Rangkaian Bunga tercipta dari Perbedaan yang Ada
Rangkaian Bunga Tercipta dari Perbedaan yang Ada
Keindahan rangkaian bunga tercipta dari perbedaan yang dimiliki oleh masing masing bunga, seperti warna, bentuk, ukuran serta kekhasan lain yang dirangkai menjadi satu. Dedaunan dan ranting yang disematkan juga memperindah rangkaian bunga. Dan rangkaian bunga indah tersebut diletakkan di tempat-tempat yang sangat istimewa seperti meja tamu, meja makan, di depan panggung bahkan diberikan kepada orang tercinta. Ada pula yang diletakkan di tempat ‘mulia’ seperti altar gereja dan patung-patung rohani sebagai ungkapan syukur pada Tuhan sang pencipta.
Belajar dari filosofi rangkaian bunga itulah kami dikuatkan saat melayani di Komunitas Marriage Encounter, khususnya saat menjadi KorDis XV Pangkalpinang yang wilayahnya tersebar di berbagai pulau di seluruh wilayah Keuskupan Pangkalpinang.
Awal mengikuti ME, kami hanya berpikir untuk belajar meningkatkan relasi perkawinan kami berdua agar menjadi lebih baik, bahkan saat kami diminta mengikuti deeper dan akhirnya menjadi tim kami masih tetep kekeh dengan pendirian kami yaitu belajar untuk diri kami sendiri. Namun ketika dalam sebuah discernment akhirnya kami terpilih menjadi KorDis … seolah bumi ini runtuh.
Bagaimana tidak. Sebagai KorDis kami harus mengkoordinir dan menjalankan berbagai kegiatan komunitas ME yang anggotanya lumayan banyak dan kami berdua belum mengenal mereka dengan baik, apalagi bagi komunitas yang tinggal di pulau yang berbeda seperti di Belitung, Batam, Tangjungpinang dan sebagainya.
Untuk yang sekota dengan kami yaitu Pangkalpinang, kami merasa nggak mampu. Perbedaan usia merupakan kenyataan yang membuat kami sedikit ‘keki’ di awal-awal pelayanan sebagai KorDis ME. Sekian banyak pasutri ME senior yang usianya setara dengan orang tua kami. Bahkan ada yang seusia kakek nenek kami. Selain itu masih banyak perbedaan lain seperti latar belakang pendidikan, adat istiadat dan kehidupan ekonomi. Perbedaan-perbedaan itu pasti mempengaruhi cara bicara dan cara bergaul. Sementara kami masih muda dan mempunyai cara bergaul dan impian-impian tersendiri. Apalagi saat terpilih menjadi KorDis, kami juga sedang mempersiapkan kehadiran anak kami. Jadi intinya saat itu kami belum siap.
Satu hal yang membuat kami tercengang adalah ketika peralihan tugas ME, rumah kami yang kecil harus ketambahan berbagai berkas, atribut, buku, kaos dan sebagainya berlogokan ME yang akhirnya menumpuk begitu saja karena kami langsung disibukkan dengan kelahiran anak kami. Sementara lewat telepon, WA, SMS teman-teman pasutri ME selalu menanyakan bagaimana kegiatan kita seperti weekend, KD, Enrichment dan sebagainya. Dalam dialog kami berdua, pernah muncul pertanyaan kenapa ya melayani di ME begitu berat dan menakutkan?
Pertanyaan kami terjawab saat kami menghadiri Denas ME untuk pertama kali di Bandung bersama Romo Nugroho, SS.CC, ecclesial team kami yang keren. Dari sharing rekan-rekan KorDis lain kami sangat diteguhkan. Apa yang kami alami ternyata juga banyak dialami oleh yang lainnya. Pelayanan di ME adalah sebuah panggilan Tuhan sendiri berkat baptisan dan sakramen perkawinan yang telah kita terima. Tuhan tidak pernah salah dalam memanggil kita untuk menjadi alatNya. Seperti halanya Petrus dan kawan-kawan yang adalah para penjala ikan akhirnya mengikuti Kristus menjadi penjala manusia. Saulus sang pemberontak dan penganiaya akhirnya menjadi Paulus sang pewarta sabda. Begitu pula halnya dengan Zakeus, Maria Magdalena dan sebagainya pada akhirnya menjadi alat Tuhan dalam mewartakan cinta kasihNya.
Marriage Encounter adalah salah satu komunitas dimana Tuhan memakai sekian banyak Imam, biarawan-biarawati dan para pasutri untuk menjadi alatNya dalam pewartaan cinta kasih Tuhan. Betapa indahnya Sakramen Imamat dan Sakramen Perkawinan itu bagi dunia ini. Para Imam (biarawan-biarawati) yang juga berasal dari keluarga mempersembahkan hidupnya bagi Tuhan. Demikian juga para pasutri dengan keunikannya masing-masing menyatukan diri untuk ikut serta dalam kelanjutan karya-karya Tuhan. Pun ketika dengan lantang kita sebagai komunitas ME selalu menyatakan I love you – I need you. Dan Yesus sendiri telah menyatakan jauh-jauh hari sebelumnya : As I have loved you.
Sepulang dari Denas Bandung, kami menyadari bahwa kami terpilih jadi KorDis tak lepas dari rencana Tuhan bagi kami. Di Komunitas ME kami banyak belajar – tepatnya belajar menyelami rencana-rencana Tuhan bagi kehidupan kami. Dan hal ini tentunya bukanlah sesuatu yang menakutkan seperti perasaan awal kami, kami merasa bahwa melayani di ME sungguh sesuatu yang membahagiakan.
Seperti halnya dalam merangkai bunga, sesungguhnya kita hanyalah alat Tuhan untuk ikut ambil bagian dalam merangkai bunga-bunga itu. Tuhan sendiri telah menyediakan segalanya dalam semesta ini. Bunga-bunga indah dengan aneka ragam warna, bentuk dan ukuran serta keharumannya masing-masing. Dan di Komunitas ME, para imam dan biarawan-biarawati serta para pasutri adalah bunga-bunga indah yang telah dipilih oleh Tuhan sendiri – dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Kebersamaan dan pelayanan di Komunitas ME adalah rangkaian bunga-bunga indah yang tercipta dari perbedaan yang dimiliki oleh ‘bunga-bunga’ itu sendiri… Semoga demikian!
(Sulist – Milla: Distrik XV Pangkalpinang) WN