Misa Pembukaan Sidang Dewan Nasional ke-50 ME Indonesia

Misa pembukaan Sidang Dewan Nasional ke-50 MEI dilaksanakan pada Kamis, 26 Oktober 2023, pukul 16.00, bertempat  di  Aula Syantikara, Yogyakarta. Sekitar pukul 15.00 peserta dan undangan telah berdatangan, banyak diantara mereka memanfaatkan kesempatan untuk saling menyapa dan ‘kangen-kangenan’.

Misa dipimpin oleh Uskup Agung Semarang, Mgr. DR. Robertus Rubyatmoko didampingi oleh Romo Vikjen Benardinus Agung Prihantana MSF dan Romo Susanto selaku tuan rumah.

Sebelum Misa dimulai, delegasi dari Distrik dan Wilayah memasuki Gereja diiringi lagu masing-masing daerah asal. Para Kordis/Korwil dan romo pendamping melenggang dengan riang gembira diiringi lagu masing-masing daerah asalnya, seperti Ondel-ondel, Cik-cik Periuk, Gundul-gundul Pacul, Ampar-ampar Pisang, Hela-hela Rotane dan lain-lain. Suasana tampak ceria, meriah dan hangat. Dari 19 Distrik dan 7 Wilayah, hanya Pekanbaru dan Atambua yang berhalangan hadir.

Dalam homilinya, Mgr. Rubyatmoko menyampaikan bahwa perkawinan adalah lembaga dengan komitmen yang berkelanjutan, artinya masing-masing pasangan harus menjaga kesetiaannya hingga maut memisahkan. Lebih lanjut beliau mengajak agar setiap pasangan dapat mengamalkan kasih dalam kehidupan berkeluarga yang penuh dinamika. Meski mengalami berbagai tantangan, kasih dan komitmen harus terus dihidupi. Perbedaan yang ada hendaknya tidak menjadi sumber konflik. Intinya jangan sampai “mletho”, sebab komitmen suami-istri berlandaskan kasih yang tak berkesudahan.

Lebih lanjut Bapak Uskup menyampaikan bahwa landasan kasih meliputi 4 hal.

  1. Menutupi segala sesuatu: meskipun terdapat berbagai kekurangan, masing-masing pihak harus dapat menutupinya. Misalnya sudah mengalami 4 B (beser-sering buang air kecil, blawur-rabun, budhek-pendengaran berkurang, bawel), tetap sehati dengan tidak mempermasalahkan/menutupi kekurangan pasangan.
  2. Percaya segala sesuatu: masing-masing mengutamakan pasangan dengan mempercayainya walau apapun yang terjadi.
  3. Mengharapkan segala sesuatu: bila harapan masing-masing tidak terpenuhi, harus ada sikap penerimaan dan pengampunan. Dalam hal ini, kasih justru diuji saat ada kekecewaan, saat pasangan tidak memenuhi harapan.
  4. Sabar menanggung sesuatu: saat mengalami suka-duka, untung dan malang diperlukan pengorbanan dan kesabaran untuk menanggung secara bersama.

Setelah misa, ketua panitia, pasutri Agus-Vero dan Romo Joko menyampaikan bahwa pada awalnya tidak percaya Distrik Joglolang mampu menyelenggarakan Sidang Denas ke-50. Namun setelah berproses dengan anggota panitia dan komunitas Joglolang, justru tugas ini menjadi sarana perjumpaan, antara lain melalui rapat, novena dan berbagai kegiatan persiapan.

Secara khusus Kornas, Pasutri Chris Lely dan Romo Andy menyapa Koordinator Asia, Pasutri Nini Benji, karena pembukaan ini juga dilaksanakan secara live streaming dan diikuti oleh sejumlah pasutri dari berbagai penjuru dunia.

Dalam sambutannya Chris menegaskan bahwa bila ada cinta semua tantangan dapat diatasi dan pasutri ME adalah para pejuang cinta maka diharapkan komunitas ME Indonesia  terus berjuang, maju dan berkarya. Selanjutnya Romo Adrianus Andy menyampaikan harapannya agar para pasutri dapat terus memperjuangkan nilai-nilai kesetiaan dan komitmen dalam perkawinam. Lely mengakhiri sambutan sebagai kornas dengan mengucapkan terima kasih atas perjuangan dan kerja keras panitia dan dukungan semua pihak hingga Denas ke-50 ME  Indonesia dapat terselenggara. (DS/WN)

 

Start typing and press Enter to search