Sendra Tari Kisah Penciptaan “SANG SABDA”
- eRelasi
- September 9, 2021
Oleh: Pasutri.Agus Vero
Awal mendengar paparan dari Kornas mengenai Festival UeRL ini, saya berpikir ini ide gila, bikin program kok susah banget, apalagi dalam kondisi pandemi, gimana cara mengumpulkan orang. Dan yang paling saya pikirkan adalah biaya; pasti sangat besar … dari mana kita mendapatkannya?
Sebagai Kordis waktu itu saya merasa ini tanggung jawab besar, dan tidak mudah. Kami Eclesial Tim mulai berdialog khusus tentang Festival UeRL. Karena waktu itu memang belum ada ketentuan Distrik 3 Joglolang mendapat Episode berapa, maka kami hanya melaksanakan dialog per episode. Dalam dialog pertama mulai muncullah gambaran apa yang akan kami tampilkan.
Tanggal 28 Maret 2021 saat pengundian episode, Joglolang mendapat Episode I, sesuai keinginan. Mulailah kami memikirkan langkah selanjutnya, bersyukur kami mempunyai Romo yang penuh ide, Rm. Paulus Susanto dengan GERCEP (Gerak Cepat) mulai menyusun skenario cerita.
SENDRATARI DIBUAT DALAM 2 BAGIAN
TARI BAGIAN I: TARI WAYANG PENCIPTAAN
Pada bagian pertama ini, tarian lebih mengungkapkan peristiwa penciptaan sejauh diceritakan dalam Kitab Kejadian. Karena kutipan dari Kitab Kejadian sangat panjang, maka kami mengambil kutipan Kitab Suci dari awal Injil Yohanes 1:1 dan 3: “Pada awal mula adalah Sang Sabda; Sang Sabda itu bersama-sama dengan Allah dan Sang Sabda itu adalah Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia”, yang merupakan refleksi singkat dari penginjil Yohanes mengenai Sang Sabda yang bersama-sama dengan Allah menciptakan alam semesta.
Apa yang diciptakan oleh Sang Sabda itu diungkapkan dengan tarian para Romo dan pasutri ME yang membawa wayang bergambar: matahari, bulan, bintang, pohon, lalu aneka macam binatang. Dan puncaknya Dia menciptakan manusia Adam dan Hawa, inilah yang diungkapkan dalam tarian mesra Adam-Hawa yang dilaksanakan oleh sepasang pasutri ME juga.
Bentuk tarian yang kami pilih adalah wayang, sebab dalam wayang termuat berbagai karya seni yang luar biasa indah.
TARIAN BAGIAN II: TARI GEJOG LESUNG: SYUKUR DAN AJAKAN
Beberapa istilah Jawa dalam tari “Gejog Lesung”
- Lesung adalah alat penumbuk padi segi empat panjang yang dibuat dari kayu utuh yang diberi lobang. Padi yang mau dijadikan beras ditaruh di lobang itu dan dipukul memakai alu, yaitu penumbuk padi yang dibuat dari kayu juga.
- Gejog adalah tradisi menabuh lesung dengan alu bersama-sama dengan variasi tumbukan sehingga menghasilkan suara musik ritmik yang indah.
- Sego Wiwit. Sego berarti nasi. Wiwit berarti mulai. Di masyarakat Jawa ada kebiasaan: pada saat akan memulai panen raya potong padi, si pemilik panenan mengadakan doa syukur sebagai ucapan terima kasih kepada Tuhan atas anugerah panenan padi. Doa syukur diungkapkan dalam wujud Sego Wiwit, yang akan dinikmati bersama oleh para pemotong padi.
PENCARIAN PEMAIN
Setelah konsep kami dapatkan mulailah kami berpikir mencari pemainnya. Inilah Istimewanya Jogja, tidak susah mencari para pemain, karena Jogja gudangnya orang berjiwa seni. Saat kami share di Group Komunitas ada banyak talent yang bersedia. Puji Tuhan Komunitas ME Minomartani Pasutri Yanto Umi adalah pecinta Wayang Orang, beliau memiliki perangkat Gamelan lengkap beserta wayang-wayangnya, Penabuh juga semua dari Komunitas ME.
Yang membuat kami agak bingung adalah Penari Utama berperan sebagai Adam Hawa, apakah ada dari Komunitas ME? ternyata Pasutri Helly Astrid adalah penari lulusan Sekolah Seni di Yogyakarta dan aktif di sanggar Tari. Sedangkan pesindennya lebih mudah, karena komunitas ME Joglolang banyak yang sudah piawai menyanyi. Setelah semua beres, kami memikirkan pemain bagian ke 2.
Puji Tuhan kami diberi kelancaraan, saat kami obrolkan dengan Group Komunitas ME Bonoharjo mereka langsung menyanggupi, alat-alat seperti LESUNG, dan para penari, tempat Latihan,tempat syuting sudah mereka siapkan termasuk pelatih pun sudah siap. Terharu banget dengan kerelaan Komunitas Bonoharjo. Saya merasa sangat dicintai.
PROSES LATIHAN DAN PENGAMBILAN GAMBAR
Dalam kondisi pandemic saat ini kendala utama adalah proses latihan, mengingat pemainnya sangat banyak tersebar di berbagai MEP. Akhirnya kami putuskan latihan per kormep. Latihan Gamelan dan Sinden terpusat di MEP MINOMARTANI semua personel juga dari Paroki Minomartani kecuali R.Alexander Joko Purwanto yang berperan sebagai dalang dengan rela mau hadir saat latihan meskipun beliau dari Klaten menempuh perjalanan 120 km (PP). Penari focus di MEP JETIS semua penari dari Paroki Jetis kecuali Romo-Romo yang ikut menari Rm.FX.Suyamto, Pr, Rm.Rukmono OMI, rela untuk ikut Latihan di Paroki Jetis. Latihan Tari Gejong lesung juga kami pusatkan di Paroki Bonoharjo Wates, semua pemain dari Paroki Bonoharjo. Selama proses latihan ini Romo Paulus Susanto selalu hadir , hal ini membuat kami merasa terharu dan bangga.
Proses pengambilan gambar memang di tempat yang sama di SEMINARI OMI CONDONG CATUR, namun kami lakukan secara PROKES yang ketat. waktu kami bagi tidak bersamaan yang sudah selesai syuting pulang bergantian. Puji Tuhan kami semua sehat dan terberkati.
Perjalanan yang cukup panjang memakan banyak waktu dan tenaga, 1,5 bulan kami menyiapkan, melelahkan namun kami sangat puas. Setelah menyaksikan penayangan dalam Festival UeRL pada 24-25 Juli 2021. Kami bangga dan bahagia , karena bisa memberikan yang terbaik untuk DISTRIK kami tercinta, DISTRIK 3 JOGLOLANG. Kerja keras kami ini tidak akan terlaksana tanpa campur tangan Tuhan. MATURNUWUN GUSTI YESUS atas pertolonganMu untuk kami DISTRIK 3 JOGLOLANG. (EA, DS)
TANTANGAN PEMERAN UTAMA
Oleh : Pasutri Helly Astrid
Saya ingat betul waktu itu Pada tgl 9 April 2021 sore, kami berdua (Helly Astrid) masing-masing mendapat pesan WA dari Romo Paulus Susanto, Pr. Romo ingin bicara dengan kami melalui Video Call, wah kaget juga kami, ada apa ini, kok tumben beliau ingin berbicara dengan kami berdua. Akhirnya malam hari dalam video call tersebut, beliau mengajak kami berdua ikut berpartisipasi dalam Festival UeRL. Kami berdua diminta untuk menari Pemeran utama yaitu Adam dan Hawa. Kami berdua kaget dan kami berdua sama-sama tertawa Astrid dari kecil hingga remaja memang mengenal dunia tari. Bahkan saat sebelum pandemi, setiap menjelang acara Hari Kemerdekaan, dia selalu mengajari anak-anak sekitar rumah untuk menari mengisi acara di Kampung. Tapi saya tidak pernah dan tidak bisa menari membayangkannya saja membuat saya malas.
Namun, Romo Santo menyemangati kami, akhirnya kami pun mengiyakan ajakan Romo, masalah gerakan tubuh saya, biarlah nanti dilatih oleh Astrid dan anak kami.
Setelah diberi lagu dan dijelaskan oleh Romo bagian tarian kami, Astrid membuat gerakan tari memudahkan saya untuk menari. Saat latihan, awal-awal tentulah sulit buat saya, namun Astrid selalu membantu saya membetulkan gerakan tubuh, tangan, kaki akhirnya saya bisa sedikit mensejajarkan diri dengannya.
Selain tantangan menjadi peran utama kami pun diminta Romo untuk melatih para wayang yang berperan membawa simbol-simbol penciptaan.
Latihan dengan Romo dan penari lainnya pun kami lakukan beberapa kali, dan tentunya karena masa pandemi, maka prokes ketat pun dilakukan, dan Puji Tuhan semuanya berjalan lancar, dan semuanya sehat hingga akhirnya Hari H pun tiba, saatnya syuting
Kami para penari mendapat bagian siang hari untuk pengambilan gambar. Beberapa kali “take” diambil untuk mendapatkan hasil yg sempurna. Tidak menghiraukan semut yg menggigit kaki, keringat yg bercucuran, make up muka yg menipis, celana ataupun jarik yg melorot demi sebuah penampilan yg “apik” Hal ini tentunya menambah keceriaan dan tawa kami
Puji Tuhan semua berjalan lancar, kelelahan pun tidak terlihat, muka muka bahagia terpancar dan keguyuban pun terjadi, hingga melupakan bahwa kita masih berada di masa pandemi Terus terang kami berdua senang diberi kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam Sendratari ini. Yang jelas…. bila tidak mengikuti sendratari ini, mungkin saya tidak akan pernah menari bersama Astrid.
Thanks God
LESUNG JUMENGGLUNG: SUKA CITA ATAS HASIL PANEN
Oleh: Pasutri Bambang Ruwanto-Patmi Istiana
Untuk mewujudkan rasa syukur atas karunia Allah yang melimpah, Distrik 03 Joglolang menampilkan drama musikal yang bertajuk “Lesung Jumengglung”. Tembang “Lesung Jumengglung” ini mengingatkan kita pada sosok seniman tradisional dan dalang wayang kulit, Ki Nartosabdo. Seniman ini terkenal pada zamannya, sekitar tahun 1960-1980. Karya Ki Nartosabdo selalu menggambarkan suasana kehidupan masyarakat Jawa pedesaan yang guyup-rukun, ayem tentrem, suka menolong.
Lesung jumengglung, sru imbal-imbalan
Lesung jumengglung, maneter mangungkung
Ngumandhang ngebeki sajroning pradesan
Thok thok thek, thok thok gung
Thok thok thek, thok thek thok gung
Thok thok thek, thok thok gung
Thok thok thek, thok thek thok gung
Syair Lesung Jumengglung itu menggambarkan suasana pedesaan saat para petani sedang di sawah dan para perempuan Jawa pedesaan berada di rumah untuk menumbuk padi bersama-sama dengan menggunakan antan (alu, bahasa Jawa). Suara lesung yang dipukul dengan antan mengeluarkan irama yang teratur dan khas.
Drama musikal “Lesung Jemengglung” adalah bagian ke-2 dari yang tampilkan Distrik 03 Joglolang didukung oleh 8 pasutri, dengan komando mantan koordinator ME Joglolang, pasutri Agus-Vero. Dalam drama musikal ini disajikan pula tradisi “wiwitan” yang menandai awal musim panen padi. Tradisi wiwitan yang disajikan dalam bentuk sesaji dengan segala perlengkapannya merupakan ungkapan rasa syukur atas rejeki (panen). Setelah tradisi “wiwitan” dilanjutkan panen padi. Untuk mengolah padi digunakan peralatan sederhana lesung dan alu. Perempuan Jawa mengolah padi itu sambil menyanyi dengan penuh suka cita: lesung jumengglung …. (DS/ EA)
SENDRATARI UeRL JOGLOLANG
Oleh: Rm. Paulus Susanto
Setelah mendapatkan undian bahwa Joglolang harus menyiapkan sendratari UeRL episode pertama: Sang Sabda, memang awalnya saya bingung, mau membuat tayangan seperti apa. Kemudian saya mempelajari dengan teliti Kriteria Penilaian Festival UeRL yang berisi 10 butir itu. Kemudian saya mencoba-coba membuat skenario yang kira-kira memenuhi 10 butir kriteria itu:
- Mencari kutipan Kitab Suci yang cocok, akhirnya menemukan: Yoh 1: 1 & 3
- Mencari kegiatan seni budaya lokal yang melibatkan banyak anggota komunitas ME, memuat musik, lagu, sendratari, drama, akhirnya menemukan: wayang yang digabung dengan sendratari modern maupun tradisional, dipadukan dengan lagu-lagu yang mendukung tema.
- Untung sejak muda saya sudah biasa berfantasi menyiapkan acara-acara semacam itu, sehingga saya langsung mencoba membuat, hasilnya saya share ke panitia UeRL Joglolang, lalu mereka kritik dan tanggapi, juga ada masukan dari Pasutri Endang-Agung, yang mendampingi persiapan episode 1, begitu berkali-kali akhirnya jadilah skenario yang final.
- Setelah skenario jadi, langkah berikut adalah mencari personil-personil pelaksana. Kesulitan yang kami alami adalah bahwa personil yang terlibat itu harus dari komunitas ME. Untung dengan bantuan komunitas akhirnya kami bisa menemukan personil-personil anggota komunitas ME yang bisa melaksanakan skenario itu.
- Selanjutnya kami berlatih beberapa kali, dan jadilah tampilan seperti yang telah jadi itu. Yang kami syukuri adalah bahwa akhir Mei 2021 kami sudah menyelesaikan syuting, sehingga tidak terkendala PPKM.
Terima kasih atas inisiatif dan kreativitas dari ME Nasional, utamanya panitia SINTERDARING yang mengadakan acara ini, sehingga dalam kondisi pandemi seperti ini, kami distrik 3 Joglolang juga terbantu untuk menggerakkan komunitas kami. (EA,DS)
WE LOVE YOU WE NEED YOU