Era Digital – Makin Pintar Pilah Pilih

Masih ingatkah Anda saat kita harus antri di telepon umum, berbekal sekantong koin di tangan? Kapan terakhir Anda menulis surat, melipatnya dengan hati-hati, memasukkan ke dalam amplop, menempel perangko dan mengirimnya lewat pos? Kemudian Anda pun berharap-harap cemas menunggu balasan surat Anda. Atau, pernahkah Anda mengalami masa menyewa video betamax berisi film serial dan untuk membawanya harus menggunakan kardus?

Hal-hal tersebut kini tinggal kenangan dan sudah layak disebut kuno karena perkembangan teknologi terus terjadi dan lajunya tak dapat dibendung. Di era digital seperti saat ini, siapa dari kita yang tidak mengenal dan menggunakan Internet? Informasi pun beredar dalam bentuk digital: foto digital, uang digital, peta digital, wisata digital, gaya hidup digital… apapun berakhiran “digital” supaya dianggap modern, atau istilah kerennya “kekinian”.

Istilah “digital” muncul sebagai pengganti teknologi analog. Ilmuwan di bidang komputer menemukan cara untuk mengubah informasi ke dalam bentuk elektronik. Informasi diubah ke dalam nilai-nilai biner berupa digit “1” dan digit “0”. Kedua nilai tersebut diterjemahkan sebagai ada tidaknya arus listrik pada perangkat komputer atau elektronik lainnya. Nilai-nilai tersebut kemudian dikenal dengan istilah “bit” dan kedua digit tersebut dapat dikombinasikan sebanyak mungkin untuk merepresentasikan media apapun ke dalam bentuk elektronik, seperti yang kita kenal sebagai media digital. Sebagai contoh, huruf “A” dalam kode biner adalah “01000001”. Digitalisasi juga dapat digunakan untuk warna, gambar, video, dan lain sebagainya. Rangkaian data tersebut kemudian dapat ditransmisikan melalui berbagai media, mulai dari kabel tembaga, serat optik, atau bahkan secara nirkabel melalui infra red, Bluetooth, atau Wi-Fi.

Munculnya teknologi internet membuka kesempatan untuk bertukar data ke seluruh dunia. Hal ini kemudian dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan hingga seperti sekarang ini. Siapa yang tak tertarik dengan wisata digital? Hanya dengan alat virtual reality, kita bisa ‘jalan-jalan’ ke berbagai negara di dunia dalam hitungan detik. Kita bisa berkorespondensi dan bertukar informasi secara cepat dengan kerabat dan kolega kita di seluruh dunia. Kebutuhan manusia untuk bersosialisasi juga didukung dengan platform teknologi yang bernama media sosial.

Inovasi pun terus berlanjut dengan munculnya teknologi kecerdasan buatan, dimana komputer didesain untuk mampu bekerja hingga mendekati kemampuan otak manusia. Sebuah super-komputer bernama “Deep Blue” berhasil mengalahkan Gary Kasparov, juara dunia catur. Di bidang astronomi, super-komputer membantu penemuan black hole yang sebelumnya sangat sulit ditemukan. Terlebih lagi, teknologi digital pun kini dapat bekerja untuk membaca sinyal yang diproduksi oleh otak. Teknologi ini dapat membantu penderita lumpuh untuk menggerakkan kursor, membuat karya seni menggunakan Photoshop, bermain game, bahkan menggerakkan lengan robot.

Era digital memberikan banyak manfaat, namun di sisi lain hal ini turut membuat peluang munculnya banyak kejahatan baru. Kemudahan dan kecepatan untuk menyebarkan informasi dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab untuk menyebarkan berita bohong (hoax). Teknologi kecerdasan buatan digunakan untuk melakukan deep fake untuk memanipulasi video. Contohnya adalah video “Obama” berikut ini yang dimanipulasi untuk menyampaikan hal-hal yang kontroversial.

Kita tidak bisa menghindar dari kemajuan teknologi, namun kita bisa belajar untuk dapat memilah hal-hal yang baik dan meninggalkan yang buruk.

Kehidupan di era digital dapat dilihat sebagai sebilah pedang yang memiliki dua sisi. Pada satu sisi, teknologi menawarkan banyak kemudahan, kecepatan informasi dan berbagai kemajuan inovasi teknologi. Banyak orang serta merta ‘mendigitalkan diri’ dengan mengubah segala aspek kehidupannya menjadi digital. Namun, di sisi lainnya era digital memiliki potensi untuk merusak. Kita tidak bisa menghindar dari kemajuan teknologi, namun kita bisa belajar untuk dapat memilah hal-hal yang baik dan meninggalkan yang buruk. Kita juga perlu sepenuhnya menyadari, bahwa digital adalah sebuah era, dan teknologi adalah sarana untuk mendukung kehidupan. Banyak hal yang tidak bisa diubah dalam bentuk digital, termasuk kebutuhan pokok: sandang, pangan, papan, afeksi, dan relasi fisik. Kita dapat membeli baju secara digital, tapi maukah kita memakai baju digital? Kita bisa memiliki gaya hidup digital, tapi apakah bermanfaat untuk memuliakan Tuhan?

Kebaikan yang dibawa oleh kehidupan di era digital sudah sepatutnya kita gunakan semaksimal mungkin untuk kemuliaan Tuhan. Seperti dalam Roma 11:36 (TB) “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” (IH/ WN)

Featured image by nuclear_lily on Adobe Stock Free

Start typing and press Enter to search