Hati Penuh Syukur Karena Cinta-NYA tak Berkesudahan

Pasutri Handoyo-Ageng

Tahun 2020 menjadi tahun yang sangat istimewa bagi kami sekeluarga, pergulatan iman serta kehidupan yang luar biasa kami jalani. Kami yang bergerak dibidang jasa rias pengantin serta usaha tour & travel saat itu sedang berbunga-bunga menaiki tangga yang semakin tinggi. Awal tahun 2020 menjadi tahun harapan yang penuh sukacita, kami sudah merencanakan jadwal tour kami selama setahun, ziarah ke Tanah Suci mengawali kegiatan biro & travel kami. Tapi kami harus menerima kenyataan lain, setelah pulang dari Napak Tilas Gusti Yesus di Yerusalem tanggal 20 Pebruari 2020, pada bulan Maret diumumkan masuknya Covid 19 ke Indonesia. Kami pikir hanya sebulan saja, karena waktu kita berangkat ke Yerusalem dari Jakarta, walau sudahmemakai masker dan ada pemeriksaan suhu tubuh namun tidak sebanyak saat ini. Semula kami masih merasa tenang karena tabungan, simpanan perhiasan masih ada, apalagi program-program tour sudah tinggal berangkat yang artinya ada pemasukan untuk hidup. Tapi kekhawatiran kami mulai muncul, karena setiap melihat berita di televisi, keadaan tidak semakin membaik bahkan pemerintah mengumumkan kebijakan PPKM.

Tour yang sudah direncanakan harus ditunda dan dibatalkan sampai waktu yang tidak diketahui, demikian juga usaha rias pengantin. Kedua usaha kami yang bergerak dalam bidang jasa terhenti tanpa kejelasan. Kami bingung karena para peserta tour yang seharusnya berangkat ke Bali Lombok juga meminta kepastian keberangkatan, jika titak, mereka akan meminta uangnya kembali, padahal kebanyakan sudah terbayarkan untuk uang muka hotel, bus dan lain-lain yang tidak bisa diminta kembali, hanya bisa menunda waktu saja. Bahkan beberapa peserta tour mengeluarkan sumpah serapah yang membuat kami hanya bisa berdoa mohon pertolongan Tuhan, agar bisa mengembalikan uang yang diminta. Kami tidak ingin usaha yang sudah kami rintis akhirnya terhenti. Puji Tuhan berkat-Nya turun sehingga kami bisa mengembalikan uang yang diminta meski dengan susah payah.

Bayangan kami akan menuai panenan tour yang sudah direncanakan selama setahun pudar sudah. Kami mulai bingung apa yang harus kami lakukan agar kami bisa bertahan. Tabungan dan perhiasan semakin habis, tatap muka juga hanya bisa dilakukan sangat terbatas yang artinya usaha kami tidak bisa jalan. Disaat seperti ini sungguh kami tidak berdaya, kami tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dalam kondisi seperti itu kami sepakat untuk berserah, mengisi hari-hari kami dirumah dengan berdoa, karena hanya itu yang bisa kami lakukan dan andalkan.  Untuk bisa bertahan hidup dan rasa prihatin akan keadaan Venta putra kami yang sendirian di Jakarta dalam kondisi pandemi, muncul ide jual berbagai macam makanan, membuat masker, bahkan berjualan kain batik, serta baju batik yang semuanya dilakukan secara online. Dari sini kami mendapat uang untuk bertahan, meskipun tidak cukup untuk biaya hidup sebulan, jualan hari ini hanya bisa untuk hidup besok. Bantuan dari instansi-instansi dan pemerintah juga tidak kami dapatkan karena tidak memenuhi persyaratan. Sampai akhirnya satu-satunya yang masih kami miliki adalah mobil, kami berdoa, memohon kalau boleh jangan sampai mobil terjual karena itu modal kami untuk usaha. Pernah suatu saat uang kami tidak cukup umtuk membayar listrik, kami bingung mau pinjam siapa, takut malu dan  ditolak.  Dalam keadaan terdesak, kami memberanikan diri untuk menghubungi teman dan meminjam uang, teman yang kami pinjamipun kaget tidak percaya dan ketika produk jualan online laku segera kami kembalikan uangnya. Malam itu kami berdoa dan kami masih ingat doa yang kami panjatkan,  “Tuhan beri kami pekerjaan, jangan kami diberi orang yang bisa memberi hutang pada kami, karena kami takut tidak bisa mengembalikan“. Pandemi tidak kunjung henti, sampai akhirnya kami kembali butuh untuk membayar listrik dan pajak kendaraan, yang kami lakukan salah satunya menjual TV hadiah yang belum pernah kami pakai. Venta mengusulkan untuk menjual organ kesayangannya agar bisa digunakan untuk bertahan, akhirnya kami mulai menawarkan organ Stagea ke toko musik yang biasanya mau membeli alat-alat musik, namun kali ini  tidak bersedia karena sepi pembeli. Teman-teman kami tawari sampai kami minta diangsur tiap bulan tidak apa apa yang penting ada uang untuk membayar listrik tiap bulannya, tak satupun yang mau, senjata kami hanya doa berserah diri kepada Tuhan. Kembali Tuhan memberikan jawaban dengan pilihan yang  berat, ada 3 calon pembeli organ Stagea kami yang dikirimkan Tuhan, seorang guru musik menawar hampir separuh harga, yang kedua lebih rendah dan yang ketiga teman dari Ambarawa dengan penawaran terendah yang mau membeli organ kami untuk Kapel yang organnya rusak. Kami sempat bingung dan berat memutuskan karena dimasa pendemi ini uang sangat sangat berarti bagi kami, akhirnya kami berembuk berempat dan Venta menyarankan untuk menyerahkan ke Kapel saja agar Kapel punya organ yang bagus untuk melayani umat. Luar biasa hati kami menjadi lega, ringan dan penuh sukacita dengan keputusan itu, aneh kalau dipikir.

Sungguh luar biasa Tuhan membentuk dan menempa kami, seperti ada energi luar biasa untuk kami sekeluarga. Tuhan memproses kami untuk bisa menjadi pemenang melawan pendemi, beberapa minggu setelah kami jual organ, kondisi mulai membaik, order riasan mulai kami terima walaupun dengan segala keterbatasan, tetapi cukup untuk hidup tiap bulannya dan tidak hanya itu, bulan Oktober 2021 usaha tour pun mulai bisa berjalan walau hanya terbatas 1 bus dengan penumpang terbatas dan protokol ketat. Tidak sampai sebulan, penawaran untuk bus penuh. Begitu juga di bulan November juga penuh.  Hingga awal tahun 2022 usaha tour kami semakin bergerak dengan landainya kasus Covid ini.

Rasa syukur akan meningkatkan optimisme dan membantu kita mengembangkan pandangan yang lebih positif. Menerima pasangan dan keluarga dengan penuh syukur membuat relasi kita dengan pasangan serta anak-anak bertambah hangat dan intim. Ini semua menambah kebahagiaan kami. Kami benar-benar merasakan buah dari penyerahan diri yang tanpa syarat akan rencana Tuhan dalam setiap peristiwa. Seperti janji-Nya dalam Matius 7:7-8 “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan  mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan”. Tuhan telah menyelamatkan kami sekeluarga dengan pergulatan iman dengan memberikan rejeki yang melimpah, dengan dilancarkannya lagi usaha tour dan rias pengantin kami. Puji Tuhan. (IJ/WN)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Start typing and press Enter to search