Cintanya kunikmati saat ku tak berdaya

“Hidup, Jodoh dan kematian ada dalam tanganNYA” itu yang sering kudengar sejak aku masih kecil.

Tidak ada yang ingin berpisah dengan orang yang dicintai. Namun inilah yang harus kuterima. Tanpa kompromi, si virus corona telah merenggut mas Kus, panggilan sayangku padanya.

Dimulai dari kisahku berlibur sekeluarga ke  kota Singkawang bersama suami, anak dan cucu … Aku senang bisa menghabiskan hari libur bersama keluarga yang nota bene sangat sulit mencari waktu luang. Kami menginap di kota Amoi namun kami juga menghampiri kota Pemangkat dan membeli mie pemangkat dan rujak kesukaanku. Saat itu pasanganku Kus tidak turun dari mobil itu karena  usia lanjut dan banyaknya pengunjung yang sangat berpotensi memaparkan virus yang saat itu berstatus resiko sedang alias zona orange. Malamnya kami kembali ke Singkawang dan aku merasa badanku tidak nyaman, aku demam , batuk dan tulang kakiku terasa sangat sakit. Kamipun berencana pulang besok pagi. Sesampainya di rumah aku minum obat dan terbaring dengan panas tinggi. Kus pasanganku selalu setia mendampingi dan terus memijat kakiku. Cintanya kunikmati saat ku tak berdaya.

Aku sungguh bersyukur memiliki suami seperti Kus, yang baik, pengertian, setia dan sabar. Sambil memijat kakiku kupandangi Kus yang tersenyum seolah memberi semangat padaku. Namun Kus tiba-tiba jatuh tersungkur dan tidak bisa bangun, aku turun dari tempat tidur dan mencoba mengangkatnya. Lalu kudengar Kus berkoroh karena tenggorokannya penuh lendir dan aku menjadi sangat panik sampai anakku datang dan kami membawa Kus ke rumah sakit.

Kus pasanganku terpapar virus corona dan harus masuk ICCU. Aku sedih karena dilarang menemani. Aku hanya bisa memandangi dari kaca jendela. Aku lemah dan semakin tidak bertenaga, duniaku terasa berputar cepat, semua diluar dugaan. Selang tujuh hari  sejak dirawatnya mas Kus, pagi itu aku baru ada selera makan setelah beberapa hari  tidak ada nafsu makan. Siang aku masih mendengar dari anakku bahwa bapak baik-baik saja. Pukul 18.00 aku dikejutkan berita kepergian pasanganku Yohanes Kusudiharjo yang menjadi pendampingku selama 52 tahun 7 bulan. Pilu hatiku karena aku tak bisa menyentuh dan memeluknya untuk yang terakhir kali. Teringat kebersamaan kami saat memberi presentasi tentang kematian; kami berdua sedih dan tak sanggup membayangkan. Ternyata semua itu menjadi kenyataan. Aku, Sri Rezeki, merasa sangat bersalah dan kehilangan. Terasa dunia runtuh … “Suamiku maafkan aku … Semoga kau bahagia bersama para kudus di surga.” Tak ada yang bisa kuperbuat untuk membalas cintanya padaku selain aku terus mengunjungi makamnya dan mendoakannya.

Demikian juga sharing dari Pasutri Dwi Tion yang mengalami ujian dalam kehidupannya.

Si tante Corona belum pergi jauh, si om icron malah ikut-ikutan mengusik kedamaian manusia. Kami selalu menguatkan dan membri semangat satu sama lain.

Ujian datang bertubi-tubi. Masih dalam bulan yang sama si bungsu sudah dua kali dirawat dirumah sakit karena panas tinggi. Kini bulan belum beralih; aku, Dwi, harus dirawat dan menjalani operasi karena penyakit yang sama sekali tidak kusangka telah bersarang diperutku. Aku  harus kuat karena masih banyak tanggung jawabku yang belum selesai. Anak-anak masih kecil dan memerlukan aku, begitupun Tion pasangannku yang masih butuhkan aku sebagai pendamping. Tugasnya sebagai aparatur negara dan bendahara gereja begitu menyita waktunya sehingga hampir tak tersisa untuk keluarga. Usai operasi yang dilakukan di Jakarta akhir Desember lalu ternyata aku dan keluargaku harus mengisolasikan diri karena terpapar virus omicron.

Ibu mertua, suami, ketiga anakku, dan diriku harus mengasingkan diri dari keramaian dan tugas-tugas. Belum juga pulih sakitku paska operasi sudah menambah waktu cutiku lebih lama lagi. Kusembunyikan air mataku saat memandang ketiga buah hatiku yang kini menjadi pasienku. Tion menggegam tanganku untuk menguatkan aku. Kami saling menguatkan dan memberi semangat satu sama lain sehingga membuat aku lebih ringan menjalani hari-hariku yang berat. Aku jalani dan kunikmati dengan selalu bersyukur, Tuhan masih memberi kesempatan untuk aku dapat melayani. (DS/EA)

 

 

 

Start typing and press Enter to search