Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya? (Mat 8:26)
“Pandemi virus corona di seluruh dunia bukanlah penghakiman Tuhan atas umat manusia, tetapi panggilan Tuhan pada orang-orang untuk menilai apa yang paling penting bagi mereka dan memutuskan untuk bertindak sesuai mulai sekarang.” Paus Fransiskus (Vatikan, 27 Maret 2020)
Air danau yang tenang, tiba-tiba diterpa badai yang dahsyat. Menguncang para murid yang sedang berlayar dengan perahu di Danau Galilea. Mereka berteriak ketakutan, kehilangan harapan karena nyawanya terancam. Mereka bersama Yesus dalam perahu; tetapi indra mereka melihat Yesus tidur. Mereka berpikir Yesus tidak peduli kepada situasi mereka. Ketakutan dan kehilangan harapan dalam menghadapi badai yang dialami oleh para murid; terjadi dalam hidup kita beberapa tahun ini di masa pandemi virus corona. Apakah kitapun punya pengharapan seperti para murid di Danau Galilea yang dilanda badai? Bersama Kristus kapal tidak akan karam karena Tuhan kita memiliki kekuatan untuk menjadikan kita selamat dan damai dalam situasi seburuk apapun. Dia mampu meredakan angin topan.
Kita pun tidak menutup mata, bahkan diri kita sendiri mengalami goncangan seakan-akan Allah menghukum kita. Kita juga bisa menyanyikan syair lagu Ebiet G. Ade: ’Mungkin Tuhan mulai bosan…”. Kita gampang melontarkan tuduhan bahwa semua yang terjadi gara-gara Tuhan. Padahal kalau mau melihat dalam diri kita, semua ini disebabkan oleh kelemahan dan kerentanan kita. Sering kali kita meletakkan kepastian yang salah dan berlebihan yang bertumpu pada kekuatan dan pikiran kita sendiri. Inilah saatnya kita mendengarkan suara Tuhan yang memanggil orang-orang untuk beriman, bukan sekedar percaya bahwa Tuhan itu ada, tetapi berbalik kepada-Nya dan percaya kepada-Nya (bertobat). Saat ini, di mana kita diberi waktu untuk Retret Agung selama 40 hari (masa Prapaskah) sebagai momen untuk memutuskan cara hidup yang berbeda: hidup lebih baik, lebih mencintai dan peduli pada orang lain.
Mari kita sebagai individu, keluarga dan komunitas ME berani tampil sebagai orang-orang yang dapat menjadi panutan dan saksi “meski di tengah-tengah badai, kita tidak pernah kehilangan harapan dan peduli pada penderitaan sesama”. Saatnya membuat keputusan untuk menentukan mana yang perlu dań mana yang tidak. Saatnya kembali ke jalur yang dirintis oleh Tuhan Yesus dan memberi perhatian terhadap diri kita sendiri, keluarga dan komunitas serta sesama.
Tuhan berada di Bahtera hidup kita. Jangan takut. (DS/MJ )