Misa Pembukaan Sidang Dewan Nasional ke-51
Pontianak menjadi tuan rumah Sidang Denas ke-51, yang dimulai Rabu, 20 November 2024. Suasana meriah dirasakan bahkan sebelum dimulainya Misa Pembukaan di Gereja Katedral St. Joseph pada pukul 15.00 WIB.
Sebagai penghormatan kepada dua majoritas etnis umat Katolik di Pontianak yaitu etnis Tionghoa dan Dayak; kami disambut oleh pertunjukan naga, barongsai dan tarian Dayak sebagai acara penyambutan di depan Katedral. Kemudian sebagai simbol memasuki tempat/babak baru, Mgr. Agustinus Agus, Uskup Agung Pontianak yang didampingi oleh Pastor Arist MSF, Ecclesial KorNas, dan Pastor Puji CM, Ecclesial KorDis XI Pontianak melakukan pemotongan tebu.
Delapanbelas KorDis dan dua wilayah hadir dalam Sidang DeNas ke-51. Hanya Distrik Ende dan Maumere serta wilayah Palembang, Kupang, Ruteng, Palangkaraya yang berhalangan hadir.
Dengan diiringi lagu khas daerah masing-masing, para ecclesial KorDis memasuki Katedral Pontianak. Mgr. Agus sebagai konselebran utama Misa didampingi oleh 42 Pastor mempersembahkan Misa Pembukaan DeNas ke-51.
Dalam homilinya, Mgr. Agus meneguhkan bahwa sebagaimana dalam bacaan Injil (Luk 24:13-35), perjalanan ke Emaus, kita tidak hanya membutuhkan teman seperjalanan sebagai teman ‘sharing’ tetapi kita perlu menyadari kehadiranYesus yang membuat hati kita berkobar-kobar “hearts on fire”.
Mgr. Agus menyampaikan beberapa inti terkait dengan bacaan Injil, yaitu:
- Yesus mengutus muridNya berdua-dua. Sama seperti dalam gerakan Marriage Encounter ini, pasangan suami istri diutus berdua-dua.
- Dalam perjumpaan, kita seringkali menemukan kata-kata yang mengugah semangat kita. Beliau berharap perjumpaan kita dalam sidang DeNas ini akan membuat “our hearts on fire”.
- Pusat hidup kita sebagai orang Kristiani adalah Ekaristi, yang mengingatkan kita bahwa Kristus datang ke dunia ini untuk menyelamatkan kita melalui tubuh dan darahNya. Maka hendaknya kitapun sebagai murid-muridNya meneladan Dia, bagaimana Yesus berkorban dan merendahkan diriNya bagi yang lain, maka kitapun saling melayani dengan kerendahan hati.
- Kita perlu peka terhadap tanda-tanda jaman yang membuat hati kita berkorbar-korbar. Sebagai contoh ketika Paus datang mengunjungi kita di Indonesia, beliau memakai jam seharga seratus ribu dan naik mobil Innova, bukankah kesederhanaan beliau telah membuat hati kita berkorbar-kobar?
Mgr Agus mengakui bahwa semua ini memang mudah dikatakan tapi sulit dipraktekkan tetapi bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.
Di pengujung Misa, ecclesial KorDis Pontianak, Yopi-Ipung dan Romo Puji sebagai tuan rumah menyampaikan penghargaan kepada Mgr. Agus atas dukungan terselenggaranya Sidang DeNas MEI 2024. Beliau menceritakan dalam audiensi mereka tahun 2023, Mgr. Agus mengatakan “Ini bukan ME milik kalian tetapi ME keuskupan” memberikan afirmasi bahwa gerakan ME adalah tanggungjawab beliau sebagai uskup. Beliau memberikan kesempatan melalui Pastor Alex, bagi panitia untuk untuk menggalang dana di Katedral bukan hanya dua atau tiga kali melainkan lima kali dan juga di paroki-paroki lainnya; secara khusus disebutkan apresiasi atas dukungan Pastor Ho. Tidak sedikit yang terluka saat berproses dalam keadaan layu dan lunglai, relasi kita menjadi tegang, baik melalui kata-kata maupun lewat raut wajah yang bisa dibaca. Tetapi akhirnya dengan kelegaan dan kegembiraan sidang DeNas dapat dimulai berkat dukungan semua. BPS KorDis tuan rumah sidang DeNas ke-51 ditutup dengan pantun “Bapak Uskup pandai bernyanyi, sambil bergitar sampai pagi, kiranya cukup sampai disini, lain waktu berjumpa lagi. Menjala ikan dipinggir jalan, dapat satu si ikan tomat, jika ada yang kurang berkenan, mohon kami dimaafkan. Durian rasa selasih, cukup sekian, terima kasih.”
Chris dalam kata sambutannya sebagai ecclesial KorNas memulai dengan balasan pantun: “Matahari terbit memancar sinarnya, sinari bumi dengan terang benderang, datanglah kita dengan hati membara, menyambut Tuhan dengan kasih yang riang. Di pinggir sungai elok memancing, ikan melompat dengan ke atas permukaan, datanglah kita dengan hati gembira, menyambut kasih Tuhan dalam perayaan. Berlayar perahu dari Pontianak, menyusuri sungai indah dan damai, hati yang membara iman yang tegap, mari puji Tuhan dengan semangat yang ramai.” Secara khusus Chris menyapa para sahabat Asian and world ecclesial team yang ikut hadir secara online melalui YouTube chanel.
Lely mengungkapkan perasaannya yang sangat gembira walaupun pagi tadi sempat sedikit kwatir karena hujan lebat sempat menguyur kota Pontianak. Puji Tuhan cuaca sangat bersahabat sehingga kita bisa membuka perayaan ini dengan pertunjukan barongsai di luar Ketedral sesuai rencana.
Chris kembali mengingatkan bahwa tahun ini Indonesia telah melewati fase pertama 50 tahun mendampingi keluarga-keluarga. Dan tahun depan 2025 kita akan memasuki fase kedua, fase yang sangat penting yang mengharuskan kita melihat perbaikan apa saja yang dapat kita lakukan jangan hanya terlena berhenti pada mensyukuri saja sebab itu akan membuat kita punah. Sidang DeNas ke-51 ini akan menjadi tonggak sejarah apakah kita akan siap menghadapi tantangan yang akan terjadi pada fase kedua dalam 50 tahun ke depan. Kita akan melayani generasi yang sangat berbeda, generasi Z, generasi millenial dimana pemikiran dan cara berelasi mereka sangat berbeda. Maka kita harus berani berubah! Tema sidang DeNas kali ini sangatlah tepat: Hati yang membara “Hearts on Fire” hati yang tidak pernah padam walaupun menghadapi tantangan. Hati yang tetap teguh pada kasih dan panggilan walaupun terkadang secara manusia kita lelah, bosan dalam panggilan dan relasi, bahkan kita berpikir tidak dihargai. Pelayanan yang sejati membutuhkan hati yang membara, seperti tema ini, hati yang tidak mengenal menyerah, hati yang rela berkorban, hati yang senantiasa bertanggal pada Tuhan sebagai sumber kekuatan, rela dibentuk oleh kasih karunia-Nya sehingga kita lebih berbelas kasih, lebih kuat dan lebih rendah hati.
Lely meneguhkan bahwa pelayanan bukanlah suatu yang mudah, ada banyak momen ketika kita merasa tugas ini begitu berat, ketika harapan tidak sejalan dengan kenyataan; namum dalam setiap langkah yang kita ambil, kita mengingat bahwa kita tidak berjalan sendiri, Tuhan berjalan bersama kita, Dia yang menyalakan api di hati kita dan Dialah yang akan menjaga api itu tetap bernyala. Mari kita bersama-sama menjaga hati yang membara ini agar terang kasih Tuhan menyinari hidup kita dan hidup sesama. Jadikanlah pelayanan bukan sekedar tugas tetepi panggilan hidup yang kita jalani dengan sukacita dan penuh rasa syukur.
Romo Arist kembali mengingatkan kita bahwa pertemuan DeNas bukanlah hanya sekedar rapat tahunan sebuah organisasi, tetapi adalah pertemuan membangun synodalitas, membangun dan mengembangkan partisipasi dan tanggungjawab kita bagi satu sama lain, membangun dan mengembangkan misi bersama baik dalam Marriage Encounter maupun bersama-sama rekan-rekan kita dalam keuskupan sebagai anggota Gereja. Lilin DeNas yang kita bawa dari tempat asal kita adalah sebagai simbol bahwa kita membawa kobaran semangat ke tempat ini. Maka Pontianak ini harus berkorbar! Hal ini diamini dengan tepuk tangan meriah dari umat. Tahun ini mengadakan sidang DeNas ke-51 yang menandakan kita meninggalkan 50 tahun dan menuju 50 tahun mendatang. Dihadapan kita terbentang tahun jubelium 2025 yang dimulai nanti pada malam Natal dan ditutup pada 6 Januari 2026 dengan tema “Peziarah Harapan” semoga kita menjadi peziarah berpengharapan yang membawa perkawian dan keluarga dalam jalan kekudusan, menjadi mercusuar yang berdiri kokoh, menjadi kapal perintis dengan lampu yang bersinar menembus badai, berani menjadi petunjuk kapal-kapal lain untuk menyatukan kapal berjalan bersama. Marilah kita menjadikan DeNas ini sebagai langkah pertama penyegaran dan pembaharuan bagi Worldwide Marriage Encounter untuk berani dalam mencari jalan-jalan baru dalam mewartakan cinta kasih.
Sebelum menyalakan lilin sidang DeNas ke-51, Mgr. Agus menyampaikan harapannya agar sidang DeNas kali ini: (1) menghasilkan buah-buah yang nyata bagi semua peserta dengan semangat yang semakin berkorbar-korbar (2) kita pandai membaca tanda-tanda jaman dan berani menghadapinya. Beliau menyebutkan saat beliau menjadi pastor paroki di Sanggau (1985-1995) mengikuti Weekend ME walaupun tidak tau apa itu ME bahkan choice pun. Karena dengan maksud mengetahui segala kegiatan dibawah naungan paroki. Beliau menyarankan dua kali setahun pertemuan pastores untuk memberikan kesempatan perwakilan ME untuk sosialisasi kepada para imam, (3) kita untuk Bergerak dalam iman (faith), spirit persaudaraan (fraternity) dan belarasa (compassion).
Selesai Misa, acara dilanjutkan dengan perayaan meriah di basement Katedral. Suguhan khas Pontianak disajikan dan ditengah acara ada kejutan untuk Dwi (Tion) yang berulang tahun pada hari itu. Keramahtamahan panitia dan suara merdu Mgr. Agus yang membuat hati kita penuh sukacita, berkorbar memasuki rangkaian acara 4 hari ke depan sidang DeNas ke-51: “Hearts on Fire”. (EA/IJ)