HATI KAMI BERKOBAR: Sharing mengikuti WEME

HATI KAMI BERKOBAR

Sharing mengikuti WEME

Pasutri Lilik-Lina D2 Semarang

LILIK: Saya merasa perkawinanku dengan Lina baik-baik saja, penuh kegembiraan, hangat dan mesra, tidak ada sesuatu yang mengkawatirkan. Lina selalu setia, menurut dan memberi semua yang kuharapkan darinya. Jadi menurut saya, eman-eman meninggalkan pekerjaan dan keluarga untuk mengikuti WEME.  Tapi karena teman kami yang kebetulan Koordinator ME di paroki kami, begitu getol mengajak kami, kami memutuskan untuk ikut WEME angkatan 217

LINA: Komunikasi melalui telepon dan whatsapp kami lakukan saat Lilik bertugas di luar kota, tapi itu tidak mengurangi kemesraan kami. Jadi apa gunanya mengikuti WEME? Ketertarikan saya berawal ketika teman yang mengajak kami mengatakan bahwa WEME diperuntukkan bagi pasutri yang hidup perkawinannya baik-baik saja. Kami memutuskan untuk ikut WEME angkatan 217. Sehari sebelum pelaksanaan WEME, saya terjatuh dari motor, badan rasanya sakit semua, bahkan untuk duduk berlama-lama masih kesulitan. Saya bermaksud membatalkan keikutsertaan WEME, namun Lilik dan teman-teman ME di paroki kami terus memberi semangat, dan akhirnya kami berangkat.

Lilik: Duduk dan mendengarkan sharing Pastor dan Pasutri terasa membosankan, ingin rasanya sesi Jumat ini segera berlalu. Namun saya tetap berusaha untuk menyimak.  Selesai acara hari pertama, saya dan istri membicarakan sharing yang tadi kami dengar. Ada kemiripan dengan hidup perkawinan kami, dimana kami kadang tidak jujur, ada kepalsuan. Malam itu kami istirahat dengan membawa beberapa pertanyaan, benarkan relasi kami sudah baik, apakah pasangan saya sudah merasakan kebaikan dan kehangatan?

 LINA: Sambil berjuang melawan rasa sakit pada kaki saya, saya coba mendengarkan sharing Pastor dan Pasutri dengan seksama. Mulanya biasa-biasa saja, kadang ikut tertawa. Saya kaget ketika mendengar sharing yang mirip-mirip dengan pengalaman kami, tapi Pasutri yang sharing bisa mengatasi dan memahami pasangannya, sedang kami tidak. Ketika kami istirahat, Lilik bertanya pada saya, “Dapat apa bu?”. Saya katakan dengan jujur, “Koq sepertinya ada yang mirip-mirip dengan kita ya?”. Kami saling berpandangan dan masih menyimpan jawaban, “Apa iya?”

LILIK: Sesi demi sesi WeekEnd kami ikuti dengan seksama. Terbersit dalam pikiranku “Apa iya perkawinan kami baik-baik saja?”. Ketika dibagikan pertanyaan handout, yang menjadi perhatianku adalah BPS (Bagaimana Perasaan Saya). Ini yang membedakan dengan pertanyaan retret pada umumnya. Jadi jawaban atas pertanyaan ini adalah perasaaan saya, bukan pandangan saya, atau perasaan orang lain. Saya mulai menikmati WeekEnd ini

Saat dialog 90/90 saya bertanya-tanya, apa yang akan ditulis dan dibahas dalam waktu yang begitu lama. Kami diminta untuk memilih tempat yang nyaman untuk menulis surat cinta yang nantinya harus diberikan kepada pasangan untuk dibaca dan didialogkan. Saya menulis dengan jujur dan terbuka semua perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan yang ingin saya lakukan berkaitan dengan pertanyaan dalam dialog. Sesudah sembilan puluh menit pertama, kami diminta melanjutkan dialog di dalam kamar. Lina dan saya saling menukarkan surat cinta kami dan kami membacanya dalam keheningan. Tiba-tiba kami menangis dan berpelukan. Beberapa saat kami diam. Setelah sekian tahun saya menikah, saya baru menyadari betapa Lina sungguh mencintai saya. Dalam dialog 90/90 ini saya berani terbuka dan jujur menyampaikan isi hati, pikiran dan perasaan saya. Ketika kembali saya baca surat yang saya tulis, saya merasa ternyata selama ini ada ketidakjujuran, ada kepalsuan dan ada rasa malu serta sungkan dalam membangun relasi. Saya dicelikkan, dibuka hati dan pikiran saya.

LINA: Saya mulai menikmati WeekEnd ini, dan sedikit melupakan rasa sakit. Pertanyaan handout saya jawab dengan jujur, dan ketika kami saling menukarkan surat cinta, saya melihat Lilik tertegun membaca surat cinta saya, sayapun demikian. Kami berani jujur dan terbuka dalam mengemukakan perasaan, yang selama ini hanya dipendam.

Dalam dialog 90/90, saat menulis surat cinta,  saya merasa senang sekaligus takut dalam menuliskan perasaan saya, tapi karena sejak awal WEME sudah dijelaskan tentang pentingnya keterbukaan, maka saya pun menulis dengan penuh perasaan dan kejujuran dalam setiap pertanyaan BPS yang disediakan.

Saat saya membaca surat cinta Lilik, saya speechless dan kami menangis bahagia. Ketika kami berani terbuka dan jujur, ternyata endingnya diluar dugaan saya, indah dan menyenangkan.

LILIK: Pengalaman dalam WEME 9terutama 90/90) menjadikan saya semakin mengerti arti perkawinan yang sesungguhnya. Perkawinan merupakan panggilan dan jalan kekudusan. Saya berkomitmen untuk terus menghidupi perkawinaan kami. Terima kasih WEME.

LINA: Rasanya seperti pengantin baru, indah dan menyenangkan. Itulah buah-buah yang kami terima dalam mengikuti WEME ini. Menghidupi perkawinan dengan dialog dan berbagi perasaan sebuah keniscayaan dan saya akan terus berusaha menjalaninya dengan dialog secara rutin.  (IH/WN)

 

Pasutri Lilik-Lina

Peserta WEME A217/2023

We Love You, We Need You

Start typing and press Enter to search