Ketika Pulau Pulau Bersukacita Karena Cinta
Ketika Pulau Pulau Bersukacita Karena Cinta
= Sebuah Impian Sederhana dalam Pelayanan ME =
Awal kisah
Hati kami berdua berdebar sekaligus bahagia ketika dalam Tahbisan Mgr. Adrianus Sunarko, OFM pada 23 September 2017 lalu mendapatkan tugas membawa persembahan. Berdebar karena dalam tugas itu kami harus menjalani protokol keamanan ketat dari Pihak Kepolisian – mengingat salah satu tamu yang hadir adalah duta besar Vatikan untuk Indonesia yang adalah tamu kenegaraan. Tetapi rasa bahagia tak dapat kami pungkiri karena kami mendapatkan kesempatan yang mungkin tak akan terulang lagi. Saat itu Perayaan Tahbisan dihadiri oleh ribuan umat Katolik dari berbagai pulau yang ada di wilayah Keuskupan Pangkalpinang (Bangka, Belitung, Batam, Tanjungpinang Bintan, Tanjungbalai Karimun, Anambas, Natuna, dan sebagainya). Masih ditambah lagi dengan Tamu undangan dari luar keuskupan seperti Jakarta, Palembang, Jogjakarta dan sekian banyak uskup dan pastor, biarawan biarawati dari seluruh Indonesia. Yang lebih menarik lagi adalah motto Tahbisan Uskup Mgr. Sunarko, OFM sebagai uskup Pangkalpinang yang baru adalah Laetenture Insulae Multae (Hendaknya banyak Pulau Bersukacita), sungguh memberikan harapan baru sekaligus peneguhan bagi kami semua umat Katolik Keuskupan Pangkalpinang yang tersebar di berbagai pulau di Wilayah Kepulauan Bangka Belitung dan Kepulauan Riau.
Terpilih sebagai kordis XV Pangkalapinang
Perhelatan tahbisan uskup usai dan kami kembali ke rutinitas kehidupan kami. Selain menjalani kehidupan sehari hari sebagai karyawan swasta kami juga terlibat dalam pelayanan ME Distrik XV Pangkalpinang yang saat itu ecclesial kordisnya adalah Romo Yustin dan Pasutri Marshel Susan. Kami merasa bangga dan bahagia karena di sela-sela menjalani kehidupan sehari-hari, kami masih bisa ikut serta melayani sebagai pasutri dalam komunitas ME ini.
Namun demikian kami menjadi galau karena di luar dugaan, kami terpilih sebagai kordis menggantikan Pasutri Marshel Susan dalam discernment Februari 2018 atau selang 5 bulan dari tahbisan uskup yang kami ceritakan di awal tadi. Galau karena pada saat itu kami sedang menantikan kelahiran anak kami yang tinggal menunggu kurang lebih tiga bulan lagi lahir. Terus terang waktu itu konsentrasi kami adalah menjaga kesehatan Mil La dan proses kelahiran nantinya. Ditambah lagi berbagai kesibukan kerja yang tentunya tidak bisa kami tinggalkan begitu saja. Kami tak dapat berkata-kata lagi dan bahkan hanya bisa menahan air mata untuk tidak menetes di hadapan rekan-rekan pasutri lain kala itu. Berbagai alasan dan BPS kami pun serasa tak mampu membatalkan keputusan discernment malam itu dan kami pun seolah dipaksa untuk mengatakan YA kami siap.
Ben Ben Kecil ikutan ME
Entah karena paksaan atau memang kerja Roh Kudus seperti itu (heeee…..) – pada akhirnya kami jalani tugas baru sebagai Koordinator ME Distrik XV Pangkalapinang bersama Romo Nugroho Krisusanto, SS.CC. Dan Puji Tuhan berkat pendampingan Romo Nug (begitulah kami memanggilnya) kami bisa menjalani dengan lebih membahagiakan. Selain itu dukungan dari teman teman Tim serta komunitas ME yang kompak dan saling meneguhkan. Kehadiran Ben Ben kecil (anak kami yang keempat) sungguh mewarnai pelayanan kami berdua di ME selanjutnya. Sebulan setelah ia lahir – harus merelakan ditinggal papanya karena harus ikut Mgr. Sunarko berkeliling ke berbagai paroki di Keuskupan Pangkalpinang – bahkan hingga beberapa minggu di kepulauan Anambas kepulauan Riau. Pada saat Weekend ME di Pulau Belitung Ben Ben juga harus diajak dan para pasutri ME di Belitung menjadi sibuk bergantian mengasuhnya saat kami memberikan presentasi. Lalu berpuncak pada Denas ME di Lembang Bandung 2018, kami juga harus mengajak mama mertua untuk bisa menjaga Ben Ben saat kami mengikuti Sidang Denas kala itu. Dan begitulah akhirnya Ben Ben kecilpun mewarnai pelayanan kami di ME Distrik XV Pangkalpinang.
Berusaha menebar Cinta sampai di Pulau Pulau
Bersama Romo Nugroho, SS.CC kami berdua bertekad untuk melanjutkan karya pelayanan ME hingga ke pulau-pulau. Bersyukur sebagai Kordis dan pengurus ME, kami mendapatkan SK dari Uskup Pangkalpinang sehingga memungkinkan kami melayani dengan lebih mudah. Termasuk di dalamnya menjalin relasi dan komunikasi dengan pihak pihak terkait seperti Komisi di tingkat keuskupan, Panitia APP, Pastor Paroki, Bimas Katolik dan sebagainya. Berbekal dari kepercayaan rekan-rekan Komunitas pada saat discernment dan juga peneguhan SK Uskup inilah kami berusaha untuk menebarkan cinta kasih dan nilai nilai ME di seluruh wilayah Keuskupan Pangkalpinang. Empat pilar ME berusaha kami pahami dan maknai dalam karya pelayanan tersebut yaitu Pilar Struktur, Pilar Weekend, Pilar Tim dan Pilar Komunitas.
Perjalanan lancar dan mudah? Medan pastoral yang tersebar di berbagai pulau adalah tantangan nyata di depan mata. Anggota ME tersebar di wilayah wilayah itu. Tim ME tak sekedar naik motor atau mobil jika harus memberikan weekend, kapal laut atau pesawat merupakan sarana yang mau tak mau dipakai. Di balik itu adalah biaya perjalanan, waktu tempuh dan penjadwalan yang harus benar-benar diperhitungkan. Belum lagi kami bertiga juga mempunyai tugas dan tanggungjawab yang tak mudah begitu saja ditinggalkan. Romo Nugroho adalah pastor konggregasi yang juga menjadi Vikjen (wakil uskup) dengan segudang kesibukan tugas pelayanan. Sementara kami sebagai karyawan juga mempunyai tugas pelayanan serta tanggung jawab yang terikat pada peraturan kepegawaian dan norma-norma di instansi di mana kami bekerja. Apa boleh buat.
Semuanya kami terima dan hadapi dengan penuh cinta. Kami tetap berusaha untuk menjalankan apa yang menjadi cita cita ME yaitu menebarkan cinta kasih kepada lebih banyak pasutri. Sampai akhirnya pelayanan itupun serasa harus terhenti akibat covid 19. Bersyukur bahwa berbagai kemajuan teknologi hadir dan bisa dimanfaatkan sehingga pelayanan ME pun berubah dari perjumpaan langsung ke perjumpaan virtual. Dan ternyata justru membuka banyak peluang baru dalam pengembangan pelayanan ini. Zoom meeting, WA Group, Vidio call, Google meeting dan sebagainya adalah sarana yang bisa digunakan untuk pengembangan pelayanan tersebut. Meski agak gaptek tetapi toh akhirnya bisa juga.
Terlebih lagi adalah Puji Tuhan bahwa sampai saat ini kami masih diberikan rahmat kesehatan. Selain itu pada 19 Februari 2022 kami merasa lega sekaligus haru. Dalam discernment Pasutri Ahon Yuyun dari Belitung bersedia melanjutkan estafet sebagai kordis ME Distrik XV Pangkalpinang. Tuhan telah menunjukkan dan mengirimkan pasutri pengganti yang sangat baik. Kami yakin ME Pangkalpinang akan semakin berkembang dengan kordis baru ini, apalagi Romo Nug tetap sebagai ecclesial timnya.
Sebuah Impian sederhana kami dalam pelayanan ME di distrik XV Pangkalpinang ini adalah ketika cinta kasih itu tersebar di berbagai pulau yang terpisahkan lautan. Jika di awal kisah ini ada motto tahbisan uskup kami – Mgr. Adrianus Sunarko, OFM yaitu: Laetentur Insulae Multae (Hendaknya banyak Pulau bersuka cita) – bolehlah kami bermimpi ketika pulau pulau bersukacita karena adanya cinta Pasutri dalam setiap keluarga umat Keuskupan Pangkalpinang yang semakin berkobar berkat nilai nilai ME di dalamnya.
Romo Nugroho dan pasutri Ahon Yuyun – Selamat melanjutkan karya pelayanan sebagai kordis ME Pangkalpinang. Semoga impian kita semakin banyak keluarga mengalami cinta kasih ME di seluruh kepulauan Bangka Belitung dan Kepulauan Riau semakin terwujud. Semoga! (IH/MJ)
We love you …
We need you …
Pasutri Sulist – Mil La
Ben Ben kecil sering diajak kegiatan ME
Sulist Mil La di Perahu
Sulist Mil La membawa Persembahan saat tahbisan uskup Pangkalpinang 2017