Dua insan manusia, laki-laki dan perempuan dipertemukan dan disatukan, menjalin hubungan kasih dan akhirnya menyatakan janji sehidup semati dalam ikatan perkawinan Katolik yang sah. Hari-hari dalam pengharapan akan pemenuhan Firman Tuhan semula terasa mudah dan indah namun seiring bertambahnya waktu, hari berganti, bulan bahkan tahun berganti, harapan itu seolah-olah sirna. Hanya kepasrahan pada kehendak Ilahi.
Namun tidak disangka, cahaya harapan yang sudah mulai meredup itu tiba-tiba bersinar lagi tatkala menghadapi kenyataan bahwa mempelai wanita itu hamil. Rasa syukur tidak terhingga atas anugerah Tuhan, ketika lahirlah sang bayi mungil yang adalah jawaban dari semua doa dan airmata. Sebuah penantian panjang yang berbuah manis.
Dalam suasana penuh kebahagiaan, hati yang masih bangga karena Tuhan menitipkan sebuah kehidupan baru, tiba-tiba dikejutkan pada sebuah kenyataan bahwa bayi ini ternyata tidak bisa bertahan lama. Ia hanya datang sebagai penggenapan Firman Tuhan. Ia datang dalam cara yang ajaib dan pulang dengan begitu cepat. Penuh misteri.
Jatuh terkulai, tidak sanggup untuk menatap wajah Yesus. Protes akan keputusan Tuhan yang tidak adil ini, mereka menutup diri dari Tuhan. Tidak percaya lagi pada penyertaan Tuhan. Dalam situasi terpuruk, kehadiran teman-teman dalam komunitas datang memberi penghiburan dan peneguhan serta mendoakan.
Dan akhirnya pada suatu waktu Tuhan menyatakan Diri-Nya, lewat seorang Imam. Mereka pun bangkit, perlahan-lahan namun pasti. Kenyataan bahwa penyertaan Tuhan sempurna melalui diri sesama teman komunitas yang tidak pernah lelah menyemangati dan mendoakan, yang pada akhirnya menyadarkan mereka bahwa Tuhan baik, penyertaan-Nya sempurna. Ia adalah Sang Immanuel. Allah Yang Selalu Menyertai (EA/IJ)