Mempertahankan Cinta tanpa Syarat dan Batas Waktu

Banyak yang bilang, jatuh cinta itu mudah tetapi membangun dan mempertahankan cinta itu sulit. Apalagi ketika salah satu dari kita secara tiba – tiba menjadi kaum disabilitas.
 
Agnes
Perkenalkan namaku Agnes (35 tahun) dan pasanganku bernama Christo (38 tahun). Kami menikah baru 6 tahun, dikaruniai 1 orang putra (umur 6 tahun) dan 1 orang putri (umur 2 tahun). Awal pernikahan kami semua berjalan begitu indah, kami hampir tak pernah bertengkar, kalaupun bertengkar hanya masalah kecil dan cepat selesai.
Sebagai wanita yang mandiri, hampir semua bisa aku kerjakan sendiri dan aku tak bisa hanya berdiam diri dirumah saja. Namun setelah melahirkan anak ke-2, kami berdua memutuskan untuk aku harus berhenti bekerja, dengan pertimbangan takut nanti anak – anak tidak keurus, kalau aku tetap memaksakan bekerja. Tetapi walaupun aku berhenti bekerja, aku tetap berusaha untuk ‘bekerja’, bukan karena gaji suamiku tak mencukupi kebutuhanku, tetapi karena pada dasarnya, aku senang bekerja, dan aku merasa ada kebanggan tersendiri kalau seorang wanita itu bisa punya uang sendiri.
 
Christo
Bagi saya, perempuan bekerja itu adalah pilihan. Suatu kebanggaan bagi saya sebagai pria, jika saya bisa mencukupi kebutuhan istri dan anak-anak saya. Dalam hal ini, Tuhan sudah begitu baik memberi saya rejeki dan berkat yang cukup. Kami mampu menggaji pembantu, anak-anak cukup makanan yang bergizi dan sekolah yang baik mutunya. Kami punya rumah yang nyaman, cukup untuk menampung kami sekeluarga. Ketika Agnes mau berusaha mandiri, saya tidak melarang. Saya anggap jika dia ingin punya uang yang bisa dia pakai untuk senang-senang.
 
Agnes
Tetapi 11 Juli 2020, kecelakaan kendaraan bermotor itu merenggut kebebasanku bergerak, membuatku harus menjalani hari – hariku di kasur saja. Malam – malam dan setiap hariku tergantung pada obat penghilang sakit dan obat tidur.  kaki ku tidak parah patahnya hanya dioperasi pasang sekrup, hanya saja setelah operasi pertama, muncullah infeksi. Dokter memberiku dua pilihan, apakah mau langsung amputasi atau operasi berkali-kali. Dengan keputusan yang berat, aku memilih operasi berkali-kali, aku tidak mau diamputasi, maka dokter mengambil tindakan membuang sebagian besar dagingku untuk mencegah infeksi menyebar lebih parah, akibatnya aku harus operasi cangkok kulit untuk menutupi daging yang terbuka tanpa tertutup kulit, kulit diambil dari bagian paha di satu kaki yang sama.
 
Kecelakaan itu telah merubah semuanya, dan juga telah merenggut sinar dalam rumahku, termasuk kegembiraan anak – anakku. Anakku yang pertama, mogok sekolah, dan yang kedua, sama sekali tidak mau dipegang sama mamanya. Demikian pula aku, menarik diri dari berbagai komunitas yang aku ikuti. Semua yang berhubungan dengan grup komunitas, aku mundur diam-diam dan aku menutup diriku rapat-rapat. Aku malu pada mereka dan malu pada diriku sendiri yang sudah tidak sempurna.
 
Di waktu malam ketika semua pada tertidur, seringkali aku menangisi diriku sendiri, mempertanyakan kepada Tuhan, kenapa Tuhan membuat aku seperti ini. Aku merasa sudah menjadi manusia yang tidak berguna dan bermanfaat bagi banyak orang terlebih khusus bagi keluarga kecilku sendiri. Aku merasa seperti mayat hidup yang hidup segan dan matipun tak mau. Dan aku manusia yang tak berguna sama sekali.
 
Christo
11 Juli 2020 pukul 15.03 s.d. 21.00-an adalah hari dan waktu yang tidak akan saya lupakan seumur hidup. Hari itu saya bergulat dengan perasaan yang naik turun. Saya masuk kedalam perasaan paling kelam dalam hidup saya, yaitu perasaan kehilangan pasangan hidup. Dalam keputus-asaan saya, saya memohon dengan perasaan paling jujur pada Tuhan. Saya akan menerima pasangan saya dalam keadaan cacat seperti apapun asalkan dia masih hidup. Itu adalah perasaan cinta, egoisme dan paksaan sekaligus janji pada Tuhan. Tuhan mengabulkan permohonan saya. Istri saya masih hidup. Nyawanya tidak terancam, tetapi akhirnya dia tidak bisa jalan normal lagi.
 
Agnes
Malam itu, Ketika Christo pulang dari kantor dan mengetahui bahwa anak – anak  sedang makan dikamar, seketika raut mukanya berubah menjadi menyeramkan dan tidak enak dilihat. Memang sedari semula Christo tidak pernah mengijinkan kalau anak – anak makan di dalam kamar. Tapi keadaannya berbanding terbalik dengan aturannya sekarang, anak – anak sangat menikmati keberadaan mamanya, kebersamaan makan bersama mamanya di dalam kamar. Seketika kamar menjadi berantakan dan lengket dimana – mana. Maka Ketika Christo sedang mandi, aku bersusah payah turun dari kasur, aku mencoba diam-diam ‘ngesot’  aku ambil tissue basah dan membersihkan semua makanan yang tercecer. Maka dengan segala kemampuanku yang terbatas, aku berusaha secepat mungkin membersihkan serpihan tersebut. Dengan harapan, kalau Christo masuk semua sudah bersih dan dia tidak marah nantinya. Dalam pikiranku, kalau kamar sudah bersih, maka aku bisa mengurangi sedikit beban Christo, untuk membersihkan kamar malam-malam.
 

Pasutri Christo Agnes

Tapi apa yang terjadi, tiba-tiba Christo membuka pintu kamar, lalu membentakku dan memarahiku, seketika itu juga aku menangis. Kembali perasaan menjadi manusia tidak berguna itu datang menyelimutiku dan membungkusku sehingga aku tak bisa berkata apapun selain menangis dan menangis, hatiku sangat hancur berkeping-keping. Air mata pun tak lagi dapat aku bendung … mengalir … mengalir dan mengalir terus tanpa berhenti.
 
Setelah memarahiku, Christo keluar dan membanting pintu. Malam itu jadi malam terpanjang bagi kami berdua, kami saling diam dan tak bertegur sapa sama sekali. Ketika Christo tertidur, perasaan ini semakin berkecamuk, perasaan diri tidak berguna, perasaan diri selalu menyusahkan orang lain, perasaan begini salah begitupun salah. Malam itu aku duduk terpaku di atas kasur  dengan hati yang  sakit. Sungguh ini sangat menyakitkan!
 
Bahkan teramat sakit untukku!  Sudah tidak bergunakah aku ini hidup di dunia? Segala upaya yang aku lakukan apakah selalu salah dimatanya? Seberapa berharganya kah aku baginya? Tiba-tiba terlintas pikiran setan dalam benakku. Jika begini terus untuk apa aku bertahan hidup? Untuk apa aku hidup kalau aku hanya akan menyusahkan orang saja nantinya. Malam itu aku berdoa isinya hanya tangisan, tak ada kata yang mampu keluar dari mulutku. Aku hanya berbicara sama Tuhan, “Tuhan untuk apa aku hidup kalau tidak berguna, hanya menyusahkan orang saja, hanya menjadi mayat hidup yang tidak bisa berbuat apa apa. Akupun meminta maaf pada Tuhan, “Ya Tuhan aku tau jika bunuh diri itu dosanya tidak terampuni, tetapi apakah Tuhan mengampuniku jika aku hidup hanya menyusahkan orang saja, aku tidak berguna Tuhan … ambilah nyawaku, percuma saja aku hidup Tuhan!” Kemudian kuambil 2 butir obat tidur dan obat penghilang rasa sakit dan meminumnya, berharap semua rasa sakit yang selama ini menemaniku hilang dan pergi bersama jiwaku…
 
Selesai berdoa aku mengambil HP, aku mencurahkan semua perasaanku dan meminta maaf pada Christo, karena aku hanya menyusahkan dia saja, menjadi istri yang tidak berguna untuknya. Air mataku mengalir semakin deras ketika aku mengatakan, aku pamit kalau aku besok pagi aku sudah tidak membuka mata  aku menitipkan anak-anakku pada Christo. Rasanya aku tak sanggup mengetik lebih banyak lagi, airmataku begitu deras … tanganku seketika menjadi dingin, dadaku berdebar begitu hebat. Mataku mulai berat rasanya, dalam hatiku aku mengatakan, sepertinya telah tiba waktuku untuk meninggalkan semua yang aku miliki.
 
Aku cium anak-anakku dalam tidur lelapnya, aku pandangi, “Mama pamit nak, maafkan mama harus pergi meninggalkan kalian, maafkan mama yang tidak berguna untuk kalian, maafkan mama yang ga pernah ada untuk kalian tapi mama akan selalu ada menemani kalian sampai kapanpun.”
 
Sebelum kupejamkan mataku yang semakin berat, aku minta maaf sama Tuhan atas segala apa yang aku perbuat, dan aku bilang sama Tuhan “Tuhan jikalau Kau ijinkan aku pergi malam ini, ampunilah dosaku ya Tuhan. Tetapi jika Tuhan masih ingin aku tinggal di sini, jadikanlah aku manusia yang berguna bagi orang lain”. Mataku pun terpejam saat itu.
 
Christo
Berbulan-bulan kami menjalani hari bersama-sama. Saya merawat Agnes dengan sabar dan setelaten mungkin. Saya meninggalkan dia setiap pagi sampai sore untuk kerja dan malam saya merawat dia. Saya tidak mengomel atau memarahi Agnes. Saya sangat mensyukuri Agnes masih ada dalam hidup saya. Masih bisa saya isengin dan bercanda bersama.
 
Berbulan-bulan, berkat dan cobaan datang berganti-ganti.
 
16 Des 2020, saat itu Agnes sudah pulih 70% kondisi tubuhnya. Saya mengajaknya bercinta, dan Agnes pun mengiyakan. Hari itu sudah malam, kami menyepakati besok adalah hari pertama kami bercinta setelah berbulan-bulan kami tidak melakukan itu.
 
17 Des 2020, Saya berangkat ke kantor dengan senang dan menunggu sore tiba. Ketika pulang, saya melihat di depan TV ada susu tumpah, ya sudah biarkan, nanti dibereskan sama pembantu. Saya buka pintu kamar, saya kaget kamar sudah kotor dengan nasi dan lauknya. Belum lagi lauknya itu kecap manis, berceceran di lantai. Perasaan saya langsung kecewa, seperti balon yang dikempeskan tiba-tiba.
 
“Lho…gimana sih, katanya mau bercinta, seharusnya semua dibuat rapi, bersih, anak-anak disuruh tidur cepat. Ini kalo bersihkan kecap kan sulit, harus pakai sabun, pasti lama. Saya kan sudah cape, masa harus ngepel lantai lagi, 2 kali lagi karena pakai air sabun.”
 
Saya bilang ke Agnes, “Kok makan di kamar” dan dijawab dengan entengnya “Namanya bocah …”
 
Saya semakin kesal … dia hanya PHP dengan ajakan bercinta atau gimana sih. Ya sudah saya bersihkan kotoran yang di luar. Waktu selesai, saya masuk ke kamar dan melihat Agnes sudah turun ke dari tempat tidur dan duduk sambal membersihkan makanan yang jatuh. Saya semakin marah, karena Agnes nekat turun dari tempat tidur. Kalau lukanya sobek lagi gimana? Tentunya sia-sia perjuangan selama 6 bulan ini. Kalo lukanya terbuka lagi, infeksi bisa masuk. Kalau Agnes tidak sembuh-sembuh, benar banyak orang kesusahan, tetapi yang menanggung perasaan minder paling besar tentunya Agnes sendiri.
 
Saya sangat marah dan menyuruhnya naik ke kasur lagi. Lalu saya menyuruh anak-anak tidur dengan marah, dan Agnes menangis. Saya segera tidur dan tidak mempedulikan tangisan Agnes.
 
Pagi hari, saya kaget dan kalut karena ada WA dari Agnes yang bilang bahwa dia menyampaikan permintaan maaf dan salam terakhir. Sungguh saya takut kehilangan Agnes saat itu.
 
Agnes
Keesokan harinya terdengar suara tangisan Christo, tangannya mengguncang2 tubuhku, tubuhku dipeluknya dalam tangisan. Ya Tuhan apakah aku masih hidup ataukah aku bermimpi ataukah aku sudah di alam lain, mataku masih sangat sulit aku buka waktu itu, tapi aku mampu melihat Christo duduk dipinggir ranjang sedang menangis memegang tanganku, Rasa dekapan yang hangat di tanganku mampu membangkitkan rasa, bahwa cinta diantara kami itu sebenarnya masih ada … rasa yang ingin saling melindungi itu lah yang membuat kami akhirnya bertengkar satu sama lain.
 
Akhirnya Tuhan masih memberikan kesempatan aku untuk hidup yang kedua kalinya, Tuhan masih memberikan aku kesempatan untuk berkumpul lagi bersama keluargaku,
 
Satu hal membuatku masih hidup adalah karena doa dan cinta dari Christo. Christo mengatakan, ketika dia pertama kali mendengar kabar aku kecelakaan, dalam perjalanan dia berdoa kepada Tuhan, dia akan menerima apapun keadaanku, asal aku masih hidup.
 
Di akhir pertengkaran kita, Christo mengatakan, jangan sekali kali lagi kamu bunuh diri, kalau kamu meninggalkan aku, aku udah pasti akan pergi menyusul kamu. Kalau masalah anak-anak, mereka sudah pasti akan ada yang merawat. Tetapi dalam hidupnya, akulah dunianya.
 
Agnes – Christo
Cinta dan penerimaan pasangan lah yang menghidupkan kembali cinta diantara kami berdua … Seiring waktu Christo membuktikan cinta Christo-lah yang menghidupkan aku kembali, Christo selalu berusaha mengangkat kembali keterpurukanku, meyakinkan selalu bahwa aku cantik dimatanya, walaupun kondisiku fisikku tidak sempurna lagi seperti dulu.
 
Merawat seseorang bukanlah masalah bisa atau tidak bisa dan juga bukan perkara mudah ataupun susah, namun berkaitan dengan perasaan cinta yang harus selalu bertumbuh dari hari ke hari tanpa syarat dan batas waktu. Saat ini akupun mulai membuktikan pada dunia bahwa kaum disabilitas dapat memiliki karya yang luar biasa dalam hidupnya. Aku sangat bersyukur dipertemukan dengan pasanganku saat ini, yang selalu mensupport aku tanpa lelah. Terima kasih untuk suamiku tercinta atas kasih sayang dan cinta tanpa syarat yang telah diberikan kepadaku.
Tantangan bagi Agnes adalah mengalahkan perasaan rendah diri, tetapi bagi Christo tantangan itu datang dari dalam diri dan lingkungan. Oleh karena itu, kami mohon doa dan pendampingan dari teman-teman semua, supaya kami dapat terus bangkit, membangun cinta, dan mempertahankan cinta agar tidak pernah padam. (SD/ )
Love U more and more..
 
09 Agustus 2021
Christo – Agnes
Distrik XIII Cirebon

Start typing and press Enter to search