Pengalaman Dicintai dan Panggilan untuk Mencintai

Pengalaman dicintai apakah bisa berbeda antara umat dengan imam? Mari kita dengarkan sharing Pastor Ferdinandus Taran Making, MSC, imam yang telah mengikuti Weekend ME dan bertugas di Keuskupan Banjarmasin.

Mendengar kalimat you are loved, Anda dicintai, perasaan saya sangat senang. Ketika saya merasa dicintai, energi saya menjadi penuh. Saya bisa lepas bebas, maksudnya saya bisa bicara apa saja dan menjadi bisa melakukan apa saja. Hati saya menjadi lebih tenang, berjalan mengalir.

Perasaan Dicintai
Peristiwa dicintai umat baru saja saya rasakan ketika misa pemberkatan minyak krisma dan pembaharuan janji imamat. Setelah misa, saya menerima WA dari umat berupa ucapan dan dukungan doa untuk imamnya, ini luar biasa! Saya tulis di status medsos saya: doa umat itu meneguhkan. Mereka tidak kenal saya secara pribadi, namun melalui media sosial mereka kenal saya dan mereka ucapkan itu, bagi saya luar biasa. Saya merasa dicintai dan diteguhkan.

Pengalaman Dicintai dan Mencintai Orang Lain
Pengalaman dicintai paling kuat itu saat masa kecil. Ketika itu musim kering dan gagal panen, orang tua berjuang agar anak-anak bisa makan. Saat itu saya berusia 7 tahun, tidak bisa berbuat banyak dan hanya bisa melihat kepanikan orang tua memberi makan 4 orang anak. Mama sendiri dan bapak di Malaysia jadi TKI. Bukan hanya ibu saya, tetangga-tetangga juga mengalami hal yang sama. Kami makan singkong kering yang biasa ditumbuk, direbus bulat supaya tak terbuang sia- sia. Persediaan jagung dan kacang pun menipis, makin lama stok makin habis. Sampai pada suatu titik, tanpa disangka kami mendapat kiriman sekarung beras dari paman. Luar biasa, dan itu berkesan dalam hati saya. Pengalaman masa kecil, melihat keluarga susah dan panik tanpa harapan tiba- tiba datang harapan melalui paman! Saya merasa dicintai dan diperhatikan. Dalam refleksi lebih dalam setelah menapaki panggilan, saya merasa Tuhan tidak pernah menguji umatnya di luar batas kemampuan kita. Tuhan menghadirkan orang- orang baik di sekitar kita. Pengalaman dicintai ini paling kuat mempengaruhi kepribadian saya.

Pengalaman itu membekas, menjadi refleksi untuk berbuat mencintai orang lain. Cara yang ditempuh adalah menghargai hidup dengan tekun menabung, hemat dan tidak membuang- buang waktu, sehingga saat susah kita punya cadangan cukup. Dalam tindakan adalah memberi kepada orang lain, memberi tidak membuat saya kehabisan atau kekurangan. Saya adalah orang yang tidak tegaan, rasa iba mengalahkan nalar saya, walaupun kebaikan itu kadang disalahgunakan orang lain. Saya cepat menolong atau membantu bukan karena saya baik, tapi karena tahu bagaimana rasanya menjadi orang yang kekurangan. Mungkin hanya soal kehadiran atau memberi tumpangan saja. Namun itu cara Tuhan menghadirkan saya untuk orang lain. Itu pengalaman membekas yang saya alami ketika saya merasa dicintai, dan itu mendorong saya untuk berbuat baik kepada orang lain tanpa pikir panjang.

Pengalaman Dicintai Allah
Dalam Kitab Suci disebutkan, Allah membela umat yang dipilihNya saat bangsa Israel hidup di Mesir dan membawa mereka ke Tanah Terjanji. Allah membela umatNya secara luar biasa karena cinta Tuhan kepada umat Israel. Walaupun bangsa Israel keras kepala dan juga menyangkalNya, Allah tetap mencintai mereka. Dalam Pekan Suci saya merenung, kadang dalam pelayanan masih banyak pertimbangan ini dan itu, namun Yesus memberikan cintaNya tidak pakai deal- dealan atau hitung-hitungan, kalau habis ya habis. Saya pun mengajukan pertanyaan refleksi pada Kamis Putih: BPS apa yang hendak saya basuh dalam hidup ini? Apa yang hendak dibasuh dalam keluarga, entah suami membasuh isteri, isteri membasuh suami, suami isteri membasuh anak-anak, apa yang mau dibersihkan?

Saya merasakan pengalaman dicintai Allah yang begitu luar biasa dan umat yang mencintai, memberi peneguhan dan sapaan. Saya dicintai berarti saya ada, saya masih dianggap ada oleh orang lain. Tanda cinta dalam peristiwa Jalan Salib saya hayati ketika saya sedang memikul salib saya, ada orang yang menegur dan membantu seperti halnya Bunda Maria, Simon dari Kirene, Veronika, mereka datang dan dalam duka saya masih dihargai, dikuatkan. Walaupun saya jatuh lagi tapi masih dihibur oleh wanita-wanita yang menangis, dipermalukan namun Ibu Maria masih memangku saya ketika diturunkan dari Salib. Saya merasakan bahwa pengalaman saat jatuh, Tuhan telah menyiapkan orang yang menemani, mengingatkan dan menghibur agar kita tidak terpuruk. Pada saat keadaan serba baik, saya di atas, Tuhan telah menyiapkan orang untuk mengingatkan agar kita tidak menjadi sombong. Tuhan memakai saya sebagai alatNya sudah merupakan ungkapan terima kasih yang luar biasa. Ungkapan terima kasih dari umat merupakan peneguhan bagi saya. Pengalaman dicintai Allah terungkap dalam pelayanan yang kita berikan bagi orang lain.

Penutup
Motto tahbisan saya diambil dari Yohanes 15:11,“Tinggallah di dalam kasihKu itu dan sukacitamu menjadi penuh.” Kita tidak mungkin bisa memberikan pada orang lain sesuatu yang tidak kita miliki. Demikian halnya, kita bisa membagikan kasih itu ketika kita sendiri memilikinya. Puji Tuhan, sejak kecil saya merasakan pengalaman dicintai oleh orang tua, saudara, teman dan terlebih oleh Tuhan. Itulah yang membuat saya ingin membagikan kasih yang telah saya terima pada orang lain. Dan inilah yang meneguhkan panggilan saya sebagai imam. [IJ/WN]

Start typing and press Enter to search