Tuhan Berbicara melalui Istri Anda

“Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.” Kol 3:19

Pastur St Budhi Prayitno-D5 Purwokerto

 

Dalam gerakan ME, kadang tidak terduga sebagai imam atau pasutri memperoleh kepercayaan atau perutusan sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap kegiatan atau komunitas. Reaksi spontan menerima atau menolak. Sebelum mengambil keputusan, baiklah para suami mendengarkan suara istri. Sebab suara istri menjadi sarana mendengarkan suara Tuhan dan kehendak-Nya.

Santo Paulus (baca Ef 5: 23-32) berpesan : “Hai suami, kasihilah isterimu”. Jika suami tidak mengasihi istrinya, itu sama artinya dia tidak mengasihi tubuhnya sendiri, yang sudah menjadi ‘satu tubuh’ yang dipersatukan oleh Allah. Orang yang sehat dan normal tidak pernah membenci tubuhnya sendiri, dan akan mengasuhnya dan merawatnya. Itulah sikap suami terhadap istrinya yang dikehendaki oleh Allah. Maka jika suami menyakiti istrinya, sama dengan menyakiti tubuhnya sendiri. Demikian juga dalam hal mendengarkan suara istri.

Kita tahu tehnik dan berpengalaman dalam mendengarkan dengan hati. Paus Fransiskus dalam audiesi (7 Sept 2022) mengajarkan kepada kita semua: “Tuhan dapat berbicara kepada kita di saat-saat tak terduga dalam hidup kita, jika kita belajar untuk mendengarkan dengan baik apa yang dia katakan kepada kita di dalam hati kita. Discernment/ penegasan adalah sebuah proses yang menuntun seseorang dalam mengambil keputusan.”

Dalam Gereja Katolik, kemampuan discernment diterima dari Roh Kudus menuju kedalaman diri (hati nurani) untuk bertindak secara bebas. Tujuannya adalah untuk melihat dengan jelas, mengenali motivasi dasar atau kemurnian semangat yang mendorong seseorang melakukan sesuatu, sambil mengarahkannya pada arah yang benar. Nah menjadi sangat penting mendengarkan dengan hati apa yang dikatakan pasangan dan menjadi pintu masuk untuk mengambil keputusan penting demi relasi berdua dan keputusan bersama.

Menurut Santo Ignatius Loyola, discernment of spirit adalah interpretasi ‘gerakan batin’. Gerakan ini terdiri dari pikiran, imajinasi, emosi, kecenderungan, keinginan, perasaan, tolakan, dan ketertarikan. Dengan melatih diri untuk sensitif atas gerakan batin ini, refleksi, dan mengerti dari mana semua itu, kita bisa mengerti apa rencana Tuhan buat kita. Mendengarkan dengan hati menjadi jembatan untuk memahami istri tetapi jauh melampaui itu, yakni menemukan kehendak Tuhan, dengan cara mengenali reaksi dalam batin kita.

Suara istri memang perlu didengar, tapi kalau suara itu tetap diterima sebagai suara dari fihak luar dan belum menjadi suara hati Anda sendiri belum bisa menjadi pijakan untuk mendengarkan suara Tuhan. Periksalah diri sendiri, bagaimana saya bereaksi ketika mendengarkannya. Lihat apa yang terjadi ketika kita mengalami hal-hal yang tidak diharapkan, dan di sana kita dapat belajar untuk mengetahui hati kita saat ia bergerak. Mendengarkan dengan hati adalah bagian penting dari penegasan dalam membuat penilaian atau keputusan tentang sesuatu.

dengarkan istrimu

 

Ada dua aspek yang bisa kita cermati, untuk penegasan suara istri berasal dari dunia atau dari Tuhan. Suara dunia pada awalnya menarik, tetapi kemudian kita kehilangan kilau dan meninggalkan kekosongan dan ketidakpuasan; hasilnya: kosong, ketidakdamaian dan kebahagiaan. Sedangkan Suara Tuhan, pertama-tama sering kali membangkitkan perlawanan tertentu dan bahkan penolakan, tetapi ketika diikuti dan dilaksanakan disambut akan melahirkan kedamaian dan kelegaan yang tidak diketahui yang berlangsung untuk waktu yang lama. Sebagai latihan sederhana coba kenali antara suara dunia dan suara Tuhan: Ketika kita membutuhkan uang, tiba-tiba menemukan dompet berisi uang dan ada kartu identitas pemilik, kebetulan tidak ada seorangpun yang melihat dan mengetahui bahwa Andalah penemunya. Langkah apa yang akan Anda putuskan? Mengembalikan ke pemilik atau menggunakannya? Kenalilah gerak batin Anda.

Mendengarkan dengan hati menjadi dasar untuk proses berikutnya, yakni dialog sebelum mengambil keputusan. Dialog untuk membuat sebuah keputusan yang nantinya akan mempengaruhi relasi dengan pasangan dan kehidupan banyak orang. Segala kehendak dari istri dan dampak yang timbul dari keputusan yang diambil harus diperhatikan. Keputusan harus dibuat, walaupun keadaan memang tak sesempurna yang diinginkan. Sikap perfeksionis di dalam membuat keputusan haruslah dihindari, tanpa terjatuh pada sikap gegabah. Kejernihan pikiran keterbukaan dan kejujuran menjadi dasar utama dari semua proses ini.

Jangan abaikan suara istri dalam mengambil keputusan, Tuhan menggunakan suara istri untuk menyampaikan kehendak-Nya. The voice of God is incomplete if all we hear is the voice of men.

Start typing and press Enter to search