SIDANG DEWAN NASIONAL ME KE 50

“Where There is Love” Tema Sidang Denas ME ke 50 di Yogyakarta

Penulis : Rm.Alexandr Joko Purwanto, Pr

“KOMUNIKASI adalah hal utama dan penting, yang harus dimiliki pasangan suami istri (pasutri) Katolik,” kata Romo Fransiskus Anggras Priyatno MSF. Dalam homili penutupan Sidang Delegasi Nasional Marriage Encounter (Denas ME) ke-50, pada Minggu 29 Oktober 2023 di Syantikara, Yogyakarta, Romo Anggras, mengatakan bahwa komunikasi dari hati adalah hal pokok yang harus dimiliki oleh pasangan suami istri. Ketua Komisi Keluarga Kevikepan Yogyakarta Timur itu mengajak kepada para peserta Sidang Denas ME dan seluruh pasangan suami istri (pasutri) ME yang hadir untuk terus mengembangkan komunikasi yang baik dan sehat dalam keluarga.

Sidang Denas ME ke-50 dilaksanakan  di Syantikara, Yogyakarta mulai pada Kamis, 26 Oktober 2023 dan selesai pada Minggu, 29 Oktober 2023. Sidang tahunan ini diikuti oleh 19 distrik dan 7 wilayah di seluruh Indonesia. Ada 2 delegasi yang tidak bisa hadir yaitu  Distrik Atambua dan Wilayah Pekanbaru

Bapak Uskup Agung Semarang, Mgr. Robertus Rubiyatmoko, membuka sidang dengan memimpin perayaan Ekaristi pada hari Kamis, 26 Oktober 2023. Mgr. Rubi mengapresiasi pelaksanaan Sidang Denas yang istimewa ini terjadi di Yogyakarta. “Sidang ke-50 adalah peristiwa yang langka, kita patut bersyukur karena bisa menyelenggarakan Sidang ini dan berharap bisa menghasilkan buah-buah yang bagus untuk menjalankan perutusan kita mengembangkan semangat kasih dalam keluarga. Mengutip pesan dari Santa Teresa dari Kalkuta, Bapak Uskup menyatakan, “Jika kamu ingin mengubah dunia, pulanglah, dan cintailah keluargamu. Karena kasih dimulai dari rumah; kasih bersemi di rumah!”

Tema “Where There is Love” mengingatkan kita dimana ada cintakasih, di situlah ada kebahagiaan karena Tuhan hadir. Kita diajak membangun kebahagiaan dengan cintakasih Kristus, bukan dengan cinta emosional sesaat yang mudah hilang. Cintakasih Kristus membuahkan sukacita dan keselamatan serta menguduskan,” demikian sambutan Mgr. Rubi.

Komunitas ME adalah kelompok umat Katolik dalam Gereja yang mendampingi pasutri-pasutri untuk mengembangkan cinta dan kesetiaan hidup berkeluarga. Gereja Katolik mengajarkan perkawinan yang tak terceraikan, sekali seumur hidup. Hal inilah yang terus dihidupi dan disegarkan oleh Komunitas ME dalam WeekEnd-WeekEnd yang diadakan untuk para pasutri di distrik dan wilayah masing-masing.

Dalam Sidang Denas, para peserta menggeluti tema “Where There is Love” sebagai tema seluruh komunitas ME Asia. Pasutri Christian Setiawan-Bernadeth Lely dan Romo Adrianus Andy Gunardi, Pr sebagai Koordinator Nasional ME Indonesia mengatakan bahwa tema ini didahului dengan beberapa pertemuan secara online berbagi dinamika 4 pilar di distrik dan wilayah masing-masing. Tiga formation dibagikan dalam Sidang Dewan Nasional ini.  Formasi pertama dibicarakan tentang “Ikigai” yaitu sebuah prinsip hidup yang membuat kita lebih bermakna, bermanfaat dan seimbang guna mencapai kebahagiaan hidup yang sejati. Formasi kedua dengan tema “Berburu Harta Karun.” Sakramen Perkawinan dan Sakramen Imamat adalah harta karun yang terus dikejar dan dihidupi agar upaya memperjuangkan kedua sakramen ini mewujud menjadi cara hidup.

Formasi ketiga dikemas dalam renewal akbar di akhir Sidang Denas dengan tema “Mata Hati.” Pasutri Chris-Lely mengajak kita semua untuk melihat orang, peristiwa dan kejadian di sekitar kita dengan mata hati yang dalam dan peka. Kita tidak boleh hanya melihat hal-hal yang dipermukaan atau dari satu sudut saja. Seringkali terjadi kesalah-pahaman atau keliru menilai sesuatu karena kita cenderung melihat hanya dipermukaan, tanpa mau masuk dalam hati seseorang, tidak mau memposisikan melalui sudut yang berbeda.

Romo Andy menjelaskan tentang apa itu “Paralaks” yakni bagaimana posisi suatu objek tampak bergeser, cara seseorang tampak bergerak ketika kita bergantian melihat melalui jendela bidik kamera dan hanya menggunakan mata kita. kita bisa mendapatkan gambaran tentang apa itu paralaks dengan menutup satu mata terlebih dahulu, lalu berganti dengan mata lainnya; objek yang kita fokuskan tampak bergerak sedikit. Paralaks juga menggambarkan bagaimana objek tampak berbeda-beda bergantung pada lokasi pengamat. Paralaks berasal dari bahasa Yunani, paralaksus, yang berarti “perubahan”.

Dengan melatih kepekaan mata hati, kita diajak semakin menyelami perasaan dan pengalaman orang lain makin mendalam. Dengan begitu kita tidak akan mudah menghakimi, menuduh, dan memvonis orang lain dengan semena-mena. Dengan mata hati yang peka kita akan semakin menghargai, mengasihi dengan tulus, menerima orang lain apa adanya.

Dalam Sidang Denas juga dihasilkan beberapa keputusan antara lain; menaikkan status Mataram yang sebelumnya berstatus wilayah menjadi distrik, sehingga ME Indonesia sekarang memiliki 20 distrik dan 6 wilayah. Sidang juga memilih melalui proses discernment, Romo Yohanes Aristanto Hari Setiawan, MSF., sebagai Ecclesial Imam Kornas menggantikan Romo Andy Gunardi Pr yang terpilih sebagai Ecclesial Imam Koordinator Asia. Sidang Denas ME ke-51 mendatang akan dilaksanakan di Distrik Pontianak pada tahun 2024.

Romo Alexander Joko Purwanto Pr dan Pasutri Agus-Vero sebagai Ketua Panitia Sidang Denas ke-50 ini mengatakan kegembiraannya atas terselenggaranya event besar di Distrik 3 Joglolang (Jogja-Solo-Magelang). “Kami merasa gembira dan haru karena pelaksanaan Sidang Denas dapat berjalan dengan lancar, meriah dan membawa sukacita,” kata Pasutri Agus-Vero dalam sambutan penutupan.

“Ini semua berkat kerja keras seluruh panitia di Distrik 3 Joglolang yang selama satu tahun mempersiapkan gawai besar ini. Terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung acara ini,” sambung Romo Joko.

Para peserta sangat terkesan dengan suasana Jogja. Lebih-lebih acara outing yang dikemas secara menarik dengan berkonvoi naik mobil VW kuno di sekitar Candi Borobudur sekalian menikmati hasil UMKM penduduk di sekitarnya.

Pasutri Jacob-Meme salah satu staf Kornas mengungkapkan sangat berkesan bisa ikut outing berkeliling menikmati suasana desa dan kampung di Borobudur. “Menarik sekali acara outingnya dan exiting banget,” komentar mereka. Apalagi dalam acara Gala Night, pasutri ini “ketiban” hadiah doorprice berupa sepeda lipat, menambah kegembiraan dan kemeriahan malam keakraban.

Di acara Gala Night semua peserta menampilkan tarian dan nyanyian dari masing-masing daerah. Dengan mengusung “Malam Gembira Nusantara” para peserta diajak menari, berjoget, bernyanyi dalam suasana penuh keakraban. Semua berbaur di panggung gembira mengungkapkan sukacita karena sidang-sidang maraton selama dua hari dapat terlampaui dengan baik.

Tema-tema weekend ME seperti dialog, kesetiaan, perutusan, sakramen perkawinan, sakramen imamat, dikemas dalam bentuk tarian dan nyanyian oleh Tim Kreatif yang dikoordinir oleh Romo Adi dan didukung oleh semua distrik dan wilayah sangat tertata apik, mengalir dengan atraksi-atraksi yang penuh sukacita mewarnai malam pentas budaya.

Lebih dari tigapuluh imam pendamping ME hadir dalam misa penutupan Sidang Denas di Syantikara.

Penyerahan api semangat ME dari D3 KE D11

Di akhir acara Pasutri Chris-Lely dan Romo Andi didampingi ketua pelaksana Sidang Denas ke 50, Romo A. Joko Purwanto, Pr dan Pasutri Agus-Vero menyerahkan api semangat ME kepada Romo Yohanes Maria Puji Nurcahyo dan Pasutri Yoinus Jelayan – Anastasia Endang Dwi Purwanti dari Distrik XI Pontianak. (CL/DS)

 

 

 

 

 

 

 

Start typing and press Enter to search