SAHYA GRAHITA KAMA
- eRelasi
- September 15, 2021
BPS: Pas. Sinhok Ayu – Kordis XIII Cirebon.
Ketika ada undangan rapat sosialisasi Festival UeRL dari Kornas pada tgl. 31 Januari 2021 kami hadir bersama pasutri Agung Detha. Bulan Maret berdasarkan hasil undian, Distrik XIII Cirebon mendapat undian nomor dua yaitu sang Immanuel ( Allah Putra menjelma menjadi manusia ).
Sebelum membuat naskah kami melakukan KD, Puji Tuhan Rm. Kris mendukung dan teman-teman komunitas juga banyak yang ikut. Untuk penulisan naskah kami serahkan kepada pas. Agung Detha. Semuanya berjalan lancar dengan naskah yang sangat menarik yaitu mengangkat true story dari pas. Agnes Christo.
Tibalah saatnya proses produksi video. Di saat yg sangat menentukan ini musibah datang beruntun, penulis naskah Christo Agnes terpapar covid, disusul Agung Detha yang juga terpapar dan dirawat dirumah sakit. Sementara deadline penyerahan video semakin dekat. Jika melihat grup WA Kordis/korwil banyak distrik yang sudah mulai latihan, bahkan ada yang sudah syuting, sedangkan kami belum apa-apa, tentu ada rasa khawatir. Tapi salut dengan semangat teman-teman yang luar biasa, dalam situasi kurang kondusif tetap giat berlatih. Sehingga pada 26 Juni 2021 syuting dapat dilakukan. Situasi saat itu cukup mencekam karena mulai ada pembatasan keluar masuk gereja. Tetapi Syukur Puji Tuhan syuting rampung malam itu juga dan keesokan paginya gereja ditutup, tidak ada kegiatan lagi dan Misa pun hanya online. Ada suka dan duka dalam proses pembuatan video ini dan kami semua merasakan penyertaan Tuhan sungguh luar biasa, semua bisa selesai tepat waktunya. Begitu juga dengan penjualan tiket UeRL, kami bekerjasama menyebarkannya, terutama pas. Yuni Petrus yang giat menginfokan ke grup-grup komunitas ME Cirebon.
Bravo buat teman-teman…Sang Immanuel hadir ditengah tengah-tengah kita. Terimakasih untuk semua yang telah mendukung dan terlibat dalam proses pembuatan video ini, semoga kita semua tetap sehat dan kompak selalu.
We love You, We need You.
BPS: Pas. Agung Detha – Penulis naskah
BTS (Behind The Scenes) Naskah “Sahya Grahita Kama”
Akhir Januari 2021 kami pasutri Agung-Detha, diajak oleh Koordinator ME Distrik XIII Cirebon Pasutri Sin Hok-Ayu untuk ikut serta memeriahkan Ulang Tahun ME Indonesia dalam Festival UeRL Sinterdaring. Perasaan kami saat itu sangat senang karena kerinduan kami akan kegiatan di komunitas ME Distrik XIII mulai terobati. Pada awal pertemuan Kelompok Dialog kami langsung diberi tanggung jawab untuk menulis Naskah Festival UeRL episode 2 “Sang Immanuel”. Jujur, saat itu kami sangat kaget dan bingung. Bagaimana tidak, kami adalah pasutri yang tidak memahami seni. Tapi tekad kami untuk memberikan penampilan terbaik dalam Festival UeRL, menumbuhkan semangat tersendiri bagi kami untuk dapat membuat naskah. Untunglah, sewaktu Detha kuliah sering diajak menyaksikan teman yang sedang berlatih di Teater “Seriboe Djendela”.
Berdasarkan pengalaman seadanya dan informasi-informasi yang kami cari dari internet, serta Kelompok Dialog yang sudah berjalan, kami pun mulai menentukan BPS siapa yang paling menarik dan sesuai dengan tema tersebut. Pada saat kami ber BPS yang paling menarik perhatian kami adalah cerita dari Pasutri Christo-Agnes. Maka kami sepakat untuk mengangkat judul naskah Sinterdaring ini dengan Bahasa Sansekerta yaitu “Sahya Grahita Kama” yang artinya “Mampu mempertahankan Perasaan Cintaku”.
Bukan hanya naskahnya yang penuh lika-liku kehidupan, namun proses penulisan naskah ini pun penuh dengan benturan kepentingan pribadi kami yang tak dapat kami hindari. Disaat deadline pengumpulan naskah (akhir bulan Mei), kami harus berada di Yogyakarta untuk menemani Ibu kami yang sedang menjalani operasi di rumah sakit. Hal ini membuat pengumpulan naskah harus kami undur. Sampai akhirnya naskah sudah jadi dan berhasil diterima oleh Tim ME Nasional.
Ketika naskah sudah selesai, kami pun masih dihadapkan pada proses pembuatan video. Mengingat sikon saat itu yang melarang kami untuk berkerumun, sedangkan waktu syuting hanya tinggal 1 bulan lagi. Tak mudah bagi kami untuk mencari pasutri yang bersedia meluangkan waktunya untuk mensukseskan pengambilan video ini. Puji Tuhan, berkat doa dari semua Tim ME Distrik XIII Cirebon, akhirnya kami mendapatkan beberapa pasutri yang dengan senang hati menyempatkan waktunya. Kami pun kembali bersemangat, ketika banyak pasutri yang berkenan terlibat dalam pembuatan video Sinterdaring ini. Akan tetapi, cobaan datang menghantam kami kembali. Saat mulai latihan untuk syuting video, Agung terinfeksi Virus Corona yang mengharuskannya terbaring di rumah sakit. Mau tidak mau, suka tidak suka, kami harus mengundurkan diri dari persiapan pembuatan video ini. Perasaan khawatir dan sedih bercampur menjadi satu. Kami harus menarik diri demi kepentingan dan keamanan bersama, namun kami tetap mendukung dari jauh. Beruntung pasutri lainnya yang terlibat dalam proses pembuatan video tidak terinfeksi virus Covid. Hal ini tidak lain karena kami selalu menerapkan protokol kesehatan pada saat latihan dan proses pembuatan video. Puji Tuhan, video dapat selesai tepat waktu dan saat video selesai, keesokan harinya diberlakukan PPKM. Sungguh, kami benar-benar merasakan pertolongan Tuhan itu takkan terlambat. Betapa Kuasa Tuhan itu nyata dalam setiap kejadian saat proses pembuatan video Festival UeRL Distrik XIII Cirebon ini dengan wujud MukjizatNYA yang luar biasa. Kebutuhan kami untuk dicintai sungguh sangat terpenuhi. Proficiat untuk ME Distrik XIII Cirebon. Terima kasih yang sebesar-besarnya, kami ungkapkan kepada Romo, seluruh Tim ME Distrik XIII Cirebon, seluruh pasutri ME Distrik XIII Cirebon dan semua pihak yang terlibat dalam pembuatan Video Festival UeRL Sinterdaring Distrik XIII Cirebon yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
We Love You, We Need You.
BPS: Pas. Tuti Priyo – Sutradara
Jatuh bangun menjadi sutradara dalam proses produksi video sinterdaring SAHYA GRAHITA KAMA
Ketika ditunjuk sebagai sutradara produksi video sinterdaring ini, ada rasa ragu yang hinggap di benak saya, ada perasaan takut tidak dapat selesai tepat pada waktunya. Ada beberapa kendala yang dihadapi diantaranya harus mencari pasutri yang mempunyai talenta sesuai dengan kebutuhan Festival, dan harus menyiapkan waktu untuk berlatih. Dimana kami hanya mempunyai kesempatan 5x latihan dan harus segera take video. Sungguh hal yang tidak mudah, apalagi saat ini adalah kondisi pandemi yang begitu sulitnya untuk kita dapat berkumpul. Dalam berlatih pun kami menemui kendala, karena kebanyakan dari talentnya tidak terbiasa menari. Terkadang harus mengulang karena lupa gerakannya. Tidak hanya itu, pada saat syuting juga mengalami beberapa kendala, syuting harus diulang berkali-kali karena terkadang ada kesalahan gerakan tariannya. Akan tetapi dari semua itu saya sangat bersyukur karena melihat semangat yang luar biasa dari para pasutri, mereka pantang menyerah, berlatih dan terus giat berlatih, berkomitmen dalam latihan. Dan saya pun didukung oleh pasangan saya yang sungguh luar biasa, sehingga video SAHYA GRAHA KAMA dapat selesai tepat waktu dan dapat dipersembahkan kepada ME Indonesia. (EA/WN)
We love You, We need You.