Bertumbuh Bersama Tiga Malaikat
Ninien
Bagi mas Roni dan aku, tahun 2021 sungguh merupakan tahun kelabu, satu demi satu mereka yang kami cintai pergi menghadap Bapa di surga. Mereka yang membuat kami berdua mengenal, mencintai dan menikmati buah-buah manis gerakan Marriage Encounter. Masih hangat dalam ingatan kami, 24 Januari 2021 jam 18.35, lewat pesan singkat WA, Pastor Joko O.Carm sekretaris Keuskupan Malang mengabarkan berita duka. “Telah dipanggil menghadap Tuhan, sore hari ini, pk. 17.25 WIB Rm. Angelus Soepratignjo di RS Elisabeth Medan”. Perasaan kaget dan duka mendalam membuat kami berdua tidak dapat tidur semalaman, apalagi Pastor Joko menyampaikan bahwa Pastor Pratig akan dimakamkan dengan protokol Covid 19 di Pemakaman Kaban Julu Sidikalang keesokan harinya. Sedih dan kecewa berat, karena kami tidak dapat memandang wajah Pastor Pratig untuk terakhir kalinya. Kabar sakitnya sebelum meninggal juga tidak terdengar oleh kami.
Puji Tuhan keesokan harinya kami mendapat link live streaming upacara pemakaman Pastor Pratig, sehingga kami berdua masih bisa menyaksikan saat-saat jenazah beliau dikebumikan. Sedih sekali jika mengingat saat itu, menyaksikan pemakaman seorang imam yang sangat sederhana dan dihadiri oleh peziarah yang sangat terbatas. Sorenya kami mengikuti Misa requiem juga secara streaming dari Keuskupan Agung Medan.
Perkenalan dan keakraban kami berdua dengan almarhum Pastor Pratig tumbuh saat kami bertiga terpilih sebagai Koordinator ME Distrik X Malang, periode 2005-2009. Sejak kami menjadi ecclesial team hingga beliau meninggal, otomatis Pastor Pratig adalah bapak rohani bagi keluarga kami. Gaya kepribadian beliau yang katalis, yang sangat optimis, lucu dan kreatif membuat kami berdua menjadi percaya diri dalam kebersamaan di pelayanan gerakan ME.
Saya masih ingat betul, saat dialog kami bertiga untuk pertama kalinya sejak kami terpilh sebagai Kordis, tanggal persisnya kami lupa, dialog berlangsung di ruang tamu biara Carmel Kayutangan Malang. Waktu itu Pastor Pratig di awal dialog membacakan perikop ini,
janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan (Yes 41:10).
Kami berdua yakin, Pastor Pratig memilih perikop ini karena kondisi hati kami berdua yang sungguh sangat galau. Perasaan kami berdua sungguh galau mengingat saat itu usia perkawinan kami baru memasuki tahun ke-12, anak kami yang bungsu, si Valdy baru berusia 3 tahun sedangkan anak pertama kami si Vincent (11 tahun) penyandang ABK yang keduanya masih sangat membutuhkan perhatian ekstra kami berdua. Sementara saat itu Distrik X Malang sedang mempersiapkan diri sebagai tuan rumah Sidang Dewan Nasional ME ke 38. Apakah kami berdua mampu? Perasaan takut, sedih, was-was mendominasi kami saat itu.
Meskipun awalnya agak terpaksa, berbekal sabda Tuhan yang kami dengar saat itu, dan nasehat Pastor Pratig untuk selalu berusaha rendah hati di hadirat Tuhan kami jalani 4 tahun masa bakti kami sebagai Kordis X Malang. Seiring berjalannya waktu, hambatan dan rintangan yang harus kami hadapi dapat terlewati dengan baik. Relasi kami berdua makin intim termasuk relasi kami dengan Pastor Pratig makin akrab. Suka duka kami bertiga nikmati bersama, terlebih jika kami bertiga harus melayani week end dan bridge process di Regio Timur (Jember sampai Banyuwangi), Pastor berkenan bergantian jadi sopir dengan
Mas Roni
Paling jengkel kalau Pastor Pratig tiba-tiba secara spontan ganti acara tanpa berunding dulu dengan kami. Tetapi saat- saat itu justru makin mematangkan relasi kami bertiga. Secara bertahap baik aku, Mas Roni maupun Pastor Pratig berusaha mengubah diri, dialog kami bertigapun makin mendalam.
Saat-saat kami berdua dalam masalah keluarga dan tantangan dalam pekerjaan, kepada Pastor Pratig lah kami datang mohon doa dan nasehatnya sampai beliau dipindahtugaskan ke Kaban Jahe Sumatra Utara tahun 2015. Sebetulnya kami berdua kecewa berat dengan tugas baru Pastor Pratig kali ini, kok Pastor Provinsial tega banget. Seusia Pastor Pratig yang sudah sangat senior ditugaskan di sana.
Tetapi justru Pastor Pratig menanggapi tugas baru ini dengan gembira dan penuh syukur. Kami masih ingat komentar beliau saat itu, “Lumayan, isih payu dadi misionaris domestik.” (Lumayan masih laku jadi misionaris lokal). Dari para Pastor yang berjumpa dengan Pastor Pratig di Sumatera kami mendengar, bahwa Pastor Pratig sangat menikmati tugas barunya. Malah di usia 70 tahun, beliau masih melayani umat di pelosok Sidikalang dengan mengendarai motor matic.
Meskipun terpisah jarak Malang Sidikalang, komunikasi kami tetap lancar lewat WA dan telepon. Kerendahan hati dan perhatian beliau mengisi pesan singkat yang dikirimkan kepada kami. Salah satu yang beliau kirim pada tanggal 3 Mei 2020 meninggalkan kesan mendalam bagi kami berdua, “Doakan saya, sayapun mendoakan keluarga, yang di sini. Semoga kau menjadi gembala yang baik di tengah keluargamu. Mari kita berdoa untuk tumbuh berkembangnya panggilan hidup pada bidang pribadi masing-masing. Banyak orang setia pada panggilan hidupnya. Berkat Tuhan.” Atau sapaan beliau saat kami lama tidak berkirim kabar, “Apa kabar, salam kangen.”
Tidak lupa beliau menyisipkan foto kami bertiga.
Kepergian Pastor Pratig meninggalkan duka dan kehilangan yang mendalam dalam keluarga kami. Semangat pelayanan, keberanian, cinta, komitmen, optimisme, dan kerendahhatian beliau sungguh menginspirasi kami berdua dalam pelayanan kami, khususnya dalam gerakan ME di Distrik X Malang.
Roni
Di hari Senin, 10 Mei 2021 melalui pesan pendek, Rosa Kusnoto putri bungsu pasutri Reny Totok mengabari kami, kalau mamanya terbaring koma karena serangan stroke yang keempat dan sedang dirawat di ICU RS Saiful Anwar Malang. Perasaanku nggak enak, agak cemas, mengingat kesehatan mbak Renny menurun terus sejak mengalami stroke pertama tahun 2006 yang lalu.
Ingatanku melayang,kuingat kembali kejadian itu saat kami para team ME Distrik X Malang sedang rapat di ruang tamu pastoran biara Ordo Carmel Kayutangan. Mbak Reny sedang digoda Pastor Pratig dan kami ketawa-ketawa gembira saat itu. Tiba-tiba Mbak Reny mengeluh pusing sekali, kemudian mengeluh badannya yang sebelah kanan terasa lemas. Di tengah kebingungan kami waktu itu, tiba-tiba mbak Renny muntah. Saat itu juga saya dan Dik Ninien mengantar Mbak Reny dengan mobil kami ke UGD RS Lavalette, sementara Mas Totok menyetir mobil sendiri menyusul kami. Itulah rapat terakhir kami sebagai team pemberi week end ME Distrik X Malang bersama pasutri Renny Totok, karena praktis setelah serangan stroke pertama itu Mbak Renny tidak mampu lagi melayani sebagai team ME.
Kami mengenal pasutri Renny Totok pada saat mengikuti week end pertama di bulan Nopember 2000, beliau berdua salah satu team pemberi week end kami. Beliau berdua juga pasutri team idola kami. Perkenalan kami berlanjut dalam kegiatan bridge process dan kegiatan-kegiatan ME lain.
Suatu hari Mbak Renny menghubungi Dik Ninien menyampaikan ingin berdialog dupas/dua pasang, dengan kami berdua. Waktu itu pasutri Renny Totok bersama Pastor Poepo adalah Kordis X Malang. Pikirku, ada apa ya…? Akhirnya kami putuskan untuk menemui beliau berdua di rumah Candi Mendut tempat beliau tinggal.
Dalam dialog dupas itu Mbak Reny dan Mas Totok menyampaikan kerinduannya untuk menambah jumlah team pasutri di Distrik X Malang. Dan sementara itu yang dipandang kordis mampu adalah pasutri Roni Ninien. Jujur saja waktu itu aku ngeblank, sama sekali nggak pernah mimpi jadi team ME, kok mimpi, mikir aja nggak pernah.
Saat week end pertama kami sebetulnya adalah saat titik balik bagi perkawinan kami, karena selain relasi perkawinan kami dipulihkan, week end juga menyadarkan yang selama ini malas terlibat dalam kegiatan gerejani, menjadi aku yang mau berbagi waktu untuk pelayanan. Ketika itu sebagai guru aku sangat produktif, waktuku tersita di manajemen sekolah dan pekerjaan tambahanku. Apakah aku bisa komit dengan tugas tambahan sebagai team pemberi Week End?
Kami berdua akhirnya memutuskan untuk mencoba mengikuti tahap-tahap persiapan calon team pemberi Week End, Kick off I, Kick off II, Deeper Week End sampai coaching penulisan presentasi set I semua didampingi Mas Totok dan Mbak Reny. Selama proses pembentukan itulah relasi kami berdua dan pasutri Totok Reny tumbuh.
Dengan telaten dan setia Mas Totok dan Mbak Reny membimbing kami. Kadang-kadang, kami jenuh juga menulis 4 presentasi yang menurutku sulit itu. Presentasi Mawas Diri adalah presentasi yang paling berat bagiku, apalagi aku yang orangnya sulit untuk terbuka ini. Mbak Renny lah yang paling ulet menggali pengalaman masa kecilku yang sering kali justru kusembunyikan karena membuat aku terluka.
Pesan Mbak Reny yang tak akan kulupakan, “Jangan takut, Mas. Justru kalau Mas Roni mau mengungkapkan dengan terbuka, akan menyembuhkan luka-luka itu. Jadi team ME itu rencana Tuhan. Tuhan ingin menyembuhkan luka-luka itu dan Tuhan ingin kita bahagia.” Berkat Tuhan melalui kata-kata Mbak Reny itulah yang sungguh menyembuhkan luka- lukaku. Keberanianku untuk mulai membuka diri untuk menemukan siapakah aku ini, sedikit demi sedikit bertambah. Berkat sharing pengalaman masa kecil dan remajaku dalam presenstasi Mawas Diri membuat aku mampu menerima diriku apa adanya (tidak menyembunyikan diri) dan mampu mengampuni mereka yang telah melukaiku dengan ikhlas.
Itulah jasa Mas Totok dan Mbak Renny bagi perkawinan kami. Selama beliau berdua membimbing kami dalam menulis presentasi, mendampingi kami memberikan Week End, relasi kami berempat pun makin mendalam. Banyak teladan hidup kepasutrian maupun semangat pelayanan yang dapat kami tiru dari pasutri Renny Totok.
Bila kami menghadapi tantangan dalam pelayanan atau keluarga, saya selalu ingat pesan Mbak Renny, “Jangan takut, jangan mengandalkan kekuatanmu sendiri, berdoa dan bersandar pada Tuhan, pasti Tuhan pegang tanganmu. Dia pasti akan menyelesaikan dengan baik. Percaya saja.” Kata-kata itulah
yang selalu dengan penuh percaya diri Mbak Renny katakan pada kami di saat kami loyo dan kelelahan. Nggak mungkin lah kalau Mbak Renny tidak mengimaninya bisa seyakin itu menasehati kami. Dan kata-kata itu seolah meradiasi kami untuk bangkit dan tidak loyo lagi.
Di masa tua dan dalam keadaan sakit dan tidak dapat melayani secara fisik lagi, pelayanan Mbak Renny dan Mas Totok beralih menjadi pelayan doa. Suatu hari mbak Renny menyampaikan dengan gembira bahwa saat ini relasinya dengan Mas Totok makin akrab karena doa pasangan yang rutin. Setiap jam 3 sore Mbak Renny dan Mas Totok rajin berdoa Koronka, mendoakan mereka yang sudah meninggal dunia dan masih di api pencucian atau mendoakan mereka yang minta didoakan khusus dalam doa pasangan mengisi hari-hari Mas Totok dan Mbak Renny. Aku dan Dik Ninien sungguh terharu mendengar cerita beliau berdua.
Begitulah Mbak Renny dan Mas Totok menghabiskan masa tuanya, kurang lebih sudah 15 tahun sejak Mbak Renny jatuh sakit. Kesetiaannya untuk senantiasa merawat relasi kepasutriannya dengan melibatkan Tuhan serta komitmennya untuk selalu melayani Tuhan dengan berbagai cara yang dapat diusahakan merupakan nilai luhur yang selalu menginspirasi kami.
Dalam upacara ibadah tutup peti dan misa arwah, kulihat Mas Totok begitu tabah dan tampak menerima kepergian Mbak Renny dengan ikhlas. Sebagai team senior di Distrik X Malang, kami yakin Mbak Renny dan Mas Totok telah berdialog kematian secara mendalam. Mas Totok lah yang menemani dan merawat Mbak Renny saat sakit. Di saat kesehatan Mas Totok juga mulai menurun, Mbak Renny meskipun dalam keadaan sakit menghibur dan menguatkan Mas Totok. Janji kepada Tuhan untuk mencintai dan menghormati pasangan di saat sehat maupun sakit, untung maupun malang, dalam suka maupun duka sepanjang hidup telah beliau berdua nyatakan.
Itulah kisah cinta indah Mbak Renny dan Mas Totok yang sungguh kami alami. Kesaksian hidup perkawinan yang menjadi berkat satu sama lain juga bagi orang-orang lain di sekitarnya. Bukti nyata penyertaan dan pertolongan Tuhan dalam 55 tahun perkawinan beliau.
Selamat Jalan Pastor Pratig dan Mbak Reny Totok tercinta, terima kasih untuk teladan hidup yang baik bagi kami, beristirahatlah dalam kebahagiaan kekal di surga, doakan kami selalu yang masih dalam peziarahan kami di dunia ini. Amin.
We love you very much. [SD]