Kekuatan Cinta Keluarga
- eRelasi
- 15 October 2021
Pertengahan tahun 2021 istimewa bagi keluarga kami. Juni, anak sulung kami mengalami kecelakaan motor. Kondisi yang cukup parah di bagian mulut sehingga harus operasi. Berselang satu bulan kemudian, anak kedua kami demam selama dua hari. Setelah anak kami sembuh, di hari berikutnya, saya terpapar Covid-19, terjangkit oleh teman sekantor. Saya mencoba tenang dan memikirkan apa yang harus saya lakukan. Sebuah pikiran mengganjal tentang bagaimana anak kami. Usianya masih 8 tahun dan selalu bersama saya. Setelah berdialog dengan Mas Andre, dengan mempertimbangkan segala resikonya, kami pun sepakat bahwa Mas Andre akan kembali ke Malang. Walaupun tentu ada kekhawatiran akan tertular virus Covid-19, namun suami saya berbesar hati dan berkorban untuk melayani saya selama isoman.
NOVI
Isolasi mandiri adalah saat dimana saya berhenti sejenak dari rutinitas harian sebagai ibu, istri, karyawan dan Pengurus DPP. Seniri, tanpa televisi dan buku, sinar matahari seadanya, dan hanya berteman handphone. Sejak awal isoman hingga hari ke-14 saya sehat, makan enak, rasa dan penciuman normal, juga tidak mengalami sesak nafas. Namun ketika melihat “tik-tok” tentang nyanyian kehilangan akibat Covid, hati bergetar juga. Untuk mengatasi kekhawatiran, saya rutin bangun pagi, olahraga ringan, olah jiwa dengan Rosario pembebasan, mengikuti Misa rutin, praise & worship Pusat Pastoral Samadi, mendengarkan lagu rohani, renungan Romo Eko Wahyu OSC, membuat pikiran dan hati lebih seimbang. Bagi saya isoman adalah waktu pemurnian diri bersama Tuhan.
Tepat 14 hari isoman, saya menjalani tes PCR dan hasilnya “NEGATIF”. Ini menjadi buah terindah dari penyerahan diri kepada Tuhan. Saya bersyukur, suami dan anak-anak selalu menghibur dan menguatkan saya selama isoman. Sungguh, ketika kita berserah dan percaya penuh pada kehendak dan keputusan Tuhan, maka semua pasti indah pada waktuNya. Pengalaman ini sungguh menguatkan dan meneguhkan kami sebagai satu keluarga. Kami semakin yakin bahwa Tuhan sungguh nyata hadir dalam keluarga kami. Saya teringat kembali akan janji perkawinan kami, saling setia dalam untung dan malang, dalam suka dan duka. Dan Mas Andre telah membuktikannya, setia pada komitmen perkawinan kami.
ANDRE
Saat mendengar Novi positif Covid-19, posisi saya di luar kota. Dalam pikiran saya, awalnya harus lapor ke Satgas Covid di kantor agar saya dan keluarga dapat terpantau. Saya disarankan melakukan Rapid Antigen sebelum pulang ke Malang, dan hasilnya negatif. Saran klinik di kantor, Novi harus isoman. Jika selama isoman Novi timbul gejala sakit, harus segera lapor ke kantor dan akan ada solusi termasuk mencarikan Rumah Sakit. Novi juga disarankan terpisah dari saya dan anak-anak. Kebetulan di rumah kami ada satu kamar dengan kamar mandi dalam dan saya minta Novi isoman di sana. Saya ikuti semua saran dari kantor.
Dalam prosesnya, saya sempat ragu karena kami juga rentan tertular. Setelah berdialog, walaupun saya masih cemas, saya berpikir kasihan Novi apabila isoman sendiri dan anak kami yang masih kelas 3 SD butuh bimbingan belajar online. Akhirnya saya memutuskan, walau bagaimanapun harus mendampingi. Di saat yang bersamaan muncul keyakinan, saat kita berkumpul bersama keluarga walau dalam kondisi apapun, Tuhan Yesus pasti akan menguatkan kami. Saya pun pulang kembali ke Malang dengan hati yang tenang. Pokoknya niat ingsun, Dalam Nama Tuhan Yesus.
Malam pertama, anak kami menangis karena biasa tidur dengan ibunya. Kegiatan rutin saya selama Novi isoman: bangun pagi, misa pagi, menyiapkan semua kebutuhan mulai makanan, pakaian, mendampingi anak sekolah online hingga mengerjakan tugas sekolah. Walau harus tetap bekerja dari rumah, saya berusaha melakukan semuanya itu dengan sepenuh hati, karena saya sangat menyayangi istri dan anak-anak.
Muncul kecemasan sebelum tes PCR hari ke-14, karena pengalaman teman kantor, ada yang masih positif. Sedang Novi sudah mulai bosan isoman. Saya dapat memahami perasaan Novi, tetapi kami harus berpatokan pada laporan medis bukan ‘rasa’ kondisi sehat. Setelah hasil tes PCR keluar, Novi langsung teriak: “PUJI TUHAN!! hasilnya negatif.” Kami sekeluarga saling berpelukan, momen itu sangat mengharukan bagi kami sekeluarga.
Ketika kami saling mendukung dalam keluarga, kami sangat dikuatkan dan diteguhkan. Kekuatan cinta keluarga membuat semua indah pada waktuNya. (DS/WN)