Weekend ME Nasional Distrik XIV Banjarmasin
Serba Pertama dan Istimewa!
Weekend ME angkatan 66 Distrik XIV Banjarmasin terasa begitu istimewa karena merupakan Weekend Nasional yang baru pertama kali ini diadakan oleh ME Indonesia, sekaligus Weekend pertama sejak pandemi yang diadakan di Banjarmasin dan Weekend non-residential (tidak menginap) pertama di distrik Banjarmasin. Pada awalnya weekend ini direncanakan diadakan bulan Mei 2022. Namun berhubung ME Indonesia mencanangkan Weekend ME Nasional pada 29-31 Juli 2022, maka rencana pelaksanaan weekend ME di Banjarmasin digeser menyesuaikan jadwal weekend ME Nasional.
Pengalaman Pertama yang Mencemaskan
Ketika merencanakan weekend tersebut, kasus Covid Omicron sedang melonjak; maka untuk mengurangi risiko penularan, diputuskan peserta weekend tidak perlu menginap. Namun tetap disediakan kamar bagi peserta yang dari luar Banjarmasin. Pada saat itu, Romo Johan (Pastor Paroki Veteran) menawarkan aula paroki sebagai tempat penyelenggaraan Weekend ME karena di sana ada ruang pertemuan dan 10 kamar tidur yang bisa dipakai peserta untuk berdialog dan jika diperlukan mereka bisa menginap di sana.
Persiapan-persiapan pun dilakukan sejak Mei 2022, mulai dari materi presentasi oleh tim, pembentukan panitia pelaksana, mengundang calon peserta, persiapan penyambutan, dan lain-lain. Semua berjalan lancar. Namun menjelang pelaksanaan weekend, muncul kecemasan dalam hati para tim weekend (Romo Hersemedi CM, Pasutri Siauw Siauw-Gunadi, Pasutri Siche-Martin, Pasutri Nining-Anton) berkaitan dengan peserta yang tidak menginap. Muncul pikiran antara lain: Bagaimana jika peserta tidak bisa hadir tepat waktu di hari kedua dan ketiga? Apakah peserta tetap bisa fokus sepenuhnya pada pasangan selama weekend karena mereka bisa pulang pada malam harinya?
Tim, panitia dan Dewan Distrik telah berusaha menyiapkan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya. Maka ketika pikiran-pikiran negatif dan kecemasan itu muncul, yang bisa dilakukan hanyalah menyerahkan pada kuasa Tuhan.
Pengalaman Pertama yang Penuh Berkat
Puji Tuhan selama Weekend ME berlangsung, semua peserta memiliki komitmen mengikuti weekend dengan sungguh-sungguh. Tidak ada peserta yang terlambat, semua peserta bisa fokus pada pasangannya dan semua memberikan respon yang positif terhadap keikutsertaannya dalam weekend tersebut.
Berikut testimoni beberapa peserta:
PASUTRI SOPIA-TONI
“Sebelum ikut weekend, biasanya kami hanya bisa bicara baik-baik itu tidak lebih dari 5 menit. Setelah 5 menit, komunikasi kami diisi dengan pertengkaran. Namun melalui dialog yang diajarkan selama Weekend, komunikasi kami menjadi lancar. Saya menyesal kenapa tidak dari dulu ikut weekend ME.” (Toni)
“Selama ini, meskipun kami saling mencintai, tapi kami juga sering bertengkar. Melalui Weekend ME, saya menyadari hal ini terjadi karena cara komunikasi kami kurang tepat. Saya menyadari bahwa saya egois dan memaksakan kehendak saya pada orang lain.” (Sopia)
PASUTRI ANDRA-JEFRY
“Selama ini saya berpikir kurang mendapat perhatian dari pasangan, namun dalam dialog, saya menemukan bahwa hal ini tidak benar. Kami komit untuk membenahi relasi kami. Saya juga menyadari bahwa saya tidak mengerti apa-apa tentang ke-Katolik-an karena baru dibaptis. Dalam dialog, saya mendapat kesempatan mengungkapkan hal ini pada istri dan ingin belajar menjadi seorang Katolik yang baik.” (Jefry)
“Saya merasa bersyukur ikut Weekend ME karena selama ini kami sering bertengkar. Dengan belajar berdialog selama Weekend ini, komunikasi kami menjadi lancar.” (Andra)
PASUTRI INDAH – PHILIP
“Selama ini kami mengira bahwa perkawinan kami baik-baik saja. Namun melalui Weekend ME, kami disadarkan bahwa ternyata masih banyak yang perlu dibenahi. Pengalaman Weekend ME lebih indah dari yang dibayangkan, kami makin terbuka, lebih intim, lebih saling mencintai.” (Philip)
“Sebelumnya saya sulit berkomunikasi dengan suami. Melalui dialog yang diajarkan selama weekend, komunikasi kami menjadi lebih mudah dan lancar. Semoga ke depannya komunikasi kami makin baik.” (Indah)
PASTOR ROBERTUS B.S. WIDI HARGONO, MSC
“Saya merasa gembira mendapatkan pengalaman weekend dan mendapatkan teman untuk berdialog. Selama 17 tahun dari 26 tahun perjalanan imamat saya, telah saya lalui tanpa rekan komunitas. Dalam weekend, saya seperti menemukan kunci pas yang selama ini saya cari untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Harapan saya, seni berkomunikasi yang diajarkan selama weekend diimplementasikan oleh seluruh anggota ME.”
PASTOR APOLONIUS WENSY WOWOR, MSC
“Saya merasa bersyukur bisa mengalami weekend ME meski pada awalnya keikutsertaan saya karena dipaksa Vikjen. Saya belajar banyak melalui topik-topik dan sharing-sharing yang disampaikan tim, antara lain bahwa dalam suatu relasi, toleransi masih belum cukup. Pengalaman weekend menyegarkan kembali pengalaman saya ketika berkarya di Keuskupan Manado. ME menjadi sarana pewartaan keluarga-keluarga. Semoga makin banyak yang bisa mengalami.”
SUSTER M.MAGDALA SUMARNI, PBHK
“Awalnya ragu ikut WEME karena berpikir ini acara untuk pasutri. Namun selama weekend, saya merasa nyaman berdialog dan menjadi dekat dengan teman dialog saya. Saya merasa bebas mengungkapkan perasaan yang terdalam dan menjadi lega. Ternyata kerelaan berbagi perasaan adalah sesuatu yang indah sehingga tidak jadi hambatan dalam komunikasi dengan rekan dan Tuhan.”
SUSTER VICTORIA SUPRIHATIN, SPM
“Dalam weekend, saya merasa kagum pada perjuangan pasutri dalam membangun keluarga dan ini semakin memantapkan panggilan saya. Pengalaman ini juga membuat saya banyak belajar untuk pelayanan saya mendampingi keluarga-keluarga. Dalam weekend, saya menemukan bahwa ternyata berkomunikasi perasaan itu penting untuk menumbuhkan empati dan membuat perasaan menjadi lega. Selain itu saya juga belajar bahwa pengampunan itu penting dan bisa membebaskan kedua pihak.”
Weekend ME sebagai Cara Menyembuhkan Penyakit Sosial
Hal istimewa dalam Weekend ME Angkatan 66 Distrik XIV Banjarmasin adalah kehadiran Bapak Uskup Keuskupan Banjarmasin, Mgr. Petrus Boddeng Timang dan Vikjen Keuskupan Banjarmasin, RP. Albertus Jamlean, MSC pada acara penyambutan peserta yang telah selesai mengikuti weekend.
Sambutan Bapak Uskup Keuskupan Banjarmasin, Mgr. Petrus Boddeng Timang pada acara Penyambutan Peserta Weekend ME Nasional
Dalam sambutannya, Bapak Uskup mengingatkan bahwa keluarga merupakan awal dan asal dari segala kebaikan. Namun keluarga juga merupakan awal dan asal dari segala masalah yang kita hadapi. Setiap hari kita menyaksikan atau mendengar peristiwa-peristiwa kekerasan serta kecenderungan masyarakat yang semakin materialistis, yang mengukur segala sesuatu dari harta benda. Akibatnya muncul sikap acuh tak acuh dan tidak peduli pada sesama. Sementara itu dalam bacaan Injil hari itu (31 Juli 2022), Yesus mengingatkan kita bahwa yang penting adalah harta di surga. Itulah yang perlu kita kejar, yaitu hidup berkenan pada Tuhan dan sesama.
Lebih lanjut Bapak Uskup mengungkapkan bahwa Gereja Katolik menemukan Weekend ME sebagai salah satu solusi. Beliau mengungkapkan rasa syukur dan bangga sebagai peserta Weekend ME angkatan 36. Menurutnya, Weekend ME menjadi salah satu cara untuk menyembuhkan penyakit-penyakit sosial seperti: kekerasan, sikap materialistis, sikap acuh tak acuh dan tidak peduli, dan sikap-sikap negatif lainnya. Ketika relasi kita dengan keluarga, sesama dan dengan Allah semakin baik, maka segala persoalan dapat kita hadapi dengan rasa aman dan pasti. “Kita semakin kaya dalam pandangan Tuhan,” tandas Mgr. Petrus Timang.
Menutup sambutannya, Bapak Uskup menyatakan bahwa proses Weekend ME yang telah dilakukan selama 3 hari dan 2 malam tersebut baru merupakan awal. Cara-cara yang diterima selama Weekend harus diperkaya, diperdalam dan dilakukan setiap hari. Kita hendaknya terus-menerus berproses menata relasi, menata emosi sehingga relasi kita sebagai individu dan sebagai keluarga dengan Tuhan semakin akrab dan semakin membahagiakan. (IH/DS)