Mata Hati: Melihat Apa Yang Tidak Bisa Dilihat Oleh Mata
“Debat/ argumentasi tidak akan memenangkan kita dari pasangan. Dalam relasi suami istri tidak ada menang-menangan. Relasi yang intim ditambah visi adalah hal yang paling penting. Melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh mata untuk mengganti persepsi lama menjadi persepsi baru, melihat sesuatu secara berbeda, temukanlah harta karun dan sisi lain dari pasangan kita.” – (Chris-Lely, Kornas ME Indonesia).
Alkisah, di sebuah gerbong kereta api ada seorang bapak tua bersama empat orang anak yang masih kecil-kecil. Keempat anak kecil itu bercanda dan berlari kesana kemari. Terdengar sangat ribut sehingga para penumpang lain merasa terganggu. Seorang ibu memberanikan diri menegur Bapak Tua dengan berkata, “Itu Pak, anak bapak. Mereka berisik dan mengganggu penumpang yang lain, tolong disuruh diam, Pak.” Lanjutnya, ”Sebagai orangtua, harusnya Bapak bisa menjaga anak-anaknya dong. Kita merasa terganggu” penjelasan Ibu tersebut.
“Ooo, maaf bu saya tidak bisa.” jawab Bapak Tua. “Saya tidak tega” jawab Bapak Tua itu lagi. “Tiga hari yang lalu, mereka baru saja kehilangan kedua orangtuanya akibat kecelakaan pesawat. Sejak kecelakaan itu, mereka tidak pernah berhenti menangis. Dan baru kali ini, saya melihat mereka bisa tertawa dengan bahagianya. Saya tidak tega memberhentikan tawa mereka. Jika Ibu tega, saya mempersilahkan Ibu untuk memberhentikan tawa mereka agar mereka tidak mengganggu para penumpang yang lain.” jawab Bapak Tua itu mengakhiri percakapan. Sang Ibu kemudian kembali ke tempat duduknya, dan tidak bisa berkata apa-apa lagi sambil meneteskan air matanya. Kini, marahnya telah berubah menjadi sayang. Bencinya beberapa waktu lalu berubah menjadi simpati. Ia sangat senang melihat anak yatim-piatu tersebut bisa tertawa lepas.
Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita jarang mengetahui apa yang orang lain sedang pikirkan dan pergulatan hidup mereka. Kita acapkali hanya melihat perwujudan perilakunya saja. Cara pandang kita mempengaruhi segalanya. Pengalaman yang kita alami menjadi dasar bagi kita untuk menilai dunia. Cara pandang seperti inilah yang menyesatkan. Kita memerlukan PERSPEKTIF PARALAKS. Paralaks berasal dari kata Latin Parallaxus yang berarti perubahan dan perspektif Anda. Cara kita bereaksi terhadap sesuatu hal ditentukan oleh cara pandang kita. Kunci untuk melihat dari sudut pandang lain adalah : KEINGINTAHUAN. Perspektif paralaks juga sangat dibutuhkan dalam relasi suami istri.