Bagaimana kondisi saat badai Corona menerpa keluarga? Apa pengalaman iman para pasutri selama isoman? Topik tersebut disharingkan oleh 3 pasutri secara virtual pada Renewal Distrik V Purwokerto tanggal 11 Agustus 2021. Sesi sharing sarat dengan emosi yang mengharu biru dan ucapan syukur karena mereka berhasil selamat melaluinya atas rahmat Tuhan.
Pasutri Wirya Lia
Pasutri Wirya Lia
WIRYA Saat itu Lia dan ketiga anak kami positif Covid, maka saya harus tidur diluar rumah, sedangkan Lia bersama anak-anak tinggal di dalam rumah. Selama itu saya merasa tidak tenang dan selalu was-was, tidak tahu bagaimana kondisi mereka, setiap hari hanya menunggu berita dari Lia. Saya merasa sedih saat tidak bisa melakukan apa-apa untuk membantu mereka. Namun saya tahu bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi dari kemampuan saya. Dan saya juga tahu untuk naik kelas, kami harus kuat untuk melewati cobaan ini bersama-sama.
LIA Apa yang terberat saat kami isoman? Saat anak-anak minta makan dengan mengetuk pintu kamar saya. Namun saya tak bisa keluar dan memasak sesuatu buat mereka. Saya merasa sangat sedih, saya hanya bisa menangis. Saya tidak bisa menjalankan peran saya sebagai seorang ibu yang baik. Saya segera hubungi Wirya untuk mengantarkan makanan ke rumah agar anak-anak bisa makan.
Pasutri Dobi Rista
Pasutri Dobi Rista
DOBI Puncak sakit yang saya alami adalah pada malam Idul Adha. Saya sangat lemas, pusing, dan merasa berada antara hidup dan mati. Berat saya sudah turun 8 kg, anosmia, sesak dan saturasi 87, suhu tubuh 38,5 derajat selama 7 hari, saya juga diare darah sehari 8 kali tiap hari. Namun saat itu saya mendapatkan penguatan dan motivasi dari Rista yang sudah mulai membaik. Pada hari ke-10, semua gejala mulai ringan. Ada riak pengharapan bahwa saya akan melewati Covid dengan baik. Saya sudah mengalami berada pada titik nol, lalu muncul pengharapan. Dalam kesesakan, saya bisa bangkit dan menang dengan berpengharapan di dalam Tuhan. Puji Tuhan, pengharapan selama 25 hari berujung pada keselamatan
RISTA Saya bekerja di rumah sakit dan tahu resiko yang mungkin bisa saya alami. Sebelum saya terpapar memang banyak teman kantor yang sudah terpapar. Saya sangat sedih sekali saat terpapar Covid-19. Apalagi akhirnya keluarga saya terpapar semua. Dalam sakit yang luar biasa, saya ingin sekali berdoa. Namun tak sepatah katapun yang bisa saya untai dari mulut, pikiran, dan hati. Saya hanya memasrahkan hidup saya kepada-Nya. Dalam kepasrahan itu saya benar-benar merasakan pertolongan Tuhan. Tuhan tidak pernah meninggalkan kami. Puji Tuhan, kami sekeluarga yang terpapar dan berjuang bersama akhirnya sembuh bersama pada 3 Agustus 2021.
Pasutri Budhi-Rita
Pasutri Budhi Rita
BUDHI Beberapa hari setelah Rita positif, saya demam. Usiaku 68 tahun dan memiliki komorbit sehingga saya pesimis dan merasa setiap saat bisa meninggal. Saya tidak bisa makan dan hanya berpasrah pada Tuhan. Saat saya dalam puncak galau, tiba-tiba Pastur Parjono (Pastor paroki kami) menelpon. Pastor menasehati, mendoakan, dan mengajak saya ikut berdoa. Perasaan saya lebih tenang dan lega. Setelah itu saya bisa makan lagi dan dipulihkan. Saya merasakan bahwa Tuhan sungguh baik.
RITA Saya mengalami anosmia, demam, sakit perut. Saya dan suami melakukan SWAB. Hasilnya saya positif dan Budhi negatif. Perasaan saya adalah takut dan bingung karena ada 2 cucu yang masih bayi di rumah kami. Saya karantina mandiri di dalam kamar dan Budhi tidur di kamar lain. Beberapa hari kemudian anak-anak kami juga positif. Puji Tuhan, Evelyn, anak kami yang memiliki bayi kembar hanya OTG sehingga tetap bisa merawat bayi-bayinya. Saya sangat terharu merasakan tangan Tuhan bekerja lewat teman-teman saya. Mereka mengirimkan makanan dan obat-obatan buat kami. Saya berpasrah kepada Tuhan dan saya optimis bahwa Tuhan pasti akan menyembuhkan saya.
Dari pengalaman iman para pasutri ini, benarlah apa yang tertulis, “Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKu pun ringan” (Matius 11 :30). (EA/DS)