didukung oleh anak-anak muda Egi, Bona membantu kameramen dan Welly di editing akhir. Sungguh sebuah pergulatan dan proses yang tak mudah, namun toh mampu memberikan secercah harapan. Bahwa semua proses kehidupan ini harus dilalui dan diharapkan akan indah pada akhirnya.
Cu Ju Ca yang pada awalnya hanyalah karangan buat film pendek itu, pada akhirnya juga menggambarkan kehidupan kami baik secara pribadi maupun secara komunitas. Pergulatan hidup yang harus dijalani kadangkala membuat kami tersesat dan terpuruk dalam sebuah kegelapan dan enggan kembali pulang kepada Sang Terang – yaitu Yesus Sang Juru Selamat kita. Semoga hal ini juga akan semakin meneguhkan kami dalam menghidupi Komunitas ME yang saat ini tersebar di berbagai pulau dan dan terpisahkan oleh lautan.
We Love You …We Need You…
Romo Nugroho dan Pasutri Sulist – Mil La (IH/MJ)