Menjaga Relasi

oleh: Pastur St. Budhi Prayitno (D5 Purwokerto)

 

Untuk mejaga relasi kita, WWME memberi alat yang kita kenal dan mengerti, yakni Panca Marga ME. Sesungguhnya Ini adalah sarana utama untuk mencapai kekudusan. Jika kita berdua adalah pasangan yang ingin membawa Kristus kepada orang lain melalui pergaulan dan persahabatan kita, inilah instrumen yang dapat digunakan untuk menyimpan energi spiritual yang akan memungkinkan untuk melakukan “Open and Apostolic”. Tindakan kerasulan tanpa sakramen-sakramen dan kehidupan rohani yang kokoh dalam jangka panjang tidak akan efektif.

 

Dengan menjalani dialog harian seperti halnya menjalankan program latihan fisik bagi atlet, yakni merupakan upaya bertahap yang sedang berjalan untuk mencapai relasi yang intim dan bertanggung jawab. Dialog harian harus dibiasakan dengan tekun dan sabar, tanpa tergesa-gesa meraih hasil. Jangan berharap untuk segera memasukkan kelimanya atau dua atau tiga ‘tools’ ini ke dalam jadwal harian secara instant. Ketergesaan ini akan mengundang kegagalan. Berjalan bersama dengan rekan seperjalanan/ komunitas/ kelompok dialog dan secara bertahap dan memasukkan kebiasaan-kebiasaan tersebut ke dalam hidup kita selama jangka waktu tertentu dengan cara yang sesuai dengan situasi khusus kita. Bercerminlah dengan orang belajar naik sepeda ‘onthel’. Kayuhan pertama terasa berat, bahkan setelah bisa mengayuh jalannya masih oleng. Namun kalau sudah mahir, akan lancar, karena sudah menjadi habitus/ kebiasaan.

 

Buatlah komitmen yang kuat dengan bantuan Roh Kudus, jadikan hal-hal tersebut sebagai prioritas hidup kita yang lebih penting daripada makanan, tidur, pekerjaan dan rekreasi. Ingatlah kebiasaan-kebiasaan ini tidak dapat diperoleh begitu saja. Menulis surat cinta menjadi sarana ampuh sebagai kebiasaan kita yang praktis sehingga kita akan menerima perasaan pasangan. Pasutri yang mengerti dan bisa mengampuni pasangannya adalah pasangan sakramental. Pasangan sakramental merupakan pasangan yang bercermin pada kehidupan Kristus.

 

Menjalankan panca marga bukanlah ‘game’ yang tidak menghasilkan berkat apa pun. Kita tidak kehilangan waktu, namun pada kenyataannya, kita memperoleh berkat-Nya. Saya belum pernah bertemu dengan pasutri yang melakukan Panca Marga, yang mengakibatkan menjadi karyawan yang kurang produktif, atau menjadi pasangan yang lebih buruk, atau yang kekurangan waktu untuk keluarga atau teman-temannya, atau tidak dapat lagi berkembang dalam kehidupan sosialnya. Jangan ragu melayani gereja dan sesama bersama pasangan, mengenakan baju couple, menampakan kemesraan. Ini kekuatan yang dahsyat yang bersumber dari sakramen perkawinan. Tuhan selalu memberi pahala kepada mereka yang mendahulukan Dia. Tuhan kita akan melipatgandakan berkat kita dengan luar biasa seperti yang Dia lakukan dengan roti dan ikan yang sedikit itu sehingga dapat memberi makan banyak orang.

 

Injil Markus memberitakan bagaimana Tuhan Yesus dalam hidup hariannya sangat sibuk. Menjelang malam Dia mengajar, siang hari keliling dari desa-desa untuk mengajar dan mewartakan Kerajaan Allah, namun Dia menyediakan waktu pagi-pagi benar untuk berdoa (Markus 1: 21 – 39). Dengan meneladan Kristus, hidup harian kita pun dapat diawali dengan persembahan pagi, ketika kita berlutut dan dengan menggunakan kata-kata sendiri, atau rumusan, kita mempersembahkan secara singkat segala hari yang akan datang untuk kemuliaan Tuhan. Seiring jalannya waktu, kita mungkin menambahnya dengan tambahan 10 -15 menit untuk doa pasangan. Doa adalah percakapan langsung satu persatu dengan Yesus Kristus, sebaiknya dilakukan di altar doa di rumah atau kamar. Ini adalah “waktu bertatap muka” atau “waktu berkualitas” jika kita mau, saat kita bisa terbuka dalam berbicara tentang apa yang ada di pikiran dan hati kita kepada Tuhan dan pasangan. Pada saat yang sama kita akan dapat memperoleh kebiasaan mendengarkan dengan hati dan berdoa seperti Bunda Maria (Luk. 10:38-42) untuk melihat apa yang Yesus minta dari kita dan apa yang ingin Dia berikan kepada kita.

 

Puncak dari doa dan aktivitas spiritual kita adalah mengikuti Misa Kudus dan menerima Komuni Kudus dalam keadaan rahmat. Ekaristi menjadi pusat kehidupan batin kita dan juga kehidupan kita sehari-hari. Ini adalah tindakan paling intim yang mungkin dilakukan manusia. Di sana kita berjumpa dengan Kristus yang hidup, berpartisipasi dalam pembaharuan pengorbanan-Nya bagi kita dan menyatukan jiwa tubuh, dengan Kristus yang bangkit dan diri kita sendiri.

Pemeriksaan hati nurani secara berkala pada malam hari sebelum tidur. Kita duduk, berseru kepada Roh Kudus untuk meminta terang dan selama beberapa menit jalani hari kita di hadirat Tuhan dan lihatkah kembali ‘tools’ mana yang kurang kita lakukan: dialog, doa pasangan, kemesraan, atau kehadiran dalam komunitas? Kemudian kita membuat suatu tindakan syukur atas semua kebaikan yang telah kita lakukan dan sebuah tindakan penyesalan atas bidang-bidang di mana kita gagal. Kemudian istirahatlah yang memang layak kita dapatkan, yang kita upayakan untuk dijadikan suci melalui dialog batin kita dengan Tritunggal Mahakudus dan ibumu Maria saat kita tertidur.

Berdoa Rosario Suci setiap hari dan merenungkan misteri-misterinya, yang melingkupi kehidupan Tuhan kita dan Bunda Maria. Rosario adalah suatu kebiasaan yang, sekali diperoleh, sulit untuk dihilangkan. Dengan mengulangi kata-kata cinta kepada Maria dan mempersembahkan setiap langkah untuk niat kita, kita mengambil jalan pintas menuju Yesus, yaitu melewati hati Maria. Dia tidak bisa menolak apapun padanya! Per Mariam ad Jesum.

 

Jika Panca Marga ME dijalankan dengan baik, memampukan kita untuk menjalankan misi/ perutusan kita: menyatakan nilai perkawinan dan imamat dalam gereja dan di seluruh dunia.

 

Tuhan Yesus bersabda “Cintailah satu sama lain seperti AKU telah mencintaimu”. Hal ini hanya dapat dicapai melalui transformasi bertahap kita menjadi Kristus yang lain melalui doa dan sakramen. Menghidupi Panca Marga ME akan memampukan kita menjadi kudus dan menjadi rasul. Kita yakin bahwa gagal dalam perkara yang besar atau kecil, kita selalu memiliki Tuhan yang pengasih yang menunggu kita dalam Sakramen Tobat. Mari kita menapaki jalur yang benar.

 

We Love You We Need You

Start typing and press Enter to search