Pelangi Sang Kasih
- eRelasi
- September 15, 2021
Sejak Festival Uerl disosialisasikan, Distrik XII Denpasar mengikuti proses demi proses, dan akhirnya dipilihlah pasutri Indra Lilis sebagai ketua panitia Festival UeRL. Dalam undian, Distrik XII Denpasar mendapatkan tema Sang Kasih. Berdasarkan sharing-sharing pasutri, diputuskan untuk mengambil kisah hidup Pasutri Steph Maria. Mulailah kami mengadakan rapat koordinasi, walaupun melalui zoom, tapi kami dapat berkoordinasi dengan baik. Pengambilan gambar, dilakukan di Negara, tempat pasutri Steph Maria berdomisili. Jarak yang harus ditempuh selama lebih kurang 2 jam dari Denpasar tidak menyurutkan semangat team. Terutama ketua panitia, Indra Lilis.
Adapun, inilah kisah Pelangi Sang Kasih :
Pada waktu itu bulan Juni tahun 2012. Hatiku berdebar kencang. Aku melihat dokter memandang Steph dan aku bergantian. Tanganku berkeringat dan perutku terasa mulas. Menanti sepatah dua kata keluar dari mulut dokter. Ketika pada akhirnya vonis itu keluar dari mulutnya, aku benar-benar tidak dapat menerimanya. Kanker payudara? Sudah ganas? Tidak… tidak…. tidak mungkin
Hatiku sungguh hancur. Berapa lama lagi waktuku tersisa? Berulangkali pertanyaan itu muncul dalam benak. Kanker di payudara sebelah kiriku itu harus diangkat. Itu adalah jalan satu-satunya bila aku ingin sembuh. Membayangkan aku harus terbaring di atas meja operasi, itu sungguh menciutkan hatiku. Bagaimana bila aku tertidur di sana dan tak pernah bangun kembali? Apakah Steph dan anak-anak bisa melanjutkan hidup tanpaku? Hal-hal buruk terus berkecamuk dalam hatiku. Aku menjadi sulit tidur, tidak bersemangat dan malas berbicara kepada siapapun. Tidak kepada Steph, juga kepada kedua anakku. Apalagi terhadap orang lain. Steph memberikan ruang bagiku. Dia menggenggam tanganku. Menyediakan bahunya untuk aku bersandar dan menangis. Memelukku di kala aku tertidur.
Selama sebulan aku mempertanyakan Rencana Tuhan untukku ini. Pada akhirnya, suatu malam yang sunyi, Steph merengkuhku di dadanya. Dan dia berkata perlahan: ”Ma, aku dan anak-anak sangat membutuhkanmu. Mama harus bersemangat. Ayo kita mengejar kesembuhan. Kemanapun dan bagaimanapun itu. Aku tidak mengijinkan mama meninggalkan kami. Mama harus tetap bersama kami. Aku sungguh merasa sedih, melihat mama tidak bersemangat”. Kupandang Steph. Sesuatu yang bening mengalir dari matanya. Tiba-tiba semangat yang baru timbul. Aku harus sembuh. Setidaknya untuk orang-orang yang mencintaiku dan sangat aku cintai. Aku buang-jauh-jauh pikiran tentang biaya yang diperlukan untuk melakukan operasi. Tuhan pasti memberikan jalan.
Aku pernah meragukan Tuhan. Aku mempertanyakan Tuhan. Betapa berdosanya. Di ruang kecil, ruang pengakuan dosa di gereja kecil inilah aku bersimpuh. Memohon ampun dan belas kasihNya.
Mulailah perjalanan panjangku bersama Steph untuk mengejar kesembuhan. Kami berdua memutuskan untuk berobat ke Jogjakarta. Kami mengambil cuti selama 6 bulan, agar proses pengobatan dapat berjalan maksimal. Terkadang kami naik bis untuk pergi. Sepanjang perjalanan, aku menggenggam tangan Steph dan menyandarkan kepalaku di bahunya. Adakalanya juga kami naik pesawat. Bahkan pernah mencoba naik kereta api. Naik apapun itu, aku berusaha untuk menikmatinya. Bahkan dua kali operasi, enam kali kemoterapi, tiga puluh kali radioterapi dan puluhan kali kontrol rutin pun aku nikmati. Tekadku hanya satu. Aku sembuh!
Aku akan membuat setiap saat menjadi momen yang indah. Walau mungkin hanya dalam hatiku. Tak ingin aku lewatkan walau sekejap. Siapa tahu hal ini adalah yang terakhir? Ternyata tidak semuanya berjalan mulus. Ada saat dimana aku merasa sangat terpukul. Adalah ketika ayah harus berpulang. Ayah yang aku sayangi. Dan beliau juga sangat mendukungku untuk sembuh. Banyak kenangan yang tersimpan dalam hati tentang ayah. Terutama ketika aku kecil dan remaja. Juga lagu yang sangat ayah sukai. Nderek Dewi Maria. Dengan kepala yang tidak berambut, aku berdiri di tepi peti jenazah. Kupandang wajah ayah yang tidur dengan tenang. “Ayah, doakan aku agar aku bisa sembuh. Aku akan mendampingi Steph dan anak-anak, sebelum kita berjumpa lagi disana. Di tempat keabadian…”.
Perjalanan panjang itu mencapai ujungnya. Kini aku telah sembuh dan sehat. Cinta Sang Kasihlah yang membuat aku bisa melewati semua proses. Cinta Sang Kasih mengalir melalui Steph dan anak-anak kami. Orang-orang di sekitar kami. Saudara dan kerabat. Teman-teman. Samar-samar kudengar lagu itu. Nderek Dewi Maria. Kupandang langit disana. Pelangi membentang dengan indahnya… Pelangi Sang Kasih…
Sejak awal pasutri Indra Lilis menekankan bahwa kita berpartisipasi untuk festival Uerl ini. Bukan kemenangan yang kami kejar. Walaupun demikian, tentu kami semua bekerja dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat. Sehingga pada akhirnya kami semua bisa menyelesaikan vidio berdurasi 5 menit ini dengan baik. (EA/DS)
( Oleh : Yasyo Pur )