Allah telah menciptakan dunia dan seisinya, sungguh amat baik, dan menyerahkannya kepada manusia untuk menguasai dalam arti menjaga dan merawatnya agar tetap baik, indah seperti sedia kala di awal penciptaan, karena manusia adalah teman kerja Allah atau co-creator Allah. Namun karena keserakahan, kemalasan, manusia menyalahgunakan alam ciptaan ini dengan merusaknya, dengan mengambil dan menggunakan alam ini secara berlebihan tanpa diimbangi dengan pemeliharaan, sehingga terjadi berbagai tragedi dan bencana. Manusia mestinya bersyukur dengan segala anugerah alam ciptaan dan bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan Tuhan.
Setelah Allah murka, Allah kembali membuktikan kecintaan-Nya kepada manusia. Allah tidak meninggalkan manusia itu sengsara. Sebagaimana Allah mengutus Putra Tunggal-Nya ke dunia sebagai Sang juru Selamat, demikian pula Allah berfirman kepada manusia-manusia lain di muka bumi ini. Allah mengetuk pintu hati banyak orang untuk menjadi penolong bagi yang menderita, yang berkesusahan, yang miskin dan papa. Demikian juga, Allah membuat begitu banyak mujizat lain. Daerah-daerah tandus disuburkan, yang kering kerontang dihijaukan, mata air pun tercipta dari batu-batu karang dan tanah yang terbelah, sungai dan danau pun teraliri air menjadi sumber kehidupan baru bagi umat-Nya.
Dalam refleksi pasutri, pada awalnya mereka tidak sepenuhnya bersyukur dan sadar akan tanggung jawab untuk menjaga dan merawat alam ciptaan. Kemudian mereka berkomitmen menjaga alam dengan menggunakan air sesuai kebutuhan, menanam tanaman toga dan bunga di sekitar pekarangan rumah, dan lain sebagainya. Dalam refleksi ini tercermin pula, sekali pun Allah itu marah, murka karena kesalahan yang dibuat manusia dengan memberikan bencana hujan, badai seroja, sesungguhnya Allah mau mendidik manusia supaya bertobat dan sadar. Cinta-Nya tidak pernah pudar, Ia tetap mengasihi manusia dengan memberikan kelimpahan air bagi masyarakat NTT yang selalu dilanda kekeringan dan kekurangan air. Demikian halnya refleksi pasutri akan kehidupan pernikahan mereka. Terkadang salah paham, marah dan saling mengecewakan, namun kembali disadarkan bahwa Allah sangat mengasihi manusia dan sudah selayaknya sesama manusia pun harus saling mengasihi. (EA/IJ)