Gereja Hadir Untuk Menyatukan Perkawinan yang Telah Tercerai Berai

WWME terbukti menjadi alat Tuhan untuk meneguhkan dan memperkaya relasi pasutri dan relasi para imam/ suster dengan umat. Lalu bagaimana dengan relasi yang telah retak, rusak, atau bahkan hancur?

“…janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.” (Yesaya 41:10).

Potongan ayat di atas telah terpenuhi dengan hadirnya gerakan komunitas Retrouvaille (dibaca: retro-vai) di Indonesia. Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC merestui dan mendukung gerakan komunitas Retrouvaille yang didirikan di Bandung untuk pertama kalinya di Indonesia. Retrouvaille hadir untuk membantu Gereja membawa kabar sukacita bagi pasutri yang mengalami kehancuran perkawinan, bahkan pasangan yang telah bercerai.

Pastor Souw turut menandatangani naskah pembentukan Yayasan Retrouvaille Bandung Indonesia tanggal 26 Februari 2021 di Kantor Notaris Dr. Debiana Dewi Sudradjat S.H., M.Kn.


Lahirnya Retrouvaille di Indonesia

Melalui Pastor Joseph Souw Hong Goan, OSC gerakan pelayanan ini diperkenalkan ke Indonesia setelah beliau mengikuti kegiatan WeekEnd Retrouvaille di Manila, Filipina pada tanggal 13-15 Juni 2019. Pastor Souw, begitulah beliau disapa, merupakan Koordinator Marriage Encounter (ME) Distrik VI Bandung bersama Pasutri Laurent-Dewi.Pengalaman tiga hari dua malam pada hari Jumat hingga Minggu di Manila membuat Pastor Souw menyaksikan sendiri karya keselamatan yang dibawa oleh Gereja melalui Retrouvaille. Para peserta weekend yang mengalami kepahitan atau kehancuran perkawinan, bahkan yang telah bercerai sekalipun dapat dipersatukan kembali. Tidak berhenti di sesi weekend saja, Pastor Souw pun turut mengikuti kegiatan-kegiatan lanjutan secara lengkap berupa Post-WeekEnd Sessions (pertemuan setelah weekend berakhir) dan Continuing Our Retrouvaille Experience (CORE).

Sekembalinya dari Manila, Pastor Souw telah berupaya untuk menghubungi berbagai komunitas Gereja untuk bisa mewujudkan Retrouvaille di Indonesia, namun gayung bersambut pada ME. Terbentuknya Retrouvaille perdana di dunia ternyata tidak lepas dari dari tangan-tangan aktivis WWME.

Sejarah, Visi dan Misi Retrouvaille
Pada tahun 1977, Retrouvaille diinisiasi oleh pasutri tim presenter WEME dari kota Hull, Quebec, Kanada. Retrouvaille berasal dari bahasa Perancis yang berarti rediscovery (menemukan kembali) dan hingga saat ini Retrouvaille telah berkembang di 26 negara dan dibawakan dalam enam bahasa. Pada bulan September tahun 2008, Paus Benediktus XVI menerima komunitas Retrouvaille dan menyebut para pelayan Retrouvaille sebagai “pembela atas harapan yang jauh lebih besar bagi mereka yang telah kehilangan [harapan] itu”.

Retrouvaille memiliki visi bahwa setiap perkawinan berhak memperoleh kesempatan untuk dipertahankan, disembuhkan hingga akhirnya mencapai perkawinan yang bahagia dan penuh cinta sesuai dengan ajaran Katolik. Misi yang dijalankan adalah dengan memperkenalkan pelayanan penyembuhan perkawinan yang diberdayakan oleh karunia Roh Kudus secara berkelanjutan.

Bentuk Organisasi dan Afiliasi
Pada tanggal 26 Februari 2021 yang lalu, dengan berkat Tuhan, gerakan Retrouvaille di Indonesia resmi berdiri sebagai Yayasan Retrouvaille Bandung Indonesia (RVBI), melalui Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor AHU-0006235.AH.01.04.Tahun 2021 tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum Yayasan Retrouvaille Bandung Indonesia. Yayasan ini bersifat non-profit (nirlaba) dan berafiliasi resmi dengan Retrouvaille International.

Retrouvaille di Indonesia tidak bersifat eksklusif hanya terdapat di Bandung saja, diharapkan ada daerah lain yang turut memiliki komunitas ini. Yayasan Retrouvaille Bandung Indonesia bersedia untuk memberikan bantuan dan pendampingan dalam proses pembentukannya dan hingga terafiliasi dengan Retrouvaille International.

Saat ini makin banyak pasutri Katolik yang mengalami keretakan/kehancuran dalam perkawinan. Kasus perceraian semakin meningkat dengan rentang usia perkawinan yang semakin singkat. Situasi ini sungguh sangat memprihatinkan, di mana Gereja meletakkan harapannya pada keluarga untuk menjamin kelangsungan hidup manusia dan untuk memuliakan Tuhan.

Perwakilan pengurus Yayasan Retrouvaille Bandung Indonesia beserta pejabat notaris Dr. Debiana Dewi Sudradjat S.H., M.Kn. (kedua dari kiri).

Retrouvaille memiliki perbedaan dengan ME, di mana ME sedapat mungkin mencegah kehancuran relasi melalui peneguhan dan enrichment; sedangkan Retrouvaille hadir untuk menemukan kembali relasi yang telah hancur. Komentar yang sering dilontarkan banyak pasutri selepas mengikuti WEME: “Kami bersyukur telah mengikuti WeekEnd ME sehingga relasi perkawinan kami menjadi lebih baik, komunikasi lebih lancar dan dapat mengungkapkan perasaan lebih terbuka.” Namun, kita juga tidak menutup mata bahwa ada pasutri yang masih kesulitan atau gagal mempertahankan keutuhan perkawinannya pasca mengikuti WEME, sehingga pada akhirnya mereka terpaksa mengalami kepahitan rumah tangga, hingga mengambil keputusan untuk bercerai.

Dengan kehadiran Retrouvaille maka kami mengajak para pembaca sekalian untuk semakin berani, tidak takut dalam mewartakan kabar gembira ini kepada sanak saudara dan lingkungannya dalam rangka menyelamatkan perkawinan yang sedang mengalami kepahitan atau yang telah hancur.

Info kontak Yayasan Retrouvaille Bandung Indonesia melalui e-mail: [email protected]. [IH/WN]

Start typing and press Enter to search