Life

Selaksa Makna di Balik Layar Kaca

Perjumpaan yang Mengubah dan Memulihkan

Mentari yang ke dua puluh delapan menyingsing pada chandra ke-tiga tahun 2021,  kala itu kami Distrik 17 Samarinda ketiban sampur untuk menampilkan episode 4 Sang Hidup. Sebuah panggilan untuk tetap menggerakan komunitas di masa pandemi.  Dengan berbekal semangat dan harapan segenap kru dan pemain berkumpul untuk berbagi peran. Setelah berdiskusi dengan sutradara, kami pun memilih untuk berkarya dibalik layar sebagai  peran pembantu. Sebuah peran yang diposisikan siap membantu di segala bidang untuk tercapainya tujuan yaitu persembahan karya seni dalam wujud teater, nada dan tari berjejaring.

Pada sesi latihan terakhir sebelum pengambilan gambar, kami dihubungi oleh Romo Adhi, Pr sebagai pendamping yang menawarkan bantuan untuk ikut mengevaluasi latihan kami. Gayung bersambut,  kamipun segera mengirim rekaman video latihan ke beliau.  Kemudian berlangsunglah  sesi evaluasi melalui media zoom meeting. Berbagai masukan dari Romo Adhi dan sharing yang meneguhkan dari seluruh kru pemain sungguh memberi warna malam itu.  Lebih dari itu perjumpaan malam itu  membawa energi baru untuk tampil maksimal di hari H nanti.  Perjumpaan virtual malam itu akhirnya mendorong sutradara untuk merubah lokasi syuting dari indoor menjadi outdoor.  Disamping itu,  untuk menghasilkan kualitas suara yang baik,  diputuskan untuk merekam audio dialog para pemain dan musik di studio rekaman.   Dua perubahan itu sungguh membawa dampak yang penting.

Sebagai pasutri tentunya relasi kami mengalami pasang surut. Ketika berada pada masa yang surut, kami tetap berusaha hadir dalam sesi latihan dan berjumpa dengan pasutri lain.  Seusai sesi latihan, dalam perjalanan pulang akhirnya kami bisa bercanda tawa ketika berdialog tentang serba serbi dan kelucuan sesi latihan. Ternyata pertemuan sederhana dengan pasutri lain bisa membantu relasi yang sedang surut.  Perjumpaan dengan pasutri yang memiliki nilai-nilai yang sama dalam gerakan ME menjadi daya pemulih bagi relasi kepasutrian kami.

Dari Mobil Mogok  Hingga Kehangatan Relasi

Hari itu adalah hari H pengambilan gambar, pasutri Hety Adi sebagai pemeran utama pun bersiap meniti perjalanan sejauh 120 km menuju lokasi syuting.  Ritual mengukur jalan pada akhir minggu itu telah berlangsung satu setengah purnama, guna melatih olah vokal dan gerak untuk tampil optimal.

Di tengah jalan bebas hambatan yang sunyi, mesin mobil tiba-tiba mengerang, indikator suhu pada dashboard meningkat drastis.  Laju roda mulai melambat, meski pedal gas telah diinjak maksimal.  Perasaan cemas, marah dan takut  menyergap hati bertubi tubi. Berbagai pikiran negatif datang silih berganti. Adegan pembuka pasti akan ditunda jika salah satu pemain datang terlambat. Sungguh menyedihkan jika mogoknya mobil menjadi penyebab gagalnya sesi pengambilan gambar. Sebuah momen yang telah dirintis melalui keringat dan pengorbanan semua kru dan pemain. Setelah sejenak menepi  pada bahu jalan, akhirnya mobil mampu berjalan kembali meski dengan kecepatan 40km/jam.  Sesi take video akhirnya dapat berjalan lancar.

Rangkaian berbagai kisah perjalanan pulang pergi selama dua kali tiga jam, membawa nuansa yang berbeda.  Kesibukan di tempat kerja selama lima hari yang menguras energi, terobati melalui quality time dalam perjalanan menuju tempat latihan. Canda tawa dan nyanyian dua insan senantiasa bersenandung di sepanjang jalan penuh kenangan. Kehangatan relasi kembali terjalin melalui peristiwa yang biasa yaitu perjalanan berdua bersama pasangan tercinta.

Dari Game Online hingga Nuansa Kemesraan

Dipilih menjadi salah satu pemeran utama drama,  seolah seperti hadirnya petir di siang hari bolong bagi pasutri Yessy Hisky. Sungguh tidak pernah terbayangkan sebelumya.  Keduanya sama sekali tidak memiliki latar belakang dan pengalaman bermain drama.

Karakter yang dibawakan juga cukup menantang, Hisky yang cenderung pendiam dan sulit berekspresi harus memerankan seorang suami yang temperamental. Sementara Yessy yang dalam keseharian hidup dikenal sebagai istri yang ekspresif dan tegas, didapuk untuk memainkan peran sebagai istri yang lembut dan nrimo.

Kepusingan bertambah ketika mereka diminta untuk menghafalkan sekaligus menghayati naskah dialog. Timbul perasaan putus asa dari Hisky dan iapun meminta sutradara untuk bertukar peran dengan pemain pendukung lainnya. Namun Yessy memberikan dukungan agar Hisky tetap mau berusaha berlatih. Hati Hisky pun akhirnya luluh, hari demi hari ia lalui dengan mulai tekun menghafalkan naskah dialog. Tanpa disadari kebiasaan baru ini mampu menggeser alokasi waktunya bermain game online.  Sesekali Hisky meminta pendapat Yessy perihal intonasi dan penjiwaan dialog. Terciptalah moment berduaan melalui diskusi naskah. Kebersamaan dalam berlatih menjadi pemicu nuansa kemesraan sebagai pasutri.

Fiat Bunda Maria yang Meneguhkan

Adegan ketiga menampilkan seorang istri yang menari di atas gong sambil mendaraskan doa. Teladan kesetiaan Bunda Maria dalam mendampingi Tuhan Yesus dari Betlehem hingga Kalvari menjadi roh dalam scene ini. Kebingungan tentang bagaimana harus menampilkan olah gerak mewarnai benak pasutri Vanny Tyo. Vanny yang belum pernah menekuni gerakan tari sempat patah arang ketika mencoba mengikuti arahan sutradara. Terbesit dibenaknya untuk mundur menjelang sesi latihan terakhir. Tyo terus meyakinkan Vanny bahwa ia mampu dan bisa dengan tekun berlatih.

Senda gurau diantara pemain dan kru selama proses latihan mengobarkan kembali api semangat yang mulai meredup. Keseriusan Tyo dalam melafalkan dialog menjadi tambahan pelecut asa untuk Vanny kembali berlatih.  Berbekal inspirasi kesetiaan Bunda Maria dalam menjawab panggilan sebagai Bunda Gereja, meneguhkan Vanny Tyo untuk setia berlatih dan memberikan penampilan terbaik sebagai wujud cinta yang nyata.

Dibalik layar kaca festival UeRL terdapat berbagai cerita sebagai pemantik untuk mengolah rasa yang mengundang setiap insan menemukan selaksa makna.

BPS Dewi Pio sebagai Sutradara

Pas. Dewi Pio

Dewi:
Saat kami ditunjuk sebagai penulis naskah dan sutradara untuk Distrik 17 Samarinda dalam acara Festival UeRL, perasaan ragu dan galau berkecamuk dalam benak saya, hal ini muncul ketika menyadari pasangan saya sekarang sering berangkat keluar kota untuk bekerja.

Hal yang tak mudah dalam proses pembuatan drama ini karena yang diminta hanya berdurasi 6 menit untuk visualisasi Episode Sang Hidup. Tantangan lain muncul dari sisi waktu latihan yang sangat singkat, dan kenyataan bahwa semua pemain belum punya pengalaman bermain drama. Namun melalui beberapa kali pertemuan dalam kelompok dialog, akhirnya semua pasutri jadi terbuka untuk merangkum sebuah cinta dan melahirkan sebuah karya. Naskah singkat yang dibuat bercermin pada kelompok dialog  pasutri dan atas dukungan Romo Agustinus Doni Tupen, MSF.

Proses latihan yang diadakan Sabtu dan Minggu selalu kami tunggu-tunggu, karena selalu ada kelucuan, kegokilan rekan-rekan pasutri yang membuat kami jadi meleleh dan tertawa gembira. Tanpa kami sadari, pertemuan dengan pasutri-pasutri lain membuat relasi kami semakin hangat, sepulang dari latihan, kami selalu mendiskusikan dan berdialog mengenai  gerakan, mimik wajah dan vokal dari para pemain apabila ada yang kurang pas, sehingga menjadi pekerjaan rumah  buat kami untuk latihan selanjutnya.

Waktu berjalan dengan cepat, proses rekaman suara kami lakukan di studio dan akhirnya sampai pada shooting pembuatan video. Perasaan was-was, cemas, galau dan takut saya alami.  Ketakutan itu muncul ketika membayangkan akan  ada hal-hal yang tidak sesuai harapan kami dan rekan pasutri semua.  Namun karena dukungan dan kerjasama dari pasutri pemain dan juga Romo Adhi sebagai pembimbing, dan semua Romo serta pasutri pendukung acara, akhirnya semua berjalan dengan baik dan lancar. Alam pun mendukung dengan kecerahannya yang menghangatkan jiwa.

Terus terang saya tidak menyangka bahwa hasil karya yang kita buat, kita olah dan jalani  bersama para pasutri Distrik 17 Samarinda , akan menjadi  seindah itu, perasaan takjub, bahagia dan bangga saya rasakan begitu besar, jika diukur perasaan saya saat itu berada di skala sempurna diangka tertinggi yaitu 10

Saya acungkan 100 jempol untuk pasutri distrik 17 Samarinda!! We Love You We Need You!!

Pio:
Entah malaikat mana yang menggerakkan seluruh jiwa ragaku ketika diminta untuk mengomandani acara UeRL Distrik 17 Samarinda. Perasaan saya bingung, takut namun senang bercampur aduk. Saya senang, karena  hobi  saya berteater hadir kembali, namun bingung dan takut, karena waktu yang diberikan begitu singkat.

Melalui pertemuan KD yang intens, membuat saya semakin diberi keberanian untuk membuat  sebuah karya perdana bagi  Distrik 17 Samarinda.

Proses produksi aku alami penuh sukacita, terlebih para pasutri pemain yang begitu bersemangat untuk hadir dan mau berproses bersama. Lucunya setiap Minggu selalu ada gerakan/ tarian yang berubah-ubah karena tuntutan durasi/ arahan pembimbing, untunglah seluruh pemain sadar juga, walau ada juga yang tidak puas (mas Iki kok ganti- ganti piye..) aku tersenyum senang juga, karena para pemain mulai kritis dan mau ambil peranan dalam mengembangkan karya ini.

Karena sikap kritis para pemain, aku jadi semakin percaya diri untuk mencari dan memberikan karya yang terbaik untuk Distrik kami.

Sampai pada akhirnya saat rekaman  dan pengambilan gambar selesai, semua jerih payah, emosi, lelah dan segala rasa yang tadinya muncul, terbayar lunas dengan hasilnya yang sungguh maksimal, jika digambarkan perasaanku seperti terbang tinggi di antariksa yang paling jauh .

Terimakasih untuk pasanganku yang selalu mendampingiku, mendukungku, menyemangatiku dari awal hingga selesai proses drama ini, terimakasih untuk seluruh pasutri pemain, pasutri pendukung dan penyelenggara acara, para Romo dan seluruh pasutri Distrik 17 Samarinda yang telah mendukung acara ini. We Love You We Need You.

BPS Hety Adi sebagai pemain utama

Pas. Hety Adi

Hety :
Saat sutradara menunjukku menjadi salah satu pemeran utama dalam Sinterdaring UeRL, perasaan yang muncul adalah rasa kaget, ragu-ragu bahkan takut tidak dapat melakukan sesuai harapan mengingat usia sudah Kepala 5, tidak ada latar belakang teater atau penari atau sejenisnya. Terakhir terlibat drama Natal waktu kelas 4 SD dengan peran malaikat.

Pada awal latihan perasaan terbesarku adalah bingung, bagaimana harus bertata gerak sesuai tuntutan skenario. Perasaan semangat justru muncul karena dukungan dan dorongan dari teman-teman komunitas. Saking semangatnya saya sampai meminta bantuan teman waktu SMP yang berprofesi penari untuk memberikan contoh-contoh tarian yang menggambarkan perasaan gembira, sedih, putus asa dan marah. Perasaan semangat dan gembira bertambah ketika setiap hari Sabtu dan Minggu jadi punya kesempatan menginap di luar kota berdua bersama pasangan untuk latihan bersama.

Selama ini setiap kali perjalanan ke luar kota saya selalu tertidur di dalam kendaraan tanpa mempedulikan pasangan yang sedang menjadi sopir. Hal itu tidak terjadi dalam 6 kali kesempatan latihan. Jarak yang harus ditempuh sekitar 3 jam untuk sampai ke tempat latihan menjadi perjalanan yang membahagiakan. Sepanjang perjalanan kami mengobrol, bercanda bahkan bergantian berlatih dialog dan saling memberi masukan. Relasi kami berdua menjadi sangat baik dan intim. Perasaan senang dan gembira bertambah ketika bertemu dengan pasutri lain yang terlibat dalam Sinterdaling tersebut. Kami selalu bercanda, saling mendukung dan memperhatikan meskipun tetap latihan secara serius. Hari Sabtu dan Minggu menjadi hari yang sangat saya nanti-nantikan. Perasaan semangat, senang dan bahagia itu kalau diukur berada pada skala 9. Perasaan itu sama seperti ketika masih kecil dulu terlibat drama Natal di gereja. Setelah take video terakhir selesai dilakukan, perasaan terkuat saya adalah lega, bersyukur dan sekaligus terharu. Melalui kegiatan ini saya merasakan dicintai dan diberi kesempatan untuk menunjukkan cinta bagi orang lain.

Adi :
Ditunjuk untuk mengikuti dan terlibat sebagai pemeran utama dalam Sinterdaring UeRL adalah sesuatu yang tidak terbayangkan sebelumnya bagi saya. Awalnya saya merasa tidak mampu ketika harus menghafal naskah, harus menghayati peran dan berekspresi dengan gerak dan mimik tertentu, karena pada dasarnya saya ini orang yang tidak bisa ekpresif, pemalu dan tidak biasa tampil di depan umum. Sungguh sesuatu yang sulit bagi saya.

Perasaan tertantang justru muncul ketika saya harus melagukan sebait naskah dengan ekspresi nada bebas sesuka saya, atas permintaan sutradara. Saya mulai bisa menikmati peran yang diberikan. Apalagi pasangan saya selalu dengan penuh semangat memotivasi saya untuk bisa menghafalkan naskah. Saat latihan bersama pasangan yang kami lakukan saat di rumah dengan membaca dan menghafal naskah menjadi sesuatu yang menyenangkan dan mengasyikkan. Saya bisa bersenda gurau dengan pasangan. Kami menjadi sangat dekat dan mengalami saat-saat yang menyenangkan dan membahagiakan, seperti saat berpacaran.

Perjalanan bolak-balik dari rumah di Samarinda ke tempat latihan di Balikpapan justru menjadi saat yang kami tunggu setiap minggunya, selalu kami rencanakan dan persiapkan dengan sebaik-baiknya.  Bertemu dengan pasangan-pasangan lain saat latihan menjadi kerinduan kami. Perasaan senang dan bahagia bertemu dengan pasangan lain saat hadir dalam latihan kalau diukur ada dalam skala 9, perasaan senang dan bahagia itu seperti ketika bisa pulang kampung dan bertemu dengan sanak saudara yang lama tidak berjumpa. Sinterdaring UeRL telah mampu mengobati kerinduan kami untuk bertemu secara offline dalam komunitas ME, meski dalam situasi dan suasana pandemi. Kegiatan ini telah membuat hubungan saya dengan pasangan semakin dekat dan mesra, juga hubungan dengan pasangan-pasangan lain semakin akrab, saling mengenal lebih dekat, saling membantu dan memperhatikan. Pokoknya Festival Sinterdaring UeRL telah membuat kami bahagia luar biasaaaah, dan mengharapkan ada festival berikutnya

BPS Ana Robert sebagai pemain pendukung

SOP (Semangat Ora Padam)

Pas. Ana Robert

Ana Robert
Sejak pandemi ini banyak yang berubah, salah satunya pertemuan ME secara tatap muka ditiadakan, dan hal ini yang membuat kami menjadi semakin rindu untuk berkumpul bersama-sama dengan teman sekomunitas. Tiba-tiba sekitar awal Maret 2021, kami diajak untuk bergabung dalam KD secara virtual dan ini sungguh membuat kami senang, setidaknya masih bisa mengobati rasa kangen dengan teman-teman. KD ini terus berlanjut hingga 5 tema dan kami selalu berusaha untuk ikut.

SOP 1: Semangat kami menyala
Kelima tema KD yang dibahas dan disharingkan sangat membantu kami dalam meningkatkan relasi dan kehangatan dalam berelas, terutama dalam menghadapi masa pandemi yang sangat menguras tenaga dan pikiran. Kami jadi lebih banyak berdialog dan sharing tentang perasaan yang dialami, mulai dari rasa khawatir tentang pekerjaan, ketakutan kami dalam beraktivitas diluar rumah yang nantinya bisa membawa pulang virus, kekhawatiran dengan sekolah anak yang menggunakan sistem online yang entah sampai kapan berakhirnya. Tetapi itu semua dapat kami lalui bersama dengan selalu ada waktu untuk berdialog dan sharing terutama sangat terbantu dengan KD ME 5 tema tersebut.

Sukacita kami dalam ber-KD pun dilanjutkan dengan tantangan dari team. Hasil dari KD ini akan dilanjutkan menjadi sebuah drama dan semua peserta dalam KD ini akan terlibat. Ada 2 perasaan yang muncul dari kami sebagai pasangan, pertama : antusias yang dirasakan oleh Robert karena senang bermain drama dan menjadi ajang nostalgia jaman sekolah dulu, dan kedua rasa khawatir dan ogah dari Ana  karena sebelumnya belum pernah tampil dalam sebuah pementasan drama. Setelah berdialog, kami memutuskan untuk ikut terlibat dalam drama festival UeRL ini. Dan kami anggap sebagai sebuah tantangan baru dan kamipun saling menyemangati dan menganggap sebagai sebuah refreshing akhir pekan (karena latihan selalu akhir pekan) yang menyenangkan. Sebuah pelajaran yang bisa kami ambil adalah semangat kami timbul dan menyala karena ada perasaan sukacita yang terus diolah dan tidak berhenti sampai disini.

SOP 2: Semangat kami dan semangat mereka
Latihan pertamapun ditetapkan, yakni tanggal 22 Mei 2021 di Kapel Lasalete Paroki St. Theresia, Prapatan, dan pembagian masing-masing peran juga sudah ditentukan, kebetulan kami ceritanya menjadi setan (pasrah aja deh jadi setan…). Lha kok malah tidak menyenangkan perannya. Kamipun datang dengan perasaan yang was-was mengingat pandemi Covid-19 tak kunjung reda, selain itu kami juga sedikit sedih karena anak kami Felicitas biasanya selalu ikut ketika kami menghadiri pertemuan-pertemuan ME, namun karena ini pandemi jadi anak kami harus ditinggal di rumah bersama dengan neneknya.

Latihan yang kedua dilakukan pada tanggal 26 Mei 2021 di Ruko Sentra Eropa. Dalam latihan kedua ini kami tidak bisa hadir mengingat ada keperluan keluarga yang tidak bisa kami tinggalkan. Namun dari group WA kami bisa melihat semangat teman-teman untuk tetap latihan, belum lagi pasutri dari Samarinda Hetty Adi juga datang ke Balikpapan, dan juga langsung kembali ke Samarinda. Dari situ kamipun menjadi lebih bersemangat lagi untuk ikut terlibat dalam festival drama UeRL ini.

Selanjutnya pada tanggal 1 Juni 2021, kami semua kembali berkumpul di Aula Gereja St. Theresia, Prapatan untuk latihan yang ketiga. Dalam sesi latihan kali ini, setan diminta untuk bergerak dengan muka yang jelek dan sambil berteriak layaknya setan atau orang kesurupan. Hal ini tentu membuat kami menjadi heran karena rencana awal adalah setan hanya mengeluarkan suara-suara sambil bersautan-sauatan  satu sama lain, kok sekarang berubah menjadi orang yang kesetanan. Hal ini tentu membuat Ana menjadi bad mood, bahkan para pemeran pendukung wanita yang lainnya juga merasa tidak setuju dengan permintaan sutradara. Akhirnya diputuskan pemeran setan cewek menari-nari dan pemeran setan cowok seperti orang yang sedang kesurupan, sambil berteriak-teriak . Kami semua mengikuti arahan dari sutradara dan berlatih terus, bahkan sampai diulang-ulang, hingga kamipun berkeringat dan capek, karena harus gerak sana-sini, berteriak, menari, dan lain-lainnya,semangat kamipun terus bergelora dan meningkat karena tanpa kami duga para pemain drama lainnya memiliki semangat yang sangat luar biasa.

Latihan masih terus berlanjut dan berlanjut demi hasil yang baik dan memuaskan, dan selanjutnya ditetapkan latihan akan rutin dilakukan setiap hari Sabtu dan Minggu, yakni mulai di tanggal 12 Juni, 13 Juni, 19 Juni, 20 Juni, 26 Juni, dan 27 Juni. Hal ini bukanlah hal yang mudah, karena Sabtu dan Minggu adalah hari untuk keluarga, sementara kami harus mengorbankan waktu berkumpul dengan keluarga untuk latihan drama.

Selama proses latihan ini banyak sekali perubahan-perubahan gerakan atau tarian dari pertemuan ke pertemuan. Kami semua dituntut harus menari secara kompak dan luwes, padahal lagu iringannya belum ada. Hal ini tentu membuat kami menjadi lelah, dan kecewa. Kami saling bercerita dengan pasutri lainnya, dan ternyata mereka juga mengalami perasaan yang sama. Namun ada yang bisa kami petik dari hal ini, yakni ketika kita merasa sudah lelah dan capek ternyata pasangan kita tak jarang memberikan semangat untuk tetap bangkit. Hal inilah yang akhirnya membuat kami kuat sampai dengan proses pengambilan gambar.

Tidak hanya dukungan dari pasangan kita masing-masing, ternyata teman-teman sekomunitas juga sangat besar cintanya kepada kami semua, selalu memberikan dukungan dan semangat. Mulai dari menyiapkan makanan dan minuman selama proses latihan sampai dengan proses pengambilan gambar, memberikan support saat latihan dengan hadir dan memberikan komen disaat kami butuh masukan dan tepuk tangan disaat kami menyelesaikan adegan-adegan dalam drama dan yang lebih memompa semangat kami, para team belakang layar memberikan kami tiket, kaos, tumbler, serta menyiapkan kostum, dan masih banyak cinta lagi yang telah mereka berikan kepada kami semua. Dukungan berupa kasih, perhatian, kehadiran dan pengorbanan waktu dsb, semuanya itu kami terima dengan penuh rasa haru, bangga, gembira dan bersyukur  Ini yang membuat semangat kami meledak “harus! kami harus melakukan yang terbaik! harus totalitas dihari kami shooting!”. Kami sungguh sangat senang dan bersyukur sekali, karena tanpa dukungan dan semangat dari teman-teman sekomunitas mungkin acara ini tidak akan pernah berhasil.

SOP 3: Semangat membara
Hari H pengambilan gambar telah tiba, kami sangat antusias dan penuh percaya diri dalam mempersiapkan penampilan kami. Kami harus tampil sebaik mungkin dan semaksimal mungkin karena semangat teman-teman pemain dan pendukungnya sangat luar biasa. Persiapanpun berjalan dengan lancar mulai dari persiapan properti dan make up serta kostum.

Tantangan pun datang pada saat sampai di lokasi pengambilan gambar. Pada waktu latihan dan gladi, kami para pemain menggunakan alas kaki dan pada saat pengambilan gambar kami harus melepas alas kaki alias “nyeker”. Duri dari rumput dan tanaman putri malu banyak sekali bertebaran di lokasi itu, dan alhasil kamipun merasa kesakitan setiap melangkah dan menari. Ana sangat kesakitan di telapak kakinya dan beberapa duri menancap. Kamipun saling menatap dan memberikan semangat “ayo, hadapi!, sedikit lagi selesai!” . Disini kami merasakan energi yang sangat luar biasa dari teman-teman yang juga merasakan sama dengan kami, tertusuk duri di kaki saat melangkah, tapi dari ekspresi hasil pengambilan gambar seolah tidak terjadi apa–apa pada kaki kami.  Dengan semangat yang luar biasa kami semua mampu menyelesaikan pengambilan gambar dan kami sangat puas dengan apa yang telah kami lakukan.

Akhirnya festival UeRL yang kami tunggu-tunggu dimulai, yakni di tanggal 24 dan 25 Juli 2021. Tidak hanya kami yang antusias ingin melihat hasil drama masing-masing distrik yang ada di Indonesia, namun anak kami tercinta, Felicitas, juga sangat antusias sekali, dan selalu ikut menonton selama dua hari itu. Kami sekeluarga sangat senang dan terhibur melihat hasil drama masing-masing distrik, terutama drama distrik Samarinda. Ternyata apa yang telah kami korbankan dan perjuangkan selama ini hasilnya sungguh sangat luar biasa. Terima kasih untuk semua teman-teman sekomunitas yang selama ini telah memberikan cintanya, mendukung dan selalu terlibat, baik itu secara langsung, maupun tidak langsung, hingga akhirnya drama UeRL distrik Samarinda bisa tayang dan dinikmati bersama-sama dengan keluarga tercinta.

SOP 4: Semangat ora padam
Tak hanya berhenti sampai di festival UeRL ini, semangat itu semakin tinggi dan sukacita yang luar biasa, kamipun sempatkan pertemuan setelah festival UeRL yang lagi lagi kami lakukan secara online. Kami berbagi cerita, ber-BPS bersama tentang perasan perasaan kami mulai dari persiapan sampai acara puncak UeRL. Dari  hasil BPS kami,  ada harapan dari team supaya sukacita dan semangat ini tidak berhenti sampai disini saja. Semangat ini harus berbuah melimpah. Semangat ini ora padam!!

(MJ/DS)  

Start typing and press Enter to search