Sang Immanuel Dalam Relasi Pasutri
- eRelasi
- 15 September 2021
BPS RD Semuel, Donna-Kustedjo
Sewaktu mengikuti pengundian Episode UeRL 28 Maret 2021 dan mendapatkan episode 2 Sang Immanuel (Allah Putra menjelma menjadi manusia), kami merasa bingung dan asing; berbagai rasa berkecamuk di hati, apa yang harus dilakukan. Saat itu pengetahuan kami tentang Sinterdaring masih samar-samar, apalagi sosialisasi dan beberapa rapat awal diikuti oleh Kordis sebelumnya. Kekhawatiran yang mendalam terkait Sinterdaring membuat kami berlutut, memohon bimbingan Roh Kudus. Yah ketika otak kami tak mampu berpikir baik, kami gunakan dengkul untuk memohon pertolongan.
Sungguh luar biasa kasih Tuhan yang kami rasakan dalam menuntun kami yang kebingungan, apapun yang kami lakukan semua seakan diarahkan dan dilancarkan, seperti saat kami meminta pasutri Ellen Hendro sebagai pemeran utama dan pasutri Olin Christo sebagai pemeran pendamping. Ada rasa lega di hati. Saat kami meminta pasutri Yuli Joe sebagai penulis naskah/skenario dan mereka menyanggupi, betapa bahagianya kami.
Dalam rapat-rapat berikutnya kami semua mengeluarkan ide-ide. Begitu banyak ide yang muncul, baik dari Pastor Ecclesial kami maupun dari teman-teman tim yang lain. Awalnya kami sempat kebingungan tarian dan seni gerak apa yang akan kami tampilkan. Namun dari dialog bersama teman-teman, kami sepakat menampilkan tarian dalam busana daerah, dilatih oleh anak pasutri Ellen Hendro. Tarian ditampilkan tidak dalam bentuk menari ramai-ramai, karena keterbatasan kami dengan situasi Makassar yang masih zona merah akibat covid 19.
Syuting dilakukan dalam rumah kami. Sudah setahun lebih kami tidak menerima tamu karena pandemi dan sewaktu hari pertama syuting saat Pastor dan teman-teman datang ke rumah; suasana rumah terasa begitu hidup, rumah yang biasa sepi, hari itu terasa ramai.
Suara ketawa dan canda memenuhi rumah membuatku merasa begitu bersemangat dan bahagia.
Saat syuting alur cerita yang ada suasana kamar tidur membuatku bingung, karena kami merasa kurang nyaman kalau syuting harus dilakukan di dalam kamar, hal ini membuatku mengangkat telepon menghubungi Kornas untuk bertanya apakah boleh syuting menyimpang dari alur cerita yang sudah kami kirim, karena dalam pelaksanaan ternyata tidak bisa sesuai alur cerita. Hal ini dimaklumi oleh Kornas dan kami diperbolehkan untuk membuat revisi alur cerita. Selesai syuting kami merasakan kelegaan yang luar biasa.
Setiap hari yang kita lalui adalah momen menyenangkan. Ini yang kami rasakan dalam dialog kami berdua. Kami merasa bahagia dengan kebersamaan kami, berkumpul sesaat bersama teman-teman, setelah begitu lama pertemuan hanya melalui virtual. Syuting 2 hari membuat kedekatan dan keakraban hidup kembali. Saat video kami ditolak oleh panitia karena terlalu lama, hanya boleh maksimal 6 menit, kami bingung. Banyak sekali adegan yang harus kami hilangkan. Video durasi 11 menit sangat bagus dan sempurna menurutku. Ini adalah sedikit kekecewaan yang kami rasakan.
Sewaktu tiba hari penayangan dan melihat tampilan Festival UeRL dalam rangka perayaan Ulang Tahun ME Indonesia ke-46, kami merasa bahagia dan bangga sekali bisa ikut berpartisipasi. Seni yang ditampilkan sungguh luar biasa dan indah. Semua yang dilakukan dengan hati dan cinta pasti akan “indah”. Salut dan apresiasi yang luar biasa buat pemrakarsa, pencetus dan pelaksana Sinterdaring ini. God bless you all
WeLoveYou n WeNeedYou. RD Semuel, Donna-Kustedjo
Sharing Yuli – Joe
Senang dan bahagia setelah menonton via youtube penampilan Distrik IX Makassar dalam Festival UeRL. Tugas kami sebagai penanggung jawab sekaligus penulis skenario akhirnya selesai dan rasanya plong. Apalagi kalau ingat masa persiapan yang tidak mudah untuk menentukan bagaimana bentuk partisipasi dalam Festival UeRL. Bahkan kami sempat kebingungan seperti apa model persembahan kami nanti. Ketika rapat tim ada beberapa opsi yang muncul. Sangat sulit menentukan ide cerita dan bentuk acara yang akan digarap lebih dalam untuk di syuting. Setelah mengadakan beberapa kali pertemuan akhirnya kami sepakat untuk membuat satu video singkat yang mengisahkan peran kelahiran Sang Imanuel dalam keluarga kecil Ellen dan Hendro yang sering bertengkar karena sudah mengabaikan doa dan dialog.
Tantangan tidak selesai dengan adanya kesepakatan bentuk acara. Tantangan berikut adalah narasi yang pertama harus diubah karena sangat sulit menentukan tempat syuting yang berjauhan satu sama lain. Apalagi dengan melibatkan banyak orang. Akhirnya kami putuskan untuk membuat perbaikan narasi dengan hanya dua tempat syuting dan mengurangi personil yang berperan dalam satu film pendek. Didukung oleh semangat yang tinggi dari Kordis, Pastor ecclesial dan pemeran utama pasutri Ellen Hendro, membuat kami semakin terpacu menyelesaikan tugas ini.
Banyak kejadian-kejadian lucu saat syuting, seperti ketika satu adegan harus diulang-ulang karena pemeran tidak bisa menahan tawa saat syuting. Satu hal yang tak akan pernah kami lupakan ketika Yuli harus menggantikan peran jadi ibu guru (ibu Anas) karena pemeran asli berhalangan. Sutradara (Pastor Semuel) sangat mumpuni dalam mengatur, mengarahkan pemain sehingga skenario bisa ditampilkan dengan sangat jelas.
Semoga dengan kegiatan ini komunitas ME terus bergerak maju walaupun dalam situasi pandemi. WLY,WNY Yuli-Joe. (DS/WN)