MERAJUT KASIH BERSAMA ALLAH
“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi. Sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi”
Yohanes 13:34
Kasih adalah hukum tertinggi yang ditetapkan dalam kehidupan di dunia untuk membangun relasi indah bersama Allah, keluarga dan sesama. Wujud kasih yang nyata biasanya hadir dalam bentuk menolong yang lemah dan membutuhkan, khususnya bagi orang lain yang dalam kesulitan. Mengampuni orang yang bersalah merupakan tindakan kasih yang tertinggi dalam iman Katolik. Seperti disebutkan oleh Yesus dalam Lukas 6:27 yaitu “Kasihilah musuh-musuhmu, berbuatlah baik kepada mereka yang membenci kamu”. Ketika mampu mengampuni orang yang bersalah akan menghadirkan Allah dalam hati kita.
Kasih adalah tindakan nyata yang tidak mudah untuk dilakukan oleh setiap manusia yang menjalin hubungan dengan sesama, baik itu keluarga, tetangga, teman dan juga orang lain yang tidak dikenal. Ketika luka batin dimiliki karena dikecewakan, diabaikan, direndahkan, disingkirkan, dan segala sikap-sikap yang bertentangan, dapat menjadikan seseorang sulit untuk memiliki kasih dalam mengampuni. Memerlukan waktu dan kekuatan akan kehadiran Allah dalam hati guna merajut kasih untuk mengampuni orang yang telah bersalah. Allah merajut bersama kita sebagai anakNya untuk mempunyai hati yang mampu mengasihi, melalui doa yang kita deraskan akan membawa manusia memperoleh kekuatan untuk terus merajut kasih dalam mengampuni.
Kekuatan besar yang dimiliki dalam mengasihi adalah memperbaiki sesuatu yang rusak dalam kehidupan manusia, yaitu hubungan dengan Allah serta hubungan antar manusia. Sikap mengasihi bukan suatu keputusan dan tindakan yang mudah untuk dilakukan dengan segera. Manusia yang terbelenggu oleh ego, serta memperoleh pengaruh dari lingkungan dirinya dalam segala aspek, membawa manusia untuk menunda dan atau menghilangkan tindakan kasih dalam mengampuni terhadap sesama. Situasi yang dapat dicontohkan misalnya terjadi dalam relasi pasangan suami istri. Kehidupan relasi pasutri pasti menghadapi permasalahan yang dapat menciptakan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh suami maupun istri, seperti terjadi kesalahpahaman, perselingkuhan, ketidakjujuran, atau bahkan kekerasan. Kesalahan-kesalahan tersebut mempunyai derajat yang berbeda. Kekuatan besar dalam meminta maaf dan memberikan maaf mempunyai derajat kekuatan yang sama besar untuk dapat dilakukan. Kehadiran Allah dalam merajut kasih dalam hati kita sangat dibutuhkan untuk mampu melakukan tindakan kasih.
Kesalahan yang menimbulkan konflik dan terjadi dengan seseorang yang tidak dikenal, yang bahkan dapat melukai hati, akan menjadi sangat sulit untuk membangkitkan sikap yang penuh kasih dalam berdamai untuk saling memaafkan dan meminta maaf. Aspek kedekatan emosi yang tidak dimiliki dengan seseorang yang tidak dikenal sering menjadikan kita lebih mudah untuk mengabaikan sehingga memupuk rasa marah bahkan kebencian dalam hati karena perselisihan yang terjadi. Sehingga dampak yang muncul adalah kebencian yang terpendam sehingga dapat menjadi dendam, lalu hal tersebut akan muncul dalam komunikasi dengan Allah untuk memohon diberikan balasan setimpal atas luka hati yang dialami.
Seperti yang diungkapan dalam Yohanes 13:34 bahwa jelas perintah Allah, yaitu saling mengasihi. Allah ingin manusia sebagai citra-Nya dapat melaksanakan apa yang telah Allah perbuat terhadap manusia, yaitu mengasihi. Siapapun manusia itu yang telah diciptakan oleh Allah harus mampu merajut kasih dalam hatinya bersama Allah untuk disebarkan kepada sesama. Berdamai dengan diri sendiri yakni menerima diri sebagaimana adanya diciptakan oleh Allah dengan penuh syukur, menjadikan diri sebagai pribadi yang damai dan penuh kasih terhadap lingkungan dan sesama. Mampu berdamai dengan diri menjadi kekuatan untuk membangun hubungan yang harmonis dengan Allah, keluarga, sahabat dan masyarakat. Menghadirkan Allah dalam usaha merajut kasih dalam hati kita harus terus dilakukan, jangan biarkan diri dihancurkan oleh hati yang tanpa kasih. Allah selalu mencintai dan mengasihi manusia tanpa syarat, meskipun kesalahan-kesalahan selalu dilakukan oleh manusia seberat apapun kesalahan itu, dan Allah tetap menjadikan manusia sebagai anakNya. Seperti yang diungkapakan Yesus dalam Lukas 6:36 “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu murah hati”.
Marilah kita berbuat kasih karena kasih itu sabar, kasih itu murah hati, dan kasih itu tidak sombong. Maka penuhi hati kita dengan kasih yang akan selalu menghadirkan Allah dalam hidup kita.
Shalom
Samarinda, 16 Februari 2024
Pasutri Neny Ari – Distrik 17 Samarinda
(IH/MJ)