Seribu Satu Tanya juga Terhadap Sidang Denas ME yang ke-49

Yakub Hantini

Akhirnya, Sidang Denas Ke-49 Sebuah Momen yang Luar Biasa

Membayangkan Sidang Denas ME sejak awal bergabung dalam kepanitiaan, seperti membayangkan kucing dalam karung yang baru saja kubeli. Jika kita membeli kucing dalam karung saya yakin akan ada seribu satu tanya yang muncul. Apa warna bulunya; bagaimana sinar matanya; sebesar apa kucing itu; bagaimana bentuk muka dan kumisnya; apakah mirip kucing angora atau kucing kampong; bagaimana kebiasaan hidupnya sehari-hari. Dan seribu satu pertanyaan lainnya. Ya, karena kucingnya dalam karung.

Seribu satu tanya juga terhadap Sidang Denas ME yang ke-49. Siapa pesertanya; Asal dari mana; Berapa lama sidangnya; sidang atau rapat. Sidang mengingatkanku pada kasus Pak Sambo dan kawan-kawan. Ha..ha..aku tertawa sendiri setiap mengikuti persidangan kasus Pak Sambo. Pertanyaan berikutnya: materi apa yang disidangkan; bagaimana hasilnya; siapa yang memimpin sidang. Terpenting, apakah aku menjadi peserta sidang itu. Juga yang menarik adalah tema sidang, Warm Hug & Thankful Hearts. Apa maksudnya dan bagaimana implementasi tema itu dalam sidang. Dan seribu satu tanya  yang  lain.

Samar-samar segala tanya mulai terjawab seiring waktu yang bergulir mendekat ke hari H. Tapi itu pun hanya dugaanku. Dan jutru secercah bayangan itu seperti datang, malah menghakimiku. Itu tanda-tanda seorang anggota komunitas yang setengah-setengah dan tidak aktif. Ha…ha… aku tertawa geli. Iya juga kataku dalam hati. Memang, banyak hal yang perlu aku dalami lebih mendalam lagi. Ketua panitia berpesan,  ikut Go to Deeper baru akan lebih banyak tahu lagi. Ooooh…. Reaksi spontan perasaanku. “Betul juga itu”, kataku membalas pesan ketua panitia di grup WA Panitia Denas.

Hari H tiba, setelah melewati pergumulan berbagai kecamuk rasa dan kerja. Diawali kedatangan peserta  yang hadir satu hari lebih awal. Mereka yang berasal dari berbagai daerah di luar Pulau Jawa. Seperti Banjarmasin, Pontianak, Manado, Makasar, Flores, Atambua, Maumere, Ende dan Sorong. Peserta yang hadir lebih awal, diurus oleh pasutri yang menjadi host couple. Siapa delegasi itu. Ternyata, satu pasutri dan satu room pembimbing didampingi satu pasutri pendamping.

Pembukaan acara dimulai dengan perayaan Ekaristi di Gereja Paroki Bunda Maria pada pukul 15.00 yang dipimpin langsung oleh Bapak Uskup Bandung, Mgr. Antonius  Subianto Bunjamin, OSC. Seusai pembukaan acara bergerak ke Acara Welcome Remark dalam waktu kurang lebih satu jam. Seusai acara tsb masuklah ke acara inti atau utama, Sidang Denas. Seluruh panitia sebagian boleh beristirahat karena para peserta sedang bersidang dan berlangsung hingga Perayaan Ekasristi Penutupan.

Akhirnya kuperoleh jawab atas seribu satu tanyaku di awal.  Aku merasa kagum dapat mengikuti dan terlibat dalam proses Sidang Denas. Sidang Denas ke-49 adalah perjumpaan para pasutri se-nusantara penuh cinta dan kasih bersukacita. Setiap perjumpaan dengan sesama peserta, terpancar salam cinta dengan penuh kehangatan. Terpancar dari wajah-wajah setiap peserta. Rasanya kami adalah satu. Satu keluarga ME. Sungguh luar biasa cinta dan relasi mereka. Dan itu terjadi dengan seluruh peserta, delegasi-delegasi perwakilan distrik dan wilayah masing-masing dari Sabang sampai Merauke.

Suasana menjadi lebih religious dan penuh energy suci tak kala mengetahui bahwa sidang itu juga dihadiri oleh para pastor pembimbing pasutri juga dari seluruh Nusantara. Ruang sidang sepertinya penuh aura Roh Kudus yang membawa sukacita dan kebahagian yang hadir di dalamnya.

Dengan hati penuh syukur kepada Tuhan, Sidang Denas ME ke-49 berlangsung luar biasa dan sukses. Banyak peserta membawa pulang rasa cinta, bahagia dan puas atas penyelenggaraan Sidang Denas kedaerah asal. Dan mereka meninggalkan kesan mendalam di hati panitia dengan mengungkapkan dari hati terdalam, sukses, Sidang Denas di Cirebon!

Akan tetapi, definisi sukses penyelenggaraan tampaknya perlu juga untuk kita,-bertolaklah ketempat yang lebih dalam (duc in altum) dengan kita bicara dampak-efek siding terhadap perkembangan dan aktivitas komunitas ME Distrik 13 Cirebon. Harapannya, semakin banyak terbentuk kelompok-kelompok dialog di komunitas. Sebagaimana juga harapan Kornas,  para senior dan pembimbing pasutri. Karena sejatinya, roh ME adalah dialog. Walaupun dalam keseharian, dialog itu sebuah metode untuk membangun komunikasi. Komunikasi adalah roh dari relasi. Semakin mampu berdialog yang jujur, terbuka dan sadar (membuka topeng-topeng pribadinya) maka akan terjalin intimitas. Dan akhirnya, Kerajaan Allah hadir dalam dinamika kehidupan keluarga-keluarga. Itu sebuah keniscayaan. (Hantini-Yacob) (DS)

 

 

Start typing and press Enter to search